Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Terungkap, Daftar Perusahaan Multinasional Di Balik Tragedi Rohingya


source pic

Terungkap, Daftar Perusahaan Multinasional Di Balik Tragedi Rohingya
SABTU, 02 SEPTEMBER 2017 , 11:21:00 WIB

RMOL. Gerakan Pemuda (GP) Ansor menyebut tragedi kemanusiaan Rohingya adalah yang terparah di kawasan Asia Tenggara saat ini.

GP Ansor juga menduga kuat kekerasan atas etnis Rohingya dilakukan tangan negara, baik aparat militer-kepolisian maupun pemerintahan Myanmar. Hal itu setidaknya didasarkan pada laporan penginderaan secara satelit oleh UNOSAT maupun HRW, terdapat pola-pola (patterns) serangan terhadap desa-desa etnis Rohingya yang memang telah ditargetkan.

Wakil Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor, Dr. Mahmud Syaltout, mengatakan, pihaknya sudah membaca laporan dari UN Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) 2017 maupun laporan-laporan dari lembaga yang dipercaya lainnya.

Diketahui, 60 ribu lebih etnis Rohingya merasa nyawanya terancam. Mereka pergi menyelamatkan diri dari daerah konflik. Ribuan korban telah tewas dibunuh secara keji, ribuan orang pula telah dihilangkan secara paksa, 64 persen dari etnis Rohingya melaporkan pernah mengalami penyiksaan secara fisik maupun mental.

Sebanyak 52 persen perempuan Rohingya melaporkan mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual yang mengerikan, ditambah penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang sekaligus penyiksaan selama penahanan terhadap ribuan warga Rohingya, perusakan maupun penjarahan terhadap rumah, harta benda, makanan dan sumber makanan warga Rohingya secara masif, serta pengabaian maupun ketiadaan perawatan kesehatan terhadap para korban.

GP Ansor menilai tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya merupakan konflik geopolitik, khususnya pertarungan kuasa dan kekuasaan yang tak seimbang di daerah Arakan-Rakhine, yang dihuni mayoritas etnis Rohingya. Dari data yang mereka terima, terjadi perebutan tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas, di wilayah-wilayah tertentu.

Berikut rinciannya. Pipa gas (mulai beroperasi 1 Juli 2013, dengan kapasitas 193,6 juta kubik kaki per hari) dan pipa minyak (mulai beroperasi 1 Desember 2013 dengan kapasitas 400 ribu barrels per hari) dari Kyauk Phyu ke perbatasan China sepanjang 803 km. Dikelola oleh konsorsium bersama dengan komposisi kepemilikan saham 50,9 persen CNPC (China), 25,04 persen Daewoo International (Korea), 8,35 persen ONGC (India), 7,37 persen MOGE (Myanmar), 4,17 persen GAIL (India) dan 4,17 persen investor-investor swasta lainnya;

Pipa gas (mulai beroperasi 1 Juli 2013, dengan kapasitas 105,6 juta kaki kubik per hari) dari Shwe ke Kyauk Phyu sepanjang 110 km. Dikelola konsorsium bersama dengan komposisi kepemilikan saham 51 persen Daewoo International (Korea), 17 persen ONGC (India), 15 persen MOGE (Myanmar), 8,5 persen GAIL (India) dan 8,5 KOGAS (Korea).

Blok-blok minyak dan gas di Semenanjung Rakhine, di mana Daewoo International (Korea), ONGC (India), MOGE (Myanmar), GAIL (India), KOGAS (Korea), Woodside Petroleum (Australia), CNPC (China), Shell (Belanda/Inggris), Petronas (Malaysia), MOECO (Jepang), Statoil (Norweigia), Ophir Energy (Inggris), Parami Energy (Myanmar), Chevron (Amerika Serikat), Royal Marine Engineering (Myanmar), Myanmar Petroleum Resources (Myanmar), Total (Prancis), PTTEP (Thailand) dan Petronas Carigali (Malaysia) beroperasi dan berproduksi.

Daerah Semenanjung Rakhine dilaporkan memiliki cadangan terbukti sebesar 7,836 triliun kaki kubik gas dan 1,379 miliar barel minyak, yang beberapa blok di antaranya berproduksi sejak 2013, ditawarkan tahun ini sebagai temuan baru. Beberapa blok lain, jatuh tempo kontraknya tahun 2017 ini.

Terakhir, blok-blok minyak dan gas di daratan Arakan di mana North Petro-Chem Corp (China), Gold Petrol (Myanmar), Interra Resources (Singapura), Geopetrol (Prancis), Petronas Carigali (Malaysia), PetroleumBrunei (Brunei), IGE Ltd. (Inggris), EPI Holdings (Hongkong/China), Aye Myint Khaing (Mynmar), PTTEP (Thailand), MOECO (Jepang), Palang Sophon (Thailand), WIN Resources (Amerika Serikat), Bashneft (Russia), A1 Construction (Myanmar), Smart Technical Services (Myanmar), Myanmar Petroleum Resources (Myanmar) dan ONGC (India) beroperasi dan berproduksi.

Di daerah terakhir itu, dilaporkan memiliki cadangan terbukti sebesar 1,744 triliun kaki kubik gas dan 1,569 miliar barel minyak, yang beberapa blok di antaranya jatuh tempo kontraknya pada tahun 2017 ini.

GP Ansor mempelajari konflik geopolitik yang sangat berdarah di daerah-daerah kaya sumber daya alam bukan fenomena khas Myanmar, dan bukan hanya menimpa etnis Rohingya, tapi juga terjadi di belahan bumi yang lain. Untuk menutupi operasi apropriasi kapital dan sumber daya, secara menjijikkan operator-operator di lapangan membungkusnya dengan konflik antar etnis, antar agama, antar kelompok masyarakat.

Etnis Rohingya yang tinggal di daerah Arakan-Rakhine memang menjadi sasaran khusus dengan operasi terselubung (covered operation) apropriasi kapital dan sumber daya, yang secara biadab dan terencana menyasar praktik dan simbol agama serta membenturkan antar umat beragama.

"Termasuk di dalamnya dengan melakukan pembakaran Al Quran, pemerkosaan di masjid, mempersenjatai dan memprovokasi warga Rakhine untuk juga melakukan persekusi terhadap minoritas Rohingya," ungkap Dr. Mahmud Syaltout.
http://politik.rmol.co/read/2017/09/...gedi-Rohingya-


Bisnis Migas di Myanmar Jadi Salah Satu Pemicu Konflik Rohingya?
Minggu, 03 September 2017 | 12:26 WIB

TEMPO.CO,Yangon—Selama lima tahun terakhir, warga minoritas Rohingya menghadapi peningkatan persekusi baik dari pemerintah, militer Myanmar hingga warga lokal di Negara Bagian Rakhine—tempat mereka bermukim selama ratusan tahun.

Dalam operasi militer Myanmar selama sepekan terakhir, PBB melaporkan sedikitnya 400 warga Rohingya tewas dan 60 ribu lainnya melarikan diri ke perbatasan Bangaldesh.

Operasi militer mematikan ini dipicu oleh serangan gerilyawan Rohingya terhadap puluhan pos polisi dan pangkalan militer di negara bagian Rakhine, yang memicu bentrokan dan serangan balik dari militer.

Tentara mengatakan melancarkan pembersihan terhadap teroris garis keras dan pasukan keamanan diberi pengarahan untuk melindungi warga.

Namun, warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan bahwa serangan dengan pembakaran dan pembunuhan bertujuan untuk memaksa mereka keluar.

Penanganan terhadap sekitar 1,1 juta Muslim Rohingya menjadi sebuah tantangan terbesar bagi Aung San Suu Kyi, yang telah mengutuk serangan tersebut dan memuji pasukan keamanan.

Selain pertarungan antaretnis dan agama antara warga Rohingya yang dianggap sebagai pendatang ilegal dengan warga lokal Budha sejak sebelum kemerdekaan Burma dari Inggris, konflik geopolitik seperti dilansir media Inggris, Guardian, diduga juga menjadi pemantik konflik yang kini berujung pada penderitaan warga Rohingya.

Myanmar, sebagaimana dilaporkan Forbes, diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas sebesar 11 triliun dan 23 triliun kaki kubik, hal tersebut membuat perusahaan multinasional asing berebut mendapatkan kesepakatan mengeksplorasinya.

Selain itu Myanmar juga berada dalam posisi geo-politik yang menguntungkan, terutama bagi Cina, karena merupakan akses pada laut India dan Laut Andaman.

Sejak Myanmar membuka diri pada 2011, ekspansi Cina tak lagi tertahankan. Myanmar juga berada dalam posisi geo-politik yang penting dan strategis bagi kepentingan Cina, seiring dengan pembangunan Shwe Pipeline (Jalur Pipa Shwe) di Negara Bagian Rakhine yang telah menghubungkan distribusi migas dari Afrika dan Timur Tengah ke Negara Tirai Bambu itu.

Pipa gas (mulai beroperasi 1 Juli 2013, dengan kapasitas 193,6 juta kubik kaki per hari) dan pipa minyak (mulai beroperasi 1 Desember 2013 dengan kapasitas 400 ribu barrels per hari) dari Kyauk Phyu ke perbatasan Cina sepanjang 803 kilometer.

Cina sangat berkepentingan dengan jalur pipa ini untuk membawa migas ke negaranya dengan total investasi mencapai US $29 miliar selama 3 dekade. Hal tersebut membuat rezim Junta Militer di Myanmar yang perusahaannya menjadi mitra dalam proyek ini, harus memastikan wilayah jalur pipa aman.

Namun, proyek gas dan Jalur Pipa Shwe yang mengeksplorasi gas alam bawah laut di lepas pantai barat Myanmar dan dual pipa gas yang dibangun melewati negara bagian Rakhine, Shan dan Burma Tengah telah menghancurkan kehidupan nelayan, merampas ribuan hektar tanah dan membuat puluhan ribu warga lokal Budha menganggur.

Meski belum terbukti, Guardian menyiratkan ada dugaan bahwa persekusi terhadap Rohingya yang digalang sejumlah biksu ultranasional seperti Wirathu sejak 2011 dinilai sebagai operasi terselubung junta militer yang saat itu berkuasa.

Junta menggunakan para biksu yang sangat dihormati warga lokal untuk mengalihkan kemarahan warga lokal Rakhine terhadap pemerintah Myanmar akibat proyek minyak dan gas dan menjadikan warga minoritas Rohingya sebagai musuh bersama karena perbedaan agama dan budaya.
https://dunia.tempo.co/read/news/201...Utama_Click_11

---------------------------

Ada 3 negara yang ekonominya bakal bangkrut bila proyek pipa minyak dari Teluk Benggala Myanmar ke China dioperasikan (jarak perjalanan kapal tanker migas dari Arab kelak berlabuh cukup disana, nggak perlu lewat selat Malaka).

Pertama Singapura.
Negara ini pasti terpukul sekali sebab selama ini 60% kapal tanker dunia dari kawasan kaya migas di Timur Tengah, lewat selat Malaka dan Singapore tempat persinggahannya.

Kedua, perusahaan pelayaran raksasa Milik AS dan Eropa Barat yang selama ini menjadi operator utama armada kapal tanker di seluruh dunia. Tentu bangkrutnya perusahaan pelayaran tanker swasta milik AS dan Eropa itu akan memukul ekonomi mereka. Dan pasti industri perkapalan mereka untuk pembuatan kapal tanker raksasa, juga akan terancam masa depannya.

Ketiga, Indonesia.
Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Sulawesi yg selama ini jadi jalur internasional kapal tanker dunia, akan sepi.

Dan tidak hanya migas yg hanya lewat pipa, juga nantinya ada Thai Canal, yang memotong dari Laut Andaman langsung ke Laut China Selatan.

Cina perlu jalur pipa migas yang aman dari geopolitik masa depannya. Kalau masih mengandalkan jalur saat ini, jika terjadi clash (misalnya di laut cina selatan atau spesifiknya Natuna) pasti akan merepotkan segala macam logistiknya.




Bagaimana dengan fenomena yang diperankan oleh orang seperti pendeta Wirathu? Dalam konspirasi global, orang seperti pendeta Wirathu itu bisa jadi hanya "alat" atau "agen asing" (mirip kisah Ketua ISIS, Abu Bakr Al Baghdadi yg jadi agen CIA, Mossad dan M16) yang memang sengaja di program kekuatan jahad untuk menimbulkan 'chaos' adu domba agama Budha dan Islam (mirip kasus Suni vs Syiah di negeri Arab saat ini pasca intervensi Barat).

Terakhir, analisis ini bukan bermaksud untuk menyepelekan kasus genosid umat Islam di Myanmar itu. Umat Islam Indonesia dan Pemerintah RI harus tetap pro-aktif dan menolong korban kemanusiaan itu. Tapi jangan mau kita di Indonesia saat ini menjadi "domba aduan" mereka lagi (sebagai bagian dari 'proxy war') dari kepentingan kapitalisme-global seperti nasib penduduk di Timur Tengah saat ini (Arab Spring).
Diubah oleh annisaputrie 04-09-2017 02:49
-1
7.9K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.