- Beranda
- Berita dan Politik
Harga Mati NKRI
...
TS
shodiq88
Harga Mati NKRI

Oleh: Emha Ainun Nadjib
NUSANTARANEWS.CO – NKRI Harga Mati adalah nasionalisme absolut. Ungkapan cinta total warganya kepada Indonesia. Orang yang mengucapkan NKRI Harga Mati bersedia mati untuk membayar cinta dan pembelaannya kepada Indonesia.
Kalau pakai “rasa” atau “jiwa”: cinta Indonesia benar-benar tidak ada matinya. Terutama pada rakyat. Kesejahteraan dan kegembiraan hidup membuat mereka semakin cinta kepada tanah airnya. Kefakiran dan penderitaan tidak membuat berkurang cinta mereka kepada Indonesia.
Sebagaimana suami istri. Kakayaan potensial membuat mereka makin cinta. Tapi kemiskinan dan kesengsaraan bisa justru makin merekatkan cinta mereka. Sebagaimana juga hidup ini sendiri, dengan jenis dialektika unik yang dikonsep oleh Tuhan. Rasa syukur karena kenikmatan hidup membuat manusia lebih dekat ke Tuhan. Tetapi cobaan, ujian, tekanan, sakit, duka dan galau, justru lebih efektif membuat manusia mendekat kepada Tuhannya.
Akan tetapi kalau titik pijak kita bukan “jiwa”, melainkan ilmu dan rasio: mulai ada rasa retak, rasa terbentur, muncul pecahan dan kepingan, atau keraguan dan frustrasi, di dalam diri kita. Misalnya, kita ambil jarak intelektual untuk menilai dan merumuskan: NKRI Harga Mati mengandung kelemahan Bahasa.
Mungkin Bahasa Indonesia memang masih remaja. Belum dewasa dan matang. Atau akal-bahasa atau rasio-kata kita semua yang masih keserimpet-serimpet di antara Bahasa dengan maknanya. Umpamanya kita transfer kata ‘aql’ dari Bahasa Al-Qur’an menjadi ‘akal’ dalam Bahasa Indonesia.
Akal adalah persenyawaan dinamis antara mesin saraf otak hardware di batok kepala manusia, dengan pendaran software pasokan Tuhan, semacam gelombang elektromagnetik yang berpendar-pendar di sekitar ubun-ubun kita. Semakin tinggi kualitas software manusia, semakin banyak, tinggi dan mendalam ia mampu mengakses pendaran magnetik dari langit. Dalam Bahasa Agama disebut ilham, fadhilah, ma’unah, karamah dan wahyu — dengan level kompatibilitas yang berbeda-beda.
Akal adalah perangkat utama manusia sehingga ia lebih dari batu, pohon dan hewan. Ketika manusia merespons dan memperlakukan objek, bahan atau pengalaman, dengan menggunakan akal — kata kerjanya adalah “mengakali”. Padi diakali menjadi beras, beras diakali menjadi nasi, nasi diakali menjadi nasi uduk dan kebuli. Tetapi kata kerja “mengakali” dalam budaya Indonesia terpeleset menjadi sama dengan “ngibulin”, “meliciki”, “mencurangi”, bahkan “mendustai”.
Maka ketika Tuhan bertanya kepada manusia “afala ta’qilun”, apakah engkau tidak “mengakali”? Bangsa Indonesia menjawab: “Lho, ya Allah, kami ini selalu diakali dari era ke era, oleh rezim demi rezim….”
Jadi, kayaknya, kalau mau Revolusi Mental, tahap awal kayaknya harus secara nasional menyelenggarakan Revolusi Akal dulu. Revolusi Logika. Revolusi Paham Sebab Akibat. Revolusi Ngerti Hulu Hilir. Revolusi Dialektika Rasio.
Misalnya, kalau yang kita tempuh adalah mesin liberalisme, bahkan move-on jadi ultra-liberalisme, atau lebih advanced dari itu: maniak-liberalisme — maka NKRI jangan sampai harga mati. NKRI harus berperilaku luwes dan dinamis.
Untuk keperluan pasar global, UUD 45 silakan diamandemen. Harga Negara kita fleksibel kok. Mau saya payungi? Wani piro? Awas kalau ternyata pelit, invest cuma sedikit.
Kecuali kalau yang kita maksud dengan NKRI adalah huruf N+K+R+I. Dan Harga Mati adalah h-a-r-g-a-m-a-t-i, deretan huruf, parade bunyi dasar, bukan pun aksara. Berbedakah antara huruf dengan aksara? Tanya ke Pusat Bahasa.
Sebagaimana mungkin sebagian orang menyangka Pancasila adalah kumpulan huruf p, a, n , c, a, s, i, l dan a. Pancasila adalah kata. Pancasila adalah sebentuk goresan, yang kalau dipandang dengan mata bentuk dan rasa estetikanya beda dengan Bagawadgita, Kutaramanawa, Tajussalatin, Khilafah, Magna Carta, Tsaqafah Madaniyah atau gambar huruf-huruf Declaration of Independence. Maka ketika muncul sesuatu yang “rupa”-nya tidak persis sama dengan rupa deretan huruf Pancasila, disebut anti-Pancasila, dituduh makar kepada NKRI.
Padahal NKRI harga mati. Harga mati adalah harga yang tidak bisa ditawar lagi. NKRI tanpa plus atau minus. Rakyat sangat senang dan mantap dengan jargon NKRI Harga Mati. Mereka selalu menantikan penjelasan yang dimaksud itu NKRI yang mana, yang tahap apa, yang tahun berapa. NKRI 1945 atau 1946, NKRI 1949 atau 1955, NKRI 1959 atau 1965, NKRI 1998 atau 2002. Ataukah NKRI lukisan wajahnya abstrak ekspresionis sekarang ini, yang seperti lukisan hasil telapak kaki dan tangan bayi dikasih cat dan ditempelkan ke kanvas. Harga Mati NKRI (Seri Pancasila, 8) http://nusantaranews.co/harga-mati-n...i-pancasila-8/
0
3.1K
22
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
691.5KThread•2Anggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya