- Beranda
- The Lounge
Kemacetan Dan Masyarakat Indonesia
...
TS
fadw.crtv
Kemacetan Dan Masyarakat Indonesia
Pemerintah sepertinya sedang kebingungan dengan masalah kemacetan yang semakin hari semakin padat. Pembangunan infrastruktur yang lambat dan pertumbuhan angka penjualan kendaraan bermotor seperti menjadi jiwa dari kemacetan.
Tidak bisa dipungkiri, kendaraan bermotor sudah menjadi penyumbang pajak yang cukup besar di Indonesia. Mulai dari pajak pabrik-pabrik milik asing di daerah Karawang - Bekasi dan daerah lainnya, pajak dari kendaraan bermotor yang berseliweran di jalanan dan pajak dari para buruh pabrik.
Selain itu, kendaraan bermotor menjanjikan lapangan pekerjaan yang besar. Permintaan pasar yang selalu ramai menjadikan pabrik-pabrik otomotif kian lama kian memenuhi kavling-kavling tanah di daerah Industri.
Kebijakan pembatasan-pembatasan kendaraan di sejumlah ruas jalan hanya mengalihkan kemacetan, bukan untuk mengatasinya. Bahkan jalan yang menjadi pengalihan bisa bertambah macet.
Memang pemerintah kita masih belum memiliki kuasa akan pembatasan atau pelarangan penjualan kendaraan bermotor. Di samping fasilitas transportasi yang kurang, terlebih lagi masyarakat Indonesia yang malas berjalan kaki untuk sampai ke halte atau stasiun.
Jika pemerintah mau menggandakan armada transportasi umum dan pelarangan kendaraan sepeda motor, bukan tidak mungkin kemacetan akan banyak terurai.
Kenapa sepeda motor yang dilarang? Karena ketidak-teraturan pengguna sepeda motor sudah sangat-sangat buruk serta jika terjadi hal yang tidak diharapkan pun keselamatan pengendara sangat minim.
Ketidak-teraturan ini bisa dilihat dari banyaknya pengendara yang tidak melengkapi diri dengan alat keselamatan dan ugal-ugalan di jalan yang sangat berbahaya. Lalu bagaimana dengan mobil? Mobil biarkan saja macet juga, toh mobil pake AC.
Jika kita melihat ke Negeri Sakura, transportasi umum tidak menjamah setiap kota atau desa, jadi masyarakat Jepang mau tidak mau harus berjalan kaki atau naik sepeda dengan jarak tempuh paling lama sampai 1-2 jam untuk mencapai halte atau stasiun.
Tapi kan di Jepang dingin? Iya dingin kalau musim dingin, suhu bisa mencapai dibawah minus derajat. Musim panas ya panas, suhu bisa mencapai 40 derajat. Jika orang Indonesia? berjalan 5 menit saja sudah mengeluh ini itu.
Masyarakat seperti tidak mau atau enggan untuk berjalan kaki sebagai mobilitas sehari-hari, padahal nyatanya, berjalan kaki itu sehat karena secara langsung kita berolah raga dan menghindarkan kita dari getaran mesin kendaraan.
Kita pula sudah mendengar tentang armada bus atau kereta yang ditunjukan untuk kaum elit, dengan label premium dan fasilitas wah dengan harga yang reasonable(bagi mereka) tetapi hanya sebagai fasilitas wisata, bukan mobilisasi keseharian.
Sebenarnya kalau pun mau dan bisa, pemerintah memberikan pajak yang tinggi untuk kaum elit ini untuk dialokasikan ke k̶a̶n̶t̶o̶n̶g̶ ̶k̶o̶r̶u̶p̶t̶o̶r̶ fasilitas transportasi umum, sehingga masyarakat menengah kebawah bisa tersubsidikan akan keperluan mobilitasnya.
Selain itu, jalan-jalan di Indonesia sangat rentan dengan proyek-proyek yang sebenarnya masih tidak perlu dan tidak efektif.
Saya beri contoh, misalnya Jalan A dilakukan pengaspalan dengan panjang 1 kilometer, setelah pengaspalan selesai 2-4 minggu kemudian ada proyek galian kabel, jalan yang sudah mulus seperti paha model pun akhirnya bersingkayo dan berselulit.
Seharusnya proyek bawah tanah (gorong-gorong/galian kabel/PDAM) dilakukan sebelum pengaspalan, serta pengaspalan pun dengan aspal yang berkualitas. Jangan sampai setiap tahun dilakukan pengaspalan walau memang jalur itu dilalui truk dengan muatan berton-ton.
Tidak bisa dipungkiri, kendaraan bermotor sudah menjadi penyumbang pajak yang cukup besar di Indonesia. Mulai dari pajak pabrik-pabrik milik asing di daerah Karawang - Bekasi dan daerah lainnya, pajak dari kendaraan bermotor yang berseliweran di jalanan dan pajak dari para buruh pabrik.
Selain itu, kendaraan bermotor menjanjikan lapangan pekerjaan yang besar. Permintaan pasar yang selalu ramai menjadikan pabrik-pabrik otomotif kian lama kian memenuhi kavling-kavling tanah di daerah Industri.
Kebijakan pembatasan-pembatasan kendaraan di sejumlah ruas jalan hanya mengalihkan kemacetan, bukan untuk mengatasinya. Bahkan jalan yang menjadi pengalihan bisa bertambah macet.
Memang pemerintah kita masih belum memiliki kuasa akan pembatasan atau pelarangan penjualan kendaraan bermotor. Di samping fasilitas transportasi yang kurang, terlebih lagi masyarakat Indonesia yang malas berjalan kaki untuk sampai ke halte atau stasiun.
Jika pemerintah mau menggandakan armada transportasi umum dan pelarangan kendaraan sepeda motor, bukan tidak mungkin kemacetan akan banyak terurai.
Kenapa sepeda motor yang dilarang? Karena ketidak-teraturan pengguna sepeda motor sudah sangat-sangat buruk serta jika terjadi hal yang tidak diharapkan pun keselamatan pengendara sangat minim.
Ketidak-teraturan ini bisa dilihat dari banyaknya pengendara yang tidak melengkapi diri dengan alat keselamatan dan ugal-ugalan di jalan yang sangat berbahaya. Lalu bagaimana dengan mobil? Mobil biarkan saja macet juga, toh mobil pake AC.
Jika kita melihat ke Negeri Sakura, transportasi umum tidak menjamah setiap kota atau desa, jadi masyarakat Jepang mau tidak mau harus berjalan kaki atau naik sepeda dengan jarak tempuh paling lama sampai 1-2 jam untuk mencapai halte atau stasiun.
Tapi kan di Jepang dingin? Iya dingin kalau musim dingin, suhu bisa mencapai dibawah minus derajat. Musim panas ya panas, suhu bisa mencapai 40 derajat. Jika orang Indonesia? berjalan 5 menit saja sudah mengeluh ini itu.
Masyarakat seperti tidak mau atau enggan untuk berjalan kaki sebagai mobilitas sehari-hari, padahal nyatanya, berjalan kaki itu sehat karena secara langsung kita berolah raga dan menghindarkan kita dari getaran mesin kendaraan.
Kita pula sudah mendengar tentang armada bus atau kereta yang ditunjukan untuk kaum elit, dengan label premium dan fasilitas wah dengan harga yang reasonable(bagi mereka) tetapi hanya sebagai fasilitas wisata, bukan mobilisasi keseharian.
Sebenarnya kalau pun mau dan bisa, pemerintah memberikan pajak yang tinggi untuk kaum elit ini untuk dialokasikan ke k̶a̶n̶t̶o̶n̶g̶ ̶k̶o̶r̶u̶p̶t̶o̶r̶ fasilitas transportasi umum, sehingga masyarakat menengah kebawah bisa tersubsidikan akan keperluan mobilitasnya.
Selain itu, jalan-jalan di Indonesia sangat rentan dengan proyek-proyek yang sebenarnya masih tidak perlu dan tidak efektif.
Saya beri contoh, misalnya Jalan A dilakukan pengaspalan dengan panjang 1 kilometer, setelah pengaspalan selesai 2-4 minggu kemudian ada proyek galian kabel, jalan yang sudah mulus seperti paha model pun akhirnya bersingkayo dan berselulit.
Seharusnya proyek bawah tanah (gorong-gorong/galian kabel/PDAM) dilakukan sebelum pengaspalan, serta pengaspalan pun dengan aspal yang berkualitas. Jangan sampai setiap tahun dilakukan pengaspalan walau memang jalur itu dilalui truk dengan muatan berton-ton.
27/8/2017
0
31.7K
283
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya