Jakarta - Restoran Hooters asal Amerika Serikat (AS) awal tahun ini membuka cabang pertamanya di Indonesia, tepatnya di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Di negeri asalnya, banyak toko Hooters yang sudah tutup.
Anak muda atau kaum milenial bisa jadi penyebab tutupnya gerai-gerai Hooters di AS. Kok bisa?
Berdasarkan survei S E N S O R, anak muda zaman sekarang tidak terlalu menganggap payudara perempuan sebagai hal yang seksi.
Hanya 19% pengguna S E N S O R dengan jenjang umur 18 hingga 24 tahun yang mencari video porno dengan kata kunci payudara. Hal yang sama juga terjadi di pengguna dengan jenjang umur 55 hingga 64 tahun, hanya 17% yang menggunakan pencarian dengan kata kunci payudara.
Hooters sudah mengurangi 7% jumlah tokonya dalam rentang waktu 2012 hingga 2016.
"Saat ini wanita berpayudara besar sedang tidak populer, tapi saya yakin nanti tren ini berubah lagi," kata Profesor Ilmu Komunikasi dan Media dari Universitas Robert Gordon, Sarah Pedersen, kepada majalah Playboy yang dikutip Metro.us, Jumat (18/8/2017).
Baca juga: Hooters, Restoran dengan Pelayan Seksi Beromzet Triliunan Rupiah
Selama ini, Hooters mengandalkan pramusaji wanita muda yang mengenakan tank top putih bertuliskan Hooters dan celana pendek berwarna oranye untuk menarik pelanggan.
Restoran dengan logo burung hantu ini menyajikan ragam seafood, sandwich, burger, salad, dan chicken wings sebagai menu andalan. Untuk minuman sendiri, Hooters menawarkan beragam minuman di restoran pada umumnya, mulai dari minuman ringan, jus, kopi, minuman beralkohol, hingga wine.
Hooters awalnya didirikan oleh pengusaha asal AS Lynn D. Stewart, Gil DiGiannantonio, Ed Droste, Billy Ranieri, Ken Wimmer dan Dennis Johnson pada 1 April 1983.
Hingga 2016, tercatat ada lebih dari 430 restoran Hooters yang tersebar di berbagai negara dengan bisnis waralaba.
Sumber