Konsep Asgardia
Rencana ambisius untuk mendirikan negara baru di luar angkasa bernama Asgardia boleh jadi akan tertunda menyusul kehadiran sejumlah masalah seperti dialami Bumi.

Asgardia dicetuskan pertama kali oleh sekelompok ilmuwan internasional dan didukung penuh oleh miliarder Rusia. Menurut rencana, negara terapung tersebut dijadwalkan mengambil langkah pertama ke luar angkasa akhir tahun ini dengan peluncuran data satelit perdananya.

Namun, tim di balik rencana tersebut mengalami kesulitan dalam mengatur negara barunya, termasuk bagaimana sistem politik akan berjalan nanti dan mata uang apa yang akan digunakan.

Tim yang dipimpin oleh Dr Igor Ashurbeyli, miliarder dan pendiri Aerospace International Research Center di Wina, Austria, mengumumkan rencana uniknya tersebut pada sebuah konferensi pers di Paris (Prancis) pada Oktober 2016.

Ashurbeyli mengatakan pada saat itu dia yakin negara barunya tersebut bisa menawarkan sebuah kerangka (platform) independen yang bebas dari hambatan hukum negara-negara seperti di Bumi. Namun, beberapa masalah manusia justru menghalangi ide tersebut.

Kepada Wall Street Journal (29/8), Ashurbeyli mengatakan masalah terbesar adalah mengumpulkan ratusan ribu orang dari 200 negara di seluruh dunia. Mereka tidak mengenal satu sama lain dan berasal dari tempat yang berbeda di Bumi.

Sementara di Asgardia nanti, mereka akan berbicara dalam berbagai bahasa dan berlatar belakang sistem politik berbeda yang dapat menyebabkan kerusuhan politik. Dari 300.000 pendaftar daring, hanya 110.000 yang menyetujui konstitusi dan diberi kewarganegaraan.

"Tugas saya adalah mempertahankan planet Bumi dan membela kemanusiaan," katanya. Itu sebabnya, sebelum peluncuran, dia ingin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui bahwa Asgardia adalah sebuah negara.

Dia berencana untuk mendirikan sebuah pemerintahan secara daring dan merancang sebuah bendera, lagu kebangsaan, dan mata uang. Awalnya, warga akan bisa mengirim data ke luar angkasa di satelit yang akan diluncurkannya dari AS pada musim gugur ini.

Ia mengatakan lebih lanjut, negara itu nantinya seperti monarki konstitusional yang serupa dengan Eropa. Dirinya menjadi raja dan masa jabatan tetap berlaku lima tahun.

Ada juga kekhawatiran lainnya. Bagaimana perpajakan akan berjalan karena dalam aturan konstitusi, hal tersebut bersifat sukarela. Isu-isu ini merupakan bagian dari tim untuk membentuk sebuah negara merdeka di luar batas-batas legal dan fisik planet kita.

Menurut sebuah arsip Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS pada Juni lalu, satelit nano akan kembali ke melakukan pasokan ulang ke ISS pada bulan September mendatang.

Satelit nano itu memiliki ukuran hanya 4x4x8 inci, kira-kira seukuran roti dan beratnya hanya sekitar 2,3 kilogram. Ini akan dilengkapi dengan dua detektor partikel yang dipasang secara internal dan eksternal untuk menguji teknologi yang merupakan kunci bagi tujuan kelompok.

Dari data ini kita bisa memetakan fluks matahari, dan menentukan dosis radiasi yang diterima oleh elektronika internal. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan kerangka kerja baru untuk kepemilikan dan kebangsaan di luar angkasa dengan menciptakan sebuah negara yang benar-benar baru.

Ashurbeyli yang memiliki perusahaan industri senilai 200 juta USD (Rp2,6 triliun) menegaskan bahwa dia sangat serius. Dia adalah satu-satunya penyandang dana dan membayar sekitar 50 orang untuk mengelola urusan Asgardia meski rencana besarnya adalah pendanaan khalayak (crowdfunding).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...negara-barunya

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Mengoptimalkan perizinan yang lebih baik dari satu pintu

- Teka-teki penyebab kerusakan jaringan ATM di Indonesia

- HET beras berlaku, pemerintah dan pedagang belum siap