menthol.holicAvatar border
TS
menthol.holic
Pembangkit Listrik Energi Kelautan: Energi Terbarukan yang Sering Luput dari Sorotan
Klik gambar dibawah untuk membaca tulisan tulisan lain di laman pribadi saya emoticon-Smilie


Ketika seseorang ditanyakan mengenai jenis jenis energi terbarukan, biasanya beliau hanya akan menjawab energi panas bumi, energi matahari, energi angin, dan energi air. Memang, saat ini energi kelautan belum menjadi sorotan publik karena saratnya informasi tentang potensi dan bagaimana cara memanfaatkannya. Energi kelautan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu energi gelombang laut, energi pasang surut, dan energi panas laut OTEC ( Ocean Thermal Energy Conversion ). Pada tahun 2014 lalu, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi ( EBTKE ) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah memetakan potensi dari energi kelautan yang tersedia di Indonesia. Energi gelombang laut memiliki potensi untuk menghasilkan 1200 megawatt listrik di sepanjang pantai sisi selatan Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Pulau Papua. Selain itu, potensi energi pasang surut di Indonesia tidak kalah besar, yaitu mencapai 4800 megawatt berpusat di perairan Nusa Tenggara, perairan Maluku, dan perairan di sisi utara Papua.



Pembangkit listrik energi gelombang laut dan energi pasang surut tidak terlepas dari sifat berubah-ubah ( intermittent ) yang ada pada pembangkit energi terbarukan lainnya. Besar energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit jenis ini pun akan berubah ubah dan tidak bisa dikendalikan seperti mengendalikan pembangkit listrik tenaga diesel. Energi gelombang laut dan energi pasang surut sendiri dimanfaatkan dengan memasang turbin atau baling baling air baik beberapa meter di bawah permukaan laut maupun di tanam pada dasar laut. Besarnya energi yang bisa didapatkan bergantung pada seberapa cepat arus atau gelombang laut dapat memutar turbinnya. Energi listrik yang dihasilkan dari turbin selanjutnya di alirkan ke beban, baik yang sudah terhubung kejaringan listrik nasional atau ke jaringan listrik lokal. Penggunaan pembangkit energi arus atau gelombang laut dapat menjadi alternatif pembangkit energi terbarukan untuk memberikan akses listrik pada desa desa terisolir di pesisir pantai atau untuk pulau pulau yang belum mendapatkan akses pada jaringan nasional. Contoh skema penggunaannya bisa dilihat dari ilustrasi diatas. 



Potensi terbesar energi kelautan berasar dari energi panas laut OTEC, dimana nilai potensinya lebih dari 41000 megawatt. Potensi yang sangat besar tersebut tentu mengejutkan, tetapi, bagaimana cara memanfaatkan energi panas laut ? Setelah membaca lebih jauh mengenai teknologi OTEC, ternyata cara kerjanya serupa dengan cara kerja turbin uap pada umumnya. Perbedaan utamanya ada pada temperatur operasinya, dimana pada teknologi OTEC, temperatur penguapan didapatkan dari air laut permukaan yang bersuhu sekitar 25 derajat celcius dan temperatur pendinginnya adalah 5 derajat celcius didapatkan dari air laut dalam. Tentunya karena suhu maksimalnya hanya 25 derajat celcius, fluida kerja yang digunakan dalam siklusnya bukanlah air yang titik didihnya 100 derajat celcius, tetapi suatu fluida dengan campuran komposisi amonia dan bahan bahan lainnya sehingga titik didihnya dibawah 25 derajat celcius. Fluida tersebut akan melewati proses penguapan dan kondensasi pada penukar panas ( heat exchanger ) dalam suatu siklus tertutup seperti pada ilustrasi diatas. Sayangnya, teknologi tersebut sampai saat ini masih berada pada tahap penelitian dan belum ada produk komersialnya. Oleh karena itu, OTEC belum bisa digunakan untuk menjadi solusi permasalahan ketenagalistrikan di Indonesia. Namun, mengingat besarnya potensi OTEC di Indonesia, topik ini bisa menjadi pilihan dalam riset yang dilakukan di institusi dan perguruan tinggi di Indonesia agar di masa yang akan datang, bangsa Indonesia bisa memanfaatkan potensi energi tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.



Berbeda dengan dua jenis pembangkit energi kelautan yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangkit listrik tenaga arus dan gelombang laut sudah banyak diteliti dan diterapkan di berbagai belahan dunia. Indonesia sebagai salah satu negera dengan wilayah perairan paling luas didunia pun turut melakukan pengembangan dan penerapan dari teknologi tersebut. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang energi kelautan di Indonesia adalah PT T-files Indonesia, perusahaan pionir pembangkit listrik tenaga arus laut yang didirikan oleh sekelompok anak bangsa tahun 2005 silam. Berdasarkan beritadari Pikiran Rakyat tahun 2013, PT T-files Indonesia telah membuat pembangkit listrik tenaga arus laut dengan kapasitas produksi listrik 10 kilowatt dan menerapkannya untuk desa desa di Pulau Lombok dan Pulau bali. Skema dari penggunaan pembangkit tersebut sama dengan skema penggunaan PLTAL yang telah dikemukan sebelumnya. Listrik yang dihasilkan selain digunakan untuk penerangan, juga digunakan untuk menggerakkan roda ekonomi daerahnya, dalam hal ini dengan menyediakan alat pembuat es batu dan mesin pengering multifungsi karena penduduk pada desa tersebut banyak yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Bentuk dari pembangkitnya sendiri dapat dilihat dari ilustrasi diatas. Sayangnya, setelah tahun 2013 saya tidak dapat menemukan lagi kelanjutan dari perjuangan dari PT T-Files Indonesia di bidang energi terbarukan. Harapan kedepannya, ada generasi penerus yang akan melanjutkan riset dan pengembangan dari PLTAL yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga, PLTAL tersebut bisa dijadikan solusi untuk memberikan akses listrik di lebih banyak daerah yang membutuhkan.

Melihat potensi energi kelautan yang sangat besar di Indonesia, tentu sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal. Pemerintah pun menyadari hal itu dan telah melakukan berbagai kerjasama dalam membangun pembangkit pembangkit energi arus laut, salah satunya adalah kerjasama membuat pembangkit listrik arus laut di Nusa Tenggara Timur dengan Belanda. Pembangkit listrik tenaga arus laut tersebut akan dipasangkan pada jembatan sepanjang 800 meter di Kabupatan Flores Timur dan memiliki total kapasitas produksi 18-23 megawatt peak. Tujuan utama pembangunan PLTAL tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi listrik di Nusa Tenggara Timur, dengan begitu, pertumbuhan konsumsi listrik masyarakatnya dapat dipenuhi. Pembangkit tersebut nantinya akan menjadi pembangkit listrik tenaga arus laut komersial pertama di Indonesia dan tentunya tidak akan jadi yang terakhir.

Sumber :

Direktorat Jendral Energi Baru Tebarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM 2014
https://www.makai.com/ocean-thermal-...gy-conversion/ ( diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 pukup 22.00 )
http://www.pikiran-rakyat.com/node/228567 ( diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 22.30 )
http://www.hydroworld.com/articles/2...ity-study.html (diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 23.00)

#15hariceritaenergi
Diubah oleh menthol.holic 21-08-2017 03:54
0
21.2K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sains & Teknologi
Sains & TeknologiKASKUS Official
15.5KThread11KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.