Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

poerboxAvatar border
TS
poerbox
Benarkan Indonesia Krisis Utang?
Ada teman pengusaha yang sebelum krisis moneter usahanya berkembang pesat. Hartanya terus tumbuh seiring bertambahnya perusahaan dibawah kendalinya. Namun ketika krisis moneter 1998, hanya dalam hitungan bulan, usahanya bangkrut dan asetnya masuk program BPPN. Bukankah dia kaya dan perusahaannya banyak? Mengapa sampai bangkrut begitu cepat? Apakah benar karena kurs rupiah yang terjun bebas? Kalau saya tela'ah keadaan ketika krismon, baik dunia usaha maupun pemerintah sudah bangkrut jauh sebelum krismon. Krismon hanya terompet kematian saja. Mengapa? Secara intelektual dan spiritual memang fondasinya rapuh. Apa penyebab sesungguhnya?

Ketika penerimaan tinggi, pertumbuhan usaha juga tinggi namun hutang terus di gali. Peningkatan utang memang lebih rendah dibandingkan peningkatan harta karena adanya laba. Tapi harta itu sebagian besar berupa harta tidak produktif. Para pengusaha ketika itu berlomba lomba menumpuk harta pribadi di dalam maupun luar negeri. Gaya hidup mereka benar benar seperti orang miskin mendadak kaya, tak ubahnya seperti Bos First Travel. Ketika penerimaan jatuh, kemampuan berhutang juga turun, maka sudah dipastikan perusahaan tumbang begitu cepat. Mengapa harta yang ada tidak bisa menyelamatkan? Harta itu sebagian besar berupa tanah, bangunan, dan kendaraan juga segala aksesoris hidup mewah. Harta tersebut, ketika dibeli adalah aset tidur, dan ketika hendak dijual juga tidak mudah. Ada harta, ada harga, tapi pasar tidak tersedia merespons cepat.

Begitu juga halnya dengan negara. Peningkatan penerimaan dari SDA dengan diikuti meningkatnya GNP sangat luar biasa. Hutangpun terus digali. Tapi peningkatan GNP itu tidak punya value dan sebagian besar kontribusi PMA akibat penguasan SDA. Dan ketika krismon terjadi, seluruh aset yang ada nilainya hanyalah sejumlah 30% dari total aset. Seketika GNP drop maka perbandingan GNP terhadap hutang mencapai lebih 100%. Pertumbuhan ekonomi langsung drop. Stuck terjadi dimana mana. Indonesia butuh 6 tahun untuk keluar dari krisis. Di Era SBY, ternyata sistem Orba kembali diterapkan. Penerimaan negara dari SDA akibat harga komoditas utama naik dipasar dunia , bukannya di pakai untuk peningkatan aset produktif ( pembangunan trans Papua, Kalimantan, Sumatera, Infrastruktur produktif, dan lain-lain ) malah sebagian besar masuk asset non produtif yang berongkos mahal dan subsidi 3000 triliun dibakar untuk BBM selama 10 tahun berkuasa. Memang hutang tumbuh relatif kecil persentasenya dibandingkan peningkatan GNP, akan tetapi GNP tidak memiliki real value. Benarlah dampaknya, tahun 2011 sampai 2013 terjadi neraca perdagangan mengarah ke defisit dan hutang mulai di kerek untuk menutupi defisit. Menjelang akhir masa jabatan SBY, Current Account kita sudah merah mendekati insolvent.

Untunglah Jokowi terpilih sebagai presiden. Dia tanpa banyak menanti dalam wacana, langsung melakukan restrukturisasi APBN dengan lebih besar pos belanja fiskal daripada konsumsi dan subsidi. Ketika itu seluruh elite politik tidak berani karena takut resiko politik akan menimbulkan chaos Tapi Jokowi sebagai risk taker tetap dengan agendanya. Kerja! Kerja! Kerja! Penghematan atas belanja pegawai dilakukan di ratusan pos anggaran. Hasilnya bisa dilihat, bahwa sekalipun pertumbuhan hutang meningkat lebih tinggi daripada GNP, namun Pemupukan Modal Tetap Bruto negara juga meningkat. Makanya pertumbuhan ekonomi ditengah krisis global tetap terjadi, dan hutang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa ada guncangan makro ekonomi. Terbukti rasio Debt to GNP tetap dibawah 30%. Artinya hutang yang ada semua masuk ke sektor produksi dan investasi, maka ini akan menambah real value GNP. Tidak ada lagi hutang untuk subsidi dan aset yang tidak produktif. Di masa depan, ini akan jadi mesin pertumbuhan yang efektif untuk membuat indonesia semakin mandiri.

Jadi indonesia tidak krisis utang tapi justru utang meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemupukan modal brurto dalam bentuk infrastruktur ekonomi, dan model ini menjadikan indonesia punya unlimited financial resource di money market. Tidak perlu lagi mengemis dengan negara lain atau mengemis kepada Bank Dunia untuk berhutang. Cara Jokowi sederhana, dia tidak memaknai uang dan utang seperti tukang jualan biasa, tapi seperti cara berpikir Warren Buffet, yaitu Create Value And Then Financial Resource Will Follow You.

Benarkan Indonesia Krisis Utang?


(Sumber: Group Diskusi Dengan Babo)
Diubah oleh poerbox 26-08-2017 11:15
0
1.5K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.