Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

asiikmantapasoyAvatar border
TS
asiikmantapasoy
Cerita Indomie Rebus, lada, Lampung dan Calon Gubernur
Cerita Indomie Rebus, lada, Lampung dan Calon Gubernur

Foto : Istimewa


Sore yang cerah untuk jiwa yang sepi, bukan kok, ini bukan lagu dari Peterpan, tapi ini sedikit cerita saya di sore ini. Semangkuk indomie rebus sedang ada di hadapan saya dengan kepulan panas yang membuat perut ini semakin terasa lapar, belum lagi suasana sore ini yang begitu syahdu, sore hari menjelang senja. Bisa dibayangkan kan bagaimana suasana itu?

Saya taburkan lada di sekitar indomie itu, untuk menambah citarasa pedas. Saya memang menyukai taburan lada dalam semangkuk indomie. Rasanya pedas namun tak sepedas cabai. Saya perhatikan sedikit di botol lada tersebut, produksi di Lampung. Apakah benar lada dapat diproduksi di Lampung?

Hmmm, saya menjadi penasaran dengan informasi yang tertera di botol lada tersebut, saya pun mencari tahu dengan menanyakan kepada penjual mie rebus. “Ibu apa bener lada bisa diproduksi di Lampung?”. Ibu Surti nama penjual indomie tersebut, lalu dengan cepat ibu Surti menceritakan tentang lada di Lampung. “Lada memang menjadi primadona pertanian di Lampung, dahulu kala. Mungkin banyak masyarakat Lampung yang tidak tahu bahwa Bumi Ruwa Jurai ini merupakan penghasil lada hitam atau black papper terbesar sejak zaman penjajahan Belanda, Inggris, dan Portugis. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu” ungkap Ibu Surti

Ibu Surti lalu menceritakan bagaimana saat ini sangat sulit sekali dalam membudidayakan lada. Bukan produksinya, namun dalam skala pemasarannya. Harga jual lada saat ini semakin merosot. Bahkan untuk di tahun 2017 ini saja lada hanya dipasarkan dengan harga Rp. 37.000/kg, sungguh sangat ironis mengingat beberapa tahun lalu harga jual lada di pasaran bisa menembus di angka Rp 120.000/kg. ini menjadi permasalahan yang membuat petani di Lampung menjerit. (baca http://nasional.republika.co.id/beri...t-harga-anjlok)

Tak terasa hari sudah semakin senja. Obrolan dengan ibu Surti membawa saya kepada suapan terakhir, ah memang indah sore ini, diselimuti dengan rasa penasaran saya tentang lada asal Lampung. Semoga lada kembali menjadi primadona Lampung seperti era kolonial lalu.

Perlu seorang pemimpin yang peduli pada lada, peduli dengan pertanian. Mungkin itulah solusi yang dibutuhkan oleh Lampung. 2018 menjadi harapan baru bagi dunia pertanian terutama petani lada. 2018 menjadi angin segar bagi masyarakat Lampung, mengingat 2018 menjadi pintu masuk bagi calon pemimpin Lampung yang akan datang. Adakah calon pemimpin Lampung yang nantinya akan peduli dengan pertanian. Mengembalikan kembali kejayaan lampung yang dulu menjadi primadona dunia. Seorang pemimpin Lampung yang memiliki latar belakang pertanian mungkin dapat menjadikan fokus pembangunan Lampung ke depan. Namun tanpa mengeliminasi kebutuhan yang lainnya juga.

Siapakah orang tersebut yang memang layak memimpin Lampung ke depan?
0
1.5K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.