"Indonesia tanah air beta..." sepenggal lirik lagu Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki ini sudah sangat familiar di telinga kita. Pada lirik tersebut tersemat kata "beta" yang berarti “saya” dalam bahasa ambon,. meskipun sang pencipta berasal dari Jakarta, ia memilih untuk menggunakan bahasa daerah dalam lirik lagunya untuk menciptakan keberagaman.

Lain lagu, lain pula bentuk peradaban di era milenial ini. Saat ini budaya Indonesia telah berbaur dengan budaya lain. Fenomena seperti ini sebenarnya adalah suatu hal yang umum, meskipun sebenarnya bisa menjadi masalah. Kenapa menjadi masalah? Bangsa Indonesia tidak tercipta dari satu jenis suku saja, melainkan sebuah bangsa besar. Bangsa Indonesia semenjak merdeka telah hidup damai tanpa memandang kaum mana yang berhak mengatur negara ini. Sayangnya harmonisme ini belakangan mulai berubah.


Dalam hidup bernegara di Indonesia, kita mengetahui bahwa masyarakat Indonesia terlahir dari beragam etnis, suku, budaya, dan agama yang berbeda. Meski berbeda, semuanya bersatu di bawah naungan bendera merah putih. Tidak ada pihak yang bisa membedakan dirinya dengan yang lain, semuanya sama. Kekuasaan atas negara juga tidak mengatasnamakan siapapun. Sayangnya saat Indonesia sedang digoyang oleh masalah separatisme.

Perbedaan itu semakin kontras karena kerap ditonjolkan. Minimnya jiwa patriotisme dan nasionalisme dewasa ini kadang memicu terjadinya perpecahan dimana negara ini dianggap milik suatu kaum atau etnis tertentu. Paham tersebut merupakan bentuk ahistoris dan tidak mencerminkan sikap bangsa.


Isu mengenai perbedaan ini terus dihembuskan oleh suatu kelompok yang merasa dicurangi oleh pemerintah atau kelompok lainnya yang merasa diistimewakan. Tanpa mencari siapa yang salah dan benar, sebetulnya kita dapat melihat situasi bangsa yang dulunya tidak pernah bermasalah. Namun sekarang masalah perbedaan tersebut justru mendadak nyata.

Mungkin tidak ada yang menyadari jika rangkaian hal tersebut tercipta bukan karena terjadi begitu saja. Ada oknum yang sengaja mencuatkannya hanya untuk kepentingan tertentu. Kadang apa yang diteriakan atau dikeluhkan oleh suatu kelompok tertentu belum tentu mewakili masyarakat. Bisa jadi itu hanya untuk kelompok tertentu dengan cara mendompleng mayoritas.

Logikanya negara ini bukan milik anda, mereka atau saya, tetapi milik kita bersama. Hentikan bualan tentang mayoritas dan minoritas yang justru meruncingkan perbedaan. Tanah air ini adalah rumah kita bersama.


Tidak ada satupun yang bahagia melihat perpecahan. Kita semua sama-sama memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesatuan dan persatuan negara ini. Jika memang nurani kita terpanggi, maka suarakanlah persatuan dan kesatuan demi perdamaian. Sudaj cukup Indonesia terpecah. Sekarang saatnya kita semua bersatu demi Indonesia yang lebih baik.

Sumber: Caping App