Lupakan sejenak peristiwa perundungan dan bunuh diri. Masalah sosial tidak berkutat di dua hal itu saja. Apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia juga patut jadi sorotan.

Capingers mungkin masih ingat kelakuan turis Indonesia di Candi Borobudur yang membuat marah publik. Tidak hanya di Candi Borobudur, perilaku turis Indonesia di Candi Prambanan pun juga tidak bisa ditoleransi.



Pemandangan perilaku tidak pantas turis Indonesia di Candi Prambanan dapat dilihat setiap hari. Masih ada saja pengunjung yang memanjat sisi-sisi terlarang, meski sudah ada larangan tertulis di candi tersebut.

Biasanya pemandu wisata akan memberitahukan aturan dan larangan di sekitar Candi Prambanan. Namun, tidak semua turis menggunakan jasa pemandu wisata. Oleh karena itu, sebagian besar turis tidak tahu atau peduli dengan etika di destinasi wisata tersebut.



Candi memang masuk dalam kategori monumen mati. Namun, bukan berarti kamu bisa berbuat seenaknya di tempat wisata tersebut, seperti menaiki atau memanjat candi hanya untuk mendapatkan sudut foto yang bagus.

Tiket masuk ke Candi Prambanan yang terbilang mahal tidak menjadikan candi tersebut dijaga dengan ketat juga. Kehadiran satpam yang berkeliling pun dirasa belum cukup.

Papan larangan “dilarang memanjat” juga terlihat masih kurang banyak diletakkan di sekitar area candi. Namun, tanpa papan larangan pun seharusnya turis domestik sudah mengerti bahwa menghormati dan mengapresiasi Candi Prambanan dan kebudayaan Indonesia lainnya adalah suatu keharusan.



Jika dibandingkan dengan turis mancanegara yang berkunjung ke kawasan Candi Prambanan, mereka terlihat lebih terkesima dan menghargai monumen bersejarah tersebut.

Contohnya, Mantan Presiden Barrack Obama yang terkagum-kagum melihat keindahan Candi Prambanan. Selain itu, turis asal Jepang bernama Tetz dan Hiro juga terkagum-kagum melihat keindahan Candi Prambanan.



Mengapa turis mancanegara lebih menghargai kebudayaan Indonesia dibandingkan turis lokal? Apakah kurangnya pengetahuan yang membuat orang Indonesia seakan tidak menghargai hasil budaya negaranya sendiri?



Sumber: Caping App