komunitasjalan2Avatar border
TS
komunitasjalan2
ADA WISATA APA DI TIMOR LESTE?
Kebanyakan kita pasti memimpikan liburan ke Luar Negeri, Eropa, Amerika, Turki, Jepang, Korea, atau setidaknya negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tapi bagaimana dengan Timor Leste? Bukankah negara ini juga bertetangga dekat dengan kita bahkan pernah menjadi bagian dari negara kita?

Nama Timor Leste atau dulu sebelum memisahkan diri dari NKRI dikenal dengan sebutan Timor Timur, memang sudah sangat kita kenal. Tetapi memang negara yang berbatasan darat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini bukanlah destinasi favorit untuk wisata. Selain banyak yang belum tahu tentang keunikan apa yang ada disana, faktor lain yang cukup menguatkan alasan untuk tidak memasukkan Timor Leste sebagai list tujuan liburan ialah karena biaya transportasi ke sana yang terbilang tinggi. ‘Dengan biaya segitu, mending saya ke X aja sekalian yang jelas lebih menarik’ Kurang lebih begitulah pemikiran kebanyakan kita.

Lantas apakah Timor Leste memang sebegitu tidak menariknya? Kuy, kita ulik saja.


1. Perlukah Visa ke Timor Leste?

via Topsy.fr

Timor Leste menempatkan Visa On Arrival bagi wisatawan Indonesia. Artinya kamu bisa mengurus visa ketika tiba di sana melalui bandara atau jalur masuk lainnya. Biayanya sendiri sekitar USD 30 atau sekitar Rp 390 ribu. Tapi ada juga perbatasan yang tidak memerlukan visa on arrival sekalipun yaitu perbatasan di wilayah Atambua, NTT, tetapi sayangnya turis hanya dibolehkan masuk sejauh 5 km saja, jadi untuk berwisata opsi ini harus dicoret. Kecuali kalau kamu hanya sekedar ingin menginjakkan kaki saja alias ‘setidaknya pernah ke Timor Leste’.


2. Perjalanan ke Timor Leste

Seperti yang sudah disinggung di awal, perjalanan menuju Timor Leste sebenarnya mudah, tapi mahal. Dari Jakarta, belum ada penerbangan langsung ke Dili, jadi kamu harus transit dulu di Bali. Tarif standar pesawat Jakarta-Dili kurang lebih Rp 2,5 juta atau setidaknya kamu harus menyiapkan uang sekitar 5 juta untuk pulang pergi. Eits, tapi itu untuk penerbangan kelas ekonomi, ya.


Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Atambua NTT via sinarharapan.net650 × 372

Selain jalur udara, jalur darat juga sangat bisa menjadi pilihan, setidaknya kamu bisa sedikit lebih hemat dibanding menggunakan pesawat. Caranya ialah dengan mengambil penerbangan tujuan Kupang, NTT. Lalu barulah perjalanan dilanjutkan dengan jalur darat. Tersedia minibus travel yang melayani perjalanan darat Kupang ke Dili. Tarifnya hanya sekitar Rp 200.000. Perbatasan yang akan dilalui ialah di Mota’ain atau Batu Gade jika dari sisi Timor Leste. Perjalanan darat ini sendiri berlangsung sekitar 9-11 jam dengan pembagian sekitar 6-7 jam dari Kupang ke perbatasan, dan sekitar 3-4 jam dari perbatasan ke Dili. Jangan lupa, diperbatasan kalian harus membayar Visa on Arival yang sudah dijelaskan sebelumnya, ya.


3. Dua Mata Uang, Centavos dan Dollar Amerika

Koin untuk mata uang Centavos via timorlestemerdeka.wordpress.com

Salah satu keunikan dari Timor Leste ialah dari penggunaan mata uangnya. Negara ini meskipun mantan bagian dari Indonesia, tetapi mereka tidak menggunakan Rupiah. Mereka menggunakan mata uang Centavos untuk pecahan koin dari 1 hingga 100 dan Dollar Amerika untuk pecahan uang kertas. 100 centavos setara dengan 1 Dollar Amerika. Ya, Dollar Amerika bukan Dollar Timor Leste, yang artinya kurs nya pun sama dengan Dollar Amerika. Hal ini tentu bisa menjadi kemudahan juga bagi turis karna tentunya sangat mudah menukarkan kurs ke USD.


4. Dili, City of Peace

Tak lengkap tentunya jika membahas sebuah negara tapi tidak mengulas ibukota negaranya. Timor Leste sendiri beribukota masih sama dengan ibukota saat masih menjadi provinsi NKRI, yaitu Kota Dili. Mantan presidennya, Jose Ramos Horta, menjuluki kota di pantai utara Timor Leste ini dengan nama City of Peace.


Bird view dari Kota Dili via momentum.tl

Seperti ibukota negara pada umumnya, Dili menjadi pintu gerbang utama memasuki Timor Leste. Bandara Internasional di kota ini bernama Presidente Nicolau Lobato, di sisi Barat Kota Dili. Namun, jangan pula membayangkan Dili seperti Jakarta atau ibukota negara pada umumnya, di kota yang kental dengan nuansa portugis ini lebih mirip kota-kota kecil di Indonesia, tanpa gedung pencakar langit, ditambah kurang penghijauan dan cuaca khas Timor yang kering menjadikannya tampak kering nan berdebu. Penduduknya sendiri hanya sekitar 220 ribu jiwa sehingga sangat lengang apalagi saat malam.

Meskipun ibukota negara, nyatanya kehidupan malam kota ini sangat senyap. Kebanyakan pertokoan tutup maksimal jam 7 malam. Hanya mall dan beberapa tempat makan yang masih buka itupun mungkin, karena bahkan restoran di mall sekalipun juga tutup di jam 7 malam. Kabarnya hanya Burger King yang buka hingga jam 9 malam. Mungkin inilah yang disebut City of Peace, benar-benar damai untuk pecinta kesunyian.

Namun menariknya, karena berada di pesisir pantai utara, Dili memiliki pemandangan pantai. Hidangan laut di sana juga banyak tersedia sehingga cukup memanjakan hasrat wisata kuliner. Tak hanya soal pantai dan laut, bagian selatan kota juga berupa lanskap perbukitan sehingga juga menjadi potensi keindahan tersendiri.


5. Biaya Hidup?

Mungkin karena menggunakan mata uang Dollar Amerika dan kebanyakan merupakan produk impor, harga berbagai kebutuhan hidup di Timor Leste terbilang tinggi. Sekali makan di rumah makan biasa, setidaknya kamu harus merogoh kocek USD 3-5, itupun belum termasuk minum. Bayangkan dengan kurs sekarang, artinya kamu harus merogoh kocek setidaknya 50 ribu rupiah sekali makan. Itu di rumah makan biasa, apa jadinya kalau kamu makan di restoran?.

Sebanding lurus, biaya bensin di sana juga lebih mahal dibanding di negara kita. Satu liter BBM mencapai harga USD 1,5 perliternya. Tentu ini akan berpengaruh juga pada biaya transportasi disana.

Tapi ada yang murah, loh ! Mobil. Ya, harga mobil di Timor Leste bisa 30-40 % lebih murah dibanding di Indonesia. Hal ini karena pajak barang impor disana jauh lebih rendah.


6. Transportasi Umum

Antar kota di Timor Leste bisa dituju dengan menggunakan Bus atau Minibus. Sedangkan untuk di dalam Kota Dili sendiri, tersedia mobil angkot yang disebut mikrolet, bus, dan taksi. Biasanya mikrolet lebih umum digunakan warga untuk mobilitas di dalam kota. Jumlahnya pun cukup memadai meskipun tidak juga dikatakan banyak.


Mikrolet di Kota Dili, pict by Zamush via flickr

Mungkin pula karena saking sepinya, jika kamu naik taksi, bisa jadi dinaiki oleh penumpang lain. Maksudnya di tengah perjalanan, jika ada penumpang lain, supir taksi juga bisa mengangkut mereka meskipun sudah ada penimpang di dalam taksi.

Tidak mau ribet? Kamu bisa menyewa mobil. Tarifnya juga lebih mahal dibanding di Indonesia, yaitu sekitar Rp 500 ribu untuk sehari sewa.


7. Penginapan

Masih terbilang mahal, tarif hotel bintang 3 atau 4 sekitar USD 100-200. Tetapi tidak selalu, karena kalau kamu mau lebih berhemat, kamu bisa menginap di beberapa penginapan atau guesthouse murah seharga sekitar USD 15-25. Beberapa penginapan murah di Kota Dili ialah seperti Casa Minha Backapcker, Dili Central Backpacker, dan East Timor Backpacker.


8. Kuliner

Hidangan laut cukup banyak menjadi andalan makanan favorit terkhusus di Kota Dili. Banyak kedai makan di dekat pantai yang secara khusus menghidangkan seafood. Dan perlu diingat bahwa mayoritas penduduk Timor Leste ialah Kristiani sehingga bagi wisatawan muslim bisa mencari restoran berlabel halal. Tidak begitu sulit meskipun tidak juga mudah. Beberapa rumah makan khas Indonesia masih bisa dijumpai di beberapa titik di Kota Dili, seperti Restoran Wong Solo didekat Timor Plaza, Restoran Makassar di dekat Kampung Alor, Restoran 77 di dekat Masjid An Nur Kampung Alor, termasuk restoran Jepang, Wasabi dan restoran Burger King di Komplek Timor Plaza yang juga berlabel Halal.

Sedangkan bagi kamu yang non Muslim tentu bukan lagi menjadi kendala. Pada sore hingga malam, selain ikan bakar juga ada penjual daging babi panggang di sekitaran jalanan tepi pantai.


Roti Paun khas Timor Leste via estrelaonline.co

Bagaimana dengan makanan tradisional? Perpaduan unsur Portugis, Indonesia, Tiongkok, bahkan Arab sangat bisa dirasakan di negara ini. Di Pagi hari, bahkan kalian sudah bisa merasakan sensasi khas dari Roti Pa’un yang biasa dijual pedagang sarapan. Roti ini lebih cenderung berasa tawar namun dengan sentuhan rasa sedikit asin. Biasanya roti ini dimakan dengan segelas kopi hangat.

Untuk makanan berat, ada Carne assada yaitu daging kerbau bakar yang diberi saus kental dan taburan merica. Ada juga Caldeirada yang terbuat dari daging sapi atau kambing yang dibumbui tomat, cabe merah, garam, merica, cuka dan bir serta potongan kentang dan wortel.

Ada juga hal sambal khas yang populer bagi warga Timor Leste, Sambal Belimbing. Jangan bayangkan rasanya pedas dari kata sambal, tetapi bayangkan rasa belimbingnya. Sambal ini berasa sangat asam dan sangat asin dalam satu waktu. Mungkin kurang cocok bagi kamu yang menderita maag atau memang tidak suka dengan rasa yang terlampau kuat seperti ini.


9. Ramelau, Puncak Tertinggi Tempat Bertakhtanya Patung Bunda Maria

Puncak Ramelau dan Patung Ave Maria via visiteasttimor.com

Patung Raksasa Bunda Maria atau Ave Maria atau Virgin Mary memang cukup banyak ada di beberapa negara, termasuk Timor. Patung Ave Maria raksasa yang menjadi kebanggaan warga Timor Leste sekaligus menjadi objek wisata andalan di sana.

Patung setinggi sekitar 3 meter yang berada di atas ketinggian 2.985 mdpl ini berada di puncak tertinggi dari daratan Timor Leste yaitu puncak Gunung Ramelau atau biasa juga di sebut Tatamailau. Berada sekitar 70 km sebelah Selatan dari Kota Dili, Ramelau menjadi pilihan mendaki favorit di Timor Leste, apalagi dengan adanya Patung Ave Maria, pendakian juga dilakukan untuk berwisata religi. Untuk mendaki puncak gunung ini, kalian bisa memulai pendakian dari desa Aimeta di sisi utara atau Kota Hato Bulico di sisi Timur Laut.


10. Mundo Perdido, The Lost World dari Timor Leste

View dari Mundo Perdido via australianmuseum.net.au

Hutan Tropis mungkin terdengar tidak begitu menarik untuk dikunjungi, tetapi untuk daratan Timor yang identik dengan suasana gersang, keberadaan hutan dengan pepohonan hijau atau padang rumput luas merupakan sesuatu yang cukup menarik. Cobalah ke Mundo Perdido, sebuah hutan pegunungan di bagian tengah dari sisi Timur negara Timor Leste. Tak hanya soal lanskap hijau pegunungan, daya tarik lainnya ialah dari sebaran aneka satwa yang sering dijumpai, termasuk jika beruntung kalian bisa melihat segerombolan kuda tengah mencari makan di padang rumput. Padang rumput di atas ketinggian inilah yang menjadi spot utama yang paling mempesona untuk dikunjungi.

Namun untuk bisa mencapai puncak padang rumput Mundo Perdido, perjalanan yang harus ditempuh tidaklah mudah, itulah mengapa disebut The Lost World of Timor Leste. Kalian harus mendaki dengan trek khas kawasan pegunungan yang naik turun selama sekitar 5 jam. Lebih menarik lagi jika kamu menyewa pemandu wisata dengan biaya sekitar USD 15 untuk menemani petualangan agar lebih efektif dan efisien.


11. Areia Branca, Pantai Pemikat Hati

Pantai Areia Branca, pict by vi27hahah via panoramio.com

Jika ada sesuatu yang wajib untuk dikunjungi ketika di Timor Leste, maka Areia Branca adalah salah satunya. Pantai yang artinya pasir putih ini memang memiliki keunggulan dari pasir pantainya yang berwarna putih, lautan biru jernih berkilau dengan ombak yang bersahabat, serta daratan perbukitan yang menjadi pendampingnya. Tak heran jika Areia Branca adalah pemikat hati paling ampuh yang dimiliki Timor Leste untuk warganya sendiri dan wisatawan.

Pantai ini berada di sebelah Timur Laut Kota Dili, tepat di kaki bukit dimana Patung Kristus, Cristo Rei yang terkenal itu berada. Untuk mencapainya juga sangat mudah karena cukup mengikuti jalan raya tepi pantai di arah timur kota. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 15 menit dari pusat kota Dili. Memasuki pantai ini juga tidak perlu menyiapkan biaya alias gratis.


12. Cristo Rei, Patung Kristus Raja Tertinggi Kedua di Dunia

Patung Cristo Rei menghadap laut lepas via id.pinterest.com/pin/545568942332529209

Objek menarik lain yang juga wajib disambangi ketika berada di negara yang memisahkan diri dari Indonesia tahun 2002 ini ialah Patung Kristus Raja atau Cristo Rei. Patung yang menghadap ke laut lepas ini menjadi kebanggan bagi warga Timor Leste karena selain menjadi ikon, juga karena Patung Cristo Rei setinggi 27 meter ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah patung Christ the Redeemer di Brazil.

Terletak 90 mdpl di puncak sebuah bukit di Tanjung Fatucama, pengunjung bisa dengan mudah mencapainya karena sudah diberikan akses menggunakan tangga. Apalagi tidak ada biaya atau tiket masuk untuk bisa mencapainya. Menariknya lagi, selama pendakian, terdapat gua-gua yang diset sesuai alur cerita bak perhentian jalan salib mengenang peristiwa penyaliban Yesus Kristus.


13. Pantai Dolok Oan, Diantara Perbukitan dan Lautan

View Pantai Dolok Oan dari arah Bukit Fatucama via nnoart.com

Jika kamu sudah berada di atas Bukit Fatucama tempat patung Cristo Rei, maka tengoklah ke bawah sisi Timur, itulah Pantai Dolok Oan, pantai yang masih satu garis pantai dengan Pantai Areia Branca. Karenanya, pantai inipun memiliki karakter yang tidak berbeda dengan pantai Areia Branca tersebut. Fasilitas wisata pada awalnya memang belum ada di Dolok Oan, berbeda dengan Areia Branca yang sudah dilengkapi fasilitas wisata. Tetapi, sekarang Pantai Dolok Oan sudah mulai dibangun fasilitas penunjang wisata tersebut.

Untuk menuju pantai yang befrada di wilayah Metinaro, Kota Dili ini kalian bisa mengikuti jalur jalan menuju Hera dan Dolok Oan Beach. Arahnya sama dengan menuju Areia Branca, hanya saja jika ke Areia belok ke kiri, sedangkan ke Dolok Oan mengarah ke kanan. Ikuti saja petunjuk arahnya. Atau bisa juga dengan berjalan kaki menaiki anak tangga yang menuju patung Cristo Rei. Sesampainya di stasi ke 16, kalian pilih tangga menurun di sisi kanan. Dari sanalah arah menuju Pantai Dolok Oan. Tidak begitu jauh, perjalanan menurun ini hanya memakan waktu sekitar 5-10 menit.


14. Pantai Tutuala di Ujung Timur Timor

Berada di ujung paling timur dari daratan Timor, membuat Pantai Tutuala sering dilewatkan. Padahal pantai yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Nino Konis Santana ini memiliki pemandangan yang menawan dari hamparan pasir putih dan laut lepas yang berkilau. Apalagi karena masih jarang terjamah, kebersihan akan sangat kental terasa.

Lokasi pantai ini sendiri berada di Desa Tutuala yang berjarak sekitar 234 km dari Kota Dili. Jika dibayangkan sekilas, dengan jarak tersebut harusnya bisa dituju dengan lama perjalanan sekitar 4-5 jam, tetapi kenyataannya infrastruktur jalan menuju sana sangat buruk apalagi jika musim hujan. Perjalanan justru bisa memakan waktu hingga 2 kali lipat dari seharusnya atau sekitar 8-10 jam. Selain itu sangat sulit menemukan angkutan umum menuju ke lokasi sehingga ada baiknya memang kalian sudah membawa kendaraan pribadi saja.


15. Pulau Jaco di Lepas Pantai Timur Timor Leste

Tampak udara Pulau Jaco via ekonomipos.com

Dari lepas Pantai Tutualu, terdapat satu pulau yang tak kalah menarik untuk disambangi. Jaco, begitulah nama pulau yang masuk dalam wilayah Tutuala di distrik Lautem. Pulau yang memiliki luas hanya sekitar 10 km persegi ini bisa dituju menggunakan perahu nelayan yang bisa ditemui di pinggir pantai Tutuala. Tarifnya sekitar USD 6 perorang pulang-pergi. Pelayaran sendiri hanya berlangsung sekitar 15 menit saja.

Bukan pulau berpenghuni menjadikan Pulau Jaco bisa dinikmati untuk bersantai meskipun memang dahulu, pulau ini masih dianggap suci dan dilarang untuk dimasuki. Tetapi sekarang wisatawan bisa bebas masuk untuk berbagai kegiatan seperti menyelam, berenang, atau sekedar bersantai. Namun karena masih masuk dalam wilayah Taman Nasional Nino Konis Santana, wisatawan harus ekstra menjaga untuk tidak mengotori apalagi merusak.


15. Baucau, Kota Atmosfer Portugis

Banyak sudut di Timor Leste yang kental dengan nuansa Portugal sebagai negara yang menjajahnya di sekitaran abad ke 15. Bahkan pasca pendudukan Belanda lalu Jepang, setelah Perang Dunia II pun, Portugal kembali menguasai Timor Leste. Barulah di tahun 1976, Timor Leste resmi menjadi bagian dari NKRI meskipun pada akhirnya sekarang kembali berpisah sebagai negara merdeka.

Sejarah inilah yang akhirnya membuat Timor Leste lebih kental dengan nuansa Portugis dibanding nuansa Indonesia, dari mulai Bahasa hingga atmosfer kota. Salah satu kota yang masih meninggalkan jejak-jejak Portugis yang kental ialah Baucau. Kota terbesar kedua setelah Dili ini berada 122 km sisi Timur dari Dili. Dihuni sekitar 16.000 jiwa, Baucau memiliki sejarah yang panjang. Pada masa referendum kemerdekaan tahun 1999, banyak bangunan disana yang hancur dan dirusakkan. Tetapi untungnya sejumlah sisa-sisa bangunan kolonial Portugis masih bisa dilihat di wilayah kota lama-nya. Itulah yang sekarang menarik menjadi objek wisata.

Kota lama atau kota tua itu berada di bawah perbukitan. Kotanya sejuk dengan pemandangan yang menawan. Mirip dengan Bogor yang dimasa Belanda dijadikan kota singgah, maka Baucau juga begitu dijadikan pusat aktivitas kolonial Portugis karena kenyamanannya.


Bekas Pasar di Kota Tua Baucau via cornelioaniceto.wordpress.com

Beberapa sisa puing bangunan yang menarik itu seperti Pousada de Baucau yang sekarang menjadi sebuah hotel, kolam renang dan pemandian bernama Piscina de Baucau, serta sebuah bekas pasar lama O-Mercadu dengan gerbang khas nuansa mediteran kuno. Kondisinya yang sudah tua nan kusan, justru membuat bangunan ini menjadi lebih eksotis.

Kalau ada Kota Lama, maka ada juga Kota Baru. Wilayah di Baucau ini memang baru dikembangkan pada masa Indonesia. Nuansa kota lama lebih tampak modern. Bahkan di kota ini terdapat masjid satu-satunya di Baucau yaitu Masjid Al Amal. Tak hanya masjid, di kompleknya juga terdapat semacam panti asuhan dan sekolah.

SUMBER
0
36.8K
160
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.