Dokter salah obat, korbannya satu pasien. Guru atau dosen salah ajar, korbannya satu kelas. Presiden salah bertindak, korbannya SATU bangsa. Kita tak bisa bayangkan, betapa besarnya bahaya yang ditimbulkan jika orang ini jadi menteri. Begitu enaknya share informasi hoax alias bohong, sedangkan ia jadi tokoh nasional.
Semua orang pasti bersimpati dan berempati terhadap tragedi kemanusiaan di Rohingya, Yaman, Irak, Afghanistan, Suriah dan semua negara tanpa kecuali. Namun, sikap simpati dan empati harus diberikan secara proporsional. Mengapa?
1. Karena itu terjadi di negara lain. Kita jelas dilarang hukum internasional jika intervensi terhadap urusan dalam negerinya.
2. Karena warga negara kita tidak ada yang jadi korban sehingga sangat sulit mencari alasan atau dasar melakukan tindakan.
3. Karena itu urusan geopolitik yang tentunya berkaitan dengan sejarah negara bersangkutan. Negara Bangladesh saja tak mau intervensi dengan urusan Rohingya, sedangkan jelas-jelas berdekatan. Bahkan, pemerintah Bangladesh malah menawarkan bantuan militer kepada pemerintah Myanmar.
Pemerintah kita jelas bersikap. Namun, sikap itu tak boleh dilakukan secara tergesa-gesa. Apalagi posisi Indonesia sangat berpengaruh, khususnya di Asia Tenggara. Bayangkan, betapa dahsyatnya akibat yang ditimbulkan jika pemerintah kita gelap mata dengan melakukan intervensi secara langsung. Bisa habis….!!!
Kemarin pemerintah Indonesia sudah menyampaikan sikapnya secara resmi. Warga Rohingya tidak membutuhkan bantuan militer, tetapi diplomasi. Mudah-mudahan Menteri Luar Negeri Indonesia berhasil meluluhkan pemerintah Junta Militer Myanmar karena dua pimpinan pemerintahan dua negara bertemu. Mari cerdas menikmati informasi….!!!!
Kaum Bumi Datar cs pasti gx bijak lah malah justru menyebarkan hoax..