Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

supermankafirAvatar border
TS
supermankafir
Satu Abad Si Yahudi, Sang Raja Komik: Jack Kirby


Satu Abad Si Yahudi, Sang Raja Komik: Jack Kirby



Tak akan ada Iron Man, Captain America, dan seluruh penghuni Marvel Cinematic Universe, tanpa dirinya.



Demam Spiderman Homecoming baru saja berlalu. Tom Holland—yang didapuk sebagai si manusia laba-laba paling muda—meninggalkan kesan baik. Karakternya yang energik, lucu, dan sangat milenial jadi kritik bagus bagi salah satu sekuel Marvel Cinematic Universe (MCU) ini—sebuah proyek panjang film-film superhero dari Marvel yang tinggal dalam satu jagat raya. Masih di tahun yang sama, demam itu berali ke sekuel lanjutannya yang akan hadir awal November nanti. Kali ini sang dewa petir Thor jadi bintang utama.

Beberapa tahun terakhir, Iron Man, Captain America, The Hulk, Thor, dan kawan-kawannya yang lain memang jadi tontonan wajib di layar lebar. Pahlawan-pahlawan super dari komik-komik Marvel ini memang tengah dieksplorasi besar-besaran ke dalam rol film hingga bersekuel-sekuel. Delapan dari daftar 20 film superhero terlaris sepanjang masa datang dari MCU, dengan The Avengers sebagai pemuncaknya. Pendapatan kotornya mencapai $623 juta. Tapi tulisan ini tak akan membahas kejelian Marvel dalam membangun kejayaan MCU, melainkan untuk merayakan satu abad kelahiran dalang di balik terciptanya para pahlawan super tersebut.



Ialah Jacob Kurtzberg, pria kelahiran New York, 28 Agustus 1917 yang memulai karier komikusnya sejak tahun 1930-an. Kurtzberg sering mengonta-ganti nama penanya menjadi Jack Curtis, Curt Davis, dan Fred Sande, sebelum menahbiskan Jack Kirby sebagai nama permanennya.

Dari tangan dinginnya tercipta hampir semua superhero Marvel yang paling dikenal saat ini, seperti: Iron Man, Captain America, The Hulk, Fantastic Four, Thor, X-Men, Black Panther, dan tokoh-tokoh lainnya.Media memanggilnya Sang Raja Komik, sebagai penghormatan pada karya-karyanya. Panggilan itu kemudian dipakai Mark Evanier untuk biografi Kirby, King of Comics, yang terbit 2008 lalu.

Perjalanan menuju titel itu tak mudah. Kirby lahir dan besar di keluarga imigran yang pas-pasan. Ayahnya, Benjamin Kurtzberg adalah imigran Yahudi dari Austria, yang bekerja jadi buruh pabrik garmen. Kirby kecil tak suka lingkungan tempat tinggalnya, sebuah tempat yang tak membiarkan seorang seniman berkembang baik. Seniman, pada masa itu, bukan sebuah cita-cita yang wajar untuk para remaja lelakinya. Mengabdi jadi prajurit untuk siap tempur lebih populer. Lagi pula, sebagaimana masa kini juga memperlakukannya, menjadi seniman selalu ditantang pertanyaan: “Mau makan dari mana?”



Kirby tak bisa menampik gairahnya pada seni menggambar. Cara termudah untuk menghasilkan uang tapi tidak menggadaikan idealismenya adalah menjadi ilustrator koran. Boys Brotherhood Republic adalah tempat pertamanya berkarier. Tapi tak terlalu lama, karena Kirby ingin sekolah untuk memperdalam kemampuannya. Pada usia 14, Kirby sempat masuk Pratt Institute, sebuah sekolah seni bergengsi di Brooklyn, New York. Tapi, ia hanya seminggu di sana. “Aku bukan jenis murid yang dicari Pratt. Mereka mencari orang-orang sabar yang ingin bekerja pada sesuatu, selamanya. (Sementara) aku tak ingin bekerja pada sebuah proyek selamanya. Aku berniat menyelesaikan hal-hal yang kukerjakan,” kata Kirby dalam wawancaranya dengan The Comics Journal, pada 1990.


Quote:



SUMBER


#LemparBata KLIK BABI GAN
0
23.4K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.