Tangan kekar suami ibuku kupanggil papa tapi bukan ayahku, jari tangannya yang selalu dihiasi cincin akik dengan batu segede gaban sukses mendarat tepat dikepala bagian samping sedikit diatas telingaku, membuat tubuh mungilku bergeser beberapa inchi dari posisi semula. Air mataku kutahan untuk tidak menetes, aku hanya menunduk dengan sudut kebencian 45° kepadanya, krna klo aku menatap matanya dg sudut kebencian yg nyata terpampang langsung, bakal di tempeleng lebih keras lagi.


Aku cuma mengiyakan perintahnya untuk tidak lagi pergi jauh2 main dari rumah, apalagi dengan pintu dapur yg terbuka, membuat anjing tetangga yg tidak dirantai dan tidak dikasi makan menggasak miyak goreng yang lupa kutaroh agak tinggi ditempat biasa, sekitar 1m tepat diatas tungku kayu tempat biasa aku memasak dengan muka penuh arang.


ya.. yaa.. gara2 minyak goreng 1/4liter yg sudah aku pake separo dan karna si patir (papatiri) tidak menemukan kami dirumah saat dia pulang utk makan siang, jadilah aku dihukum ala patir dg tamparan bonus cincin akik.. PLETAK! Begitulah bunyi kepalaku disentuh batu cincin akik si*lan itu. Masih terpatri jelas diingataku. Untungnya adek2ku tidak menyaksikan aku dipukul didalam rumah, mereka disuruh patir main dihalaman, sementara aq dihajar #ga sampe elek lo ya


Iya yg ditempeleng itu aku, adelia kecil yang masih berumur 5,5th memiliki 2 adik perempuan beda bapak masing2 berumur 3,5th dan 2th. Diumurku yg mo menanjak sedikit diatas balita, aku sudah diwajibkan bisa melakukan semua pekerjaan rumah, nyuci, masak, nyapu dan menjaga adek2ku yg masih kecil, mereka harus aku suapin, mandiin termasuk nyebokin



Aku sebagai pengganti orang tua disaat patir dan ibuku pergi kesawah ato keladang dari pagi sampai sore. Aku tidak diperbolehkan bermain keluar pekarangan, ketetangga apalagi jauh2 #sementara waktu itu rumah penduduk paling dekat masih 250M, trus mo main kemana coba. Sepulang mereka dari sawah, makanan harus sudah tersedia, rumah sudah bersih dan adek2 harus sudah mandi #berasa jadi pembokat gretongan gw yak, mana klo salah pake ditempeleng pulak, nasib2. Untung batok kepalaku keras jadi walo ditempeleng bolak balik bukannya bikin aku jadi bego tp malah makin kuat