menthol.holicAvatar border
TS
menthol.holic
Energy Storage: Teknologi Penopang Keandalan Energi Baru Terbarukan
Klik gambar dibawah untuk membaca tulisan tulisan lain di laman pribadi saya emoticon-Smilie


Berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit bertenaga energi baru dan terbarukan tidak bisa tetap jumlahnya. Jenis energi baru dan terbarukan yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi listrik dengan jumlah yang stabil adalah energi panas bumi dan energi panas laut OTEC. Sisanya, jumlah listrik yang diproduksinya akan terus bervariasi sesuai dengan perubahan alam dan cuaca yang terjadi. Hal ini menyebabkan listrik yang dihasilkan menjadi tidak andal dan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat yang bergantung padanya. Dalam skala kecil, salah satu solusi untuk meningkatkan keandalan listrik yang dipakai adalah dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel yang notabene lebih stabil dan andal bersamaan dengan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan. Namun, akan kembali muncul permasalahan jika perbandingan energi terbarukannya terlalu besar sehingga berpotensi mengganggu kestabilan jaringan listrik yang terhubung. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan skala kecil pun akan bermasalah ketika akses listrik hanya bisa didapatkan dari sumber yang intermittent tanpa adanya PLTD yang bisa mengimbangi. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan teknologi penyimpanan energi ( energy storage ) sebagai solusi meningkatkan kelebaman keluaran energi listrik pembangkit energi terbarukan skala besar dan solusi meningkatkan keandalan listrik pada kelompok pembangkit skala kecil.



Penyimpan energi sendiri adalah suatu sistem terdiri dari satu atau beberapa komponen yang berfungsi menyimpan suatu energi dalam bentuk tertentu dan mampu menyalurkan energi yang disimpannya sewaktu waktu dalam bentuk tertentu juga sesuai dengan kebutuhannya. Teknologi penyimpanan energi dapat meningkatkan kestabilan dan keandalan sistem dengan melakukan kompensasi dari perubahan produksi energi seperti pada ilustrasi diatas. Pada contoh diatas, pembangkit listrik yang digunakan adalah pembangkit listrik tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga bayu yang produksi energi bergantung pada berbagai faktor alam dan cuaca. Misalkan, pada waktu satu hari, pembangkit tersebut akan menghasilkan energi seperti pada kurva kuning diatas. Tentu apabila energi yang dihasilkan seperti pada kurva tersebut, maka konsumen hanya bisa menggunakan listrik pada waktu waktu tertentu saja ketika kapasitas produksinya mencukupi. Dengan menggunakan sistem penyimpan energi secara bersamaan, kekurangan produksi listrik dapat dikompensasi sehingga didapatkan output energi rata rata yang cukup stabil seperti pada kurva warna biru.  Tentunya, pada kondisi nyata, kinerja dari sistem penyimpan energi akan bergantung pada faktor faktor lain, seperti, kapasitas energi yang bisa disimpan dan besar energi yang bisa di serap dan disetorkan dalam satu waktu.

Salah satu contoh media penyimpan energi yang banyak kita kenal adalah baterai, dimana dalam baterai disimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia dan apabila ingin digunakan, energi kimia tersebut akan kembali dirubah menjadi energi listrik. Penggunaan baterai yang relatif mudah membuat baterai menjadi pilihan bagi banyak pihak untuk menjadi solusi meningkatkan keandalan dan stabilitas produksi pembangkit listrik energi baru dan terbarukan. Skala penggunaannya pun beragam mulai dari penyimpan energi berbasis baterai Lithium-Ion berkapasitas puluhan megawatt untuk memastikan kestabilan jaringan listrik besar sampai ke penyimpan energi berbasis baterai aki yang digunakan pada rumah rumah dengan pembangkit energi matahari atau angin. Saat ini, sistem sistem ketenagalistrikan skala kecil mungkin belum bisa lepas dari penggunaan baterai untuk media penyimpanan energi, tetapi untuk skala besar, cara penyimpanan energi yang bisa dipakai menjadi lebih beragam. Salah satunya adalah dengan menggunakan Pumped Storage Hydroelectricity ( PSH ).



Pumped Storage Hydroelectricty memiliki cara kerja yang sama dengan pembangkit listrik tenaga air pada umumnya, yaitu dengan mengalirkan air dari titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah dan menggunakan aliran tersebut untuk memutar turbin listrik. Perbedaannya ada pada kemampuan pembangkit listrik tenaga air PSH untuk bisa menyimpan energi berlebih dari jaringan listrik nasional. Jadi, saat ada energi berlebih, misal dari PLTS pada siang hari, energi tersebut akan dipakai untuk memompa air dari titik rendah ke titik yang tinggi dan menyimpannya. Ketika dibutuhkan produksi listrik tambahan, baik saat permintaan sedang tinggi atau saat  ada pembangkit lain yang sedang dimatikan, air yang telah dipompa tersebut akan dibiarkan mengalir kembali kebawah untuk mememutarkan turbin. Berbeda dengan baterai, energi berlebihnya disimpan dalam bentuk energi potensial gravitasi dari air. Secara umum, cara kerja dari PLTA PSH dapat dilihat pada ilustrasi diatas. Tentunya penggunaan baterai dan PSH hanya sebagian kecil dari beragam solusi penyimpanan energi. Ada juga beberapa solusi menarik lainnya seperti penggunaan media penyimpanan energi dengan udara [URL="http://spectrum.ieee.org/energywise/energy/renewables/hydrostor-building-underground-caverns-for-affordableS E N S O Rpressed-air-energy-storage"]terkompresi[/URL] atau mengubah energi berlebih menjadi hidrogen seperti pada teknologi fuel cellPertanyaannya, solusi penyimpanan energi manakah yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia ?

Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui dahulu seperti apa bentuk permasalahan yang perlu diselesaikan. Sampai saat ini, kebanyakan solusi penyimpanan energi yang diterapkan di indonesia adalah media penyimpanan baterai terutama pada sistem pembangkit off-grid di pulau pulau berpenghuni atau daerah daerah terisolir. Baterai dapat dengan mudah disesuaikan spesifikasinya agar bisa efektif menyelesaikan masalah yang dihadapi, tetapi, harganya yang mahal dan daya tahannya yang relatif singkat harus dijadikan pertimbangan sebelum memilih baterai sebagai solusi penyimpanan energi. Penyimpanan energi skala besar, seperti untuk jaringan listrik Jawa-Bali, lebih cocok menggunakan PLTA PSH yang memiliki kapasitas lebih besar dan umur yang lebih lama. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengerti akan kenyataan itu dan bersama dengan PLN, pemerintah membangun PLTA Upper Cisokan Pumped Storage, Pumped Storage Hydroelectricty pertama di Indonesia. Pembangkit dengan kapasitas produk 1040 megawatt tersebut dibangun di daerah Bandung Barat dan direncanakan akan selesai pada tahun 2022. PLTA PSH tersebut tidak akan jadi yang terakhir karena berdasarkan data dari RUPTL PLN 2017-2026, telah direncanakan untuk dibuat lagi dua PLTA PSH di Jawa Timur dan di Sumatera Utara.

Sumber :

http://www.eclipsol.com/about-4-1/ ( diakses pada tanggal 21 Agustus pukul 18.00 )
[URL="http://spectrum.ieee.org/energywise/energy/renewables/hydrostor-building-underground-caverns-for-affordableS E N S O Rpressed-air-energy-storage"]http://spectrum.ieee.org/energywise/energy/renewables/hydrostor-building-underground-caverns-for-affordableS E N S O Rpressed-air-energy-storage[/URL] ( diakses pada tanggal 21 Agustus pukul 18.30 )
https://www.nrel.gov/continuum/energ.../hydrogen.html ( diakses pada tanggal 21 Agustus pukul 19.00 )
https://www.esdm.go.id/id/media-cent...egera-dibangun ( diakses pada tanggal 21 Agustus pukul 19.30 )
http://industri.bisnis.com/read/2017...-bali-terancam ( diakses pada tanggal 21 Agustus pukul 20.00 )
RUPTL PLN 2017-2026 oleh PLN

#15HariCeritaEnergi
0
15.4K
50
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sains & Teknologi
Sains & TeknologiKASKUS Official
15.5KThread11KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.