Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kakekupdateAvatar border
TS
kakekupdate
Coffin Cubicles, Hidup di Dalam Bilik Sempit

Mungkin Agan sering ngeluh soal kamar tidur yang sempit. Belum lagi kalau berantakan. Rasanya bikin enggak nyaman dan enggak sedap dipandang, ya. Itu baru kamar tidur. Coba, deh, Agan lihat lemari baju di kamar Agan, terus bayangin Agan tidur, belajar, browsing, sampai makan di dalamnya. Kayaknya enggak mungkin, ya? Namun, di Hong Kong, enggak sedikit orang bisa ngelakuinnya.

Sebagai kota yang sangat padat, Hong Kong dihuni tujuh juta jiwa padahal luasnya cuma 426 mil persegi. Dengan kata lain, sekitar 8.000 orang bermukim di setiap kilometer perseginya. Padat banget, ‘kan?

via GPHY

Makanya, pemukiman jadi masalah besar di sana. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan pun milih buat tinggal di dalam bilik kayu "seluas" lemari baju. Fenomena ini dinamain coffin cubicles.

Yuk, kita intip fakta-fakta mengenai coffin cubicles.

Gaya hidup ini enggak cocok buat pengidap claustrophobia.





Via Istimewa

Kalau fobia sama ruang sempit, lo dijamin enggak bakal bisa tidur di sini. Ya, iyalah! Udah sempit, berbagai macam barang, kayak baju, TV, laptop, piring makan, tas, dokumen, hingga sepatu, berjejalan di dalamnya. Dilansir dariSouth China Morning Post, Tony, seorang pekerja yang hidup di coffin cubicles, ngaku kalau dia ngerasa kayak tercekik, enggak bisa bernapas lega.

“Gua selalu takut buat pulang, tapi gua tetap butuh tempat buat tidur. Tinggal di sini bikin gua enggak dapat udara segar,” ujar Tony yang enggak mau ngasih nama lengkapnya karena takut diusir"


Luasnya kira-kira 1,4—1,8 meter persegi.





Via Istimewa

Ruangan seluas kira-kira 37 meter persegi dibagi-bagi buat 20 “kamar”. Kalau tinggal bareng keluarga, ruangannya bisa sampai 5,5 meter persegi. Kloset sepatunya Carrie Bradshaw di Sex and the City aja masih lebih besar dan lega, ya.

 
Yap, penghuninya terdiri dari berbagai kalangan usia dan jenis kelamin.





Via Istimewa

Mulai dari anak-anak sampai manula. Ada juga individu dan keluarga. Karena enggak punya rumah dan enggak bisa nyewa apartemen, mereka milih buat bertahan hidup dalam bilik kecil ini.

 
 
Tercatat, ada lebih dari 88.000coffin cubicles di Hong Kong.





Via Istimewa

Berdasarkan data dari Census and Statistics Department Hong Kong, jumpah penghuni ruang sempit ini mencapai 200.000 jiwa pada 2016. Ini belum mencakup penghuni ilegal di pabrik-pabrik yang diperkirakan mencapai 10.000 jiwa, loh!

 
Udah dari lama orang-orang miskin di kota ini tinggal dalam ruangan sempit.





Via Istimewa

Lebih dari satu dekade yang lalu, rumah-rumah “kandang” dari bahan kawat jadi “tren”. Sekarang, perlahan-lahan udah berkurang. Sebagai gantinya, mulai menjamur bilik-bilik dari papan kayu.

  
Mau kamar mandi di dalam atau di luar?





Via Istimewa

Biasanya, kamar mandi dan WC ada di luar, dipakai bersama-sama. Namun, ada juga bilik berukuran (sedikit) lebih besar yang memungkinkan lo buat buang air sambil...memasak!

Seorang penghuni bernama Ye ceritain pengalamannya ke South China Morning Post. Di dalam bilik seluas 30,5 meter persegi yang ditempatinnya, toilet dan dapur berjejalan.

“Kalau mau mandi, harus jongkok. Jadi, kompor dan bumbu-bumbu dapur enggak basah,” kata wanita berumur 46 tahun ini.

Gaya hidup yang jadi masalah sosial akut di Hong Kong.





Via Istimewa

Hong Kong memang udah punya masalah soal kepadatan penduduk sejak lama. Keadaan jadi makin parah setelah harga properti melambung hingga 50% pada 2012. Ngelihat keadaan menyedihkan ini, sebuah LSM yang fokus pada kesejahteraan masyarakat Hong Kong, Society for Community Organization (SoCO), bikin pameran foto bertajuk “Living Under Constraint”. Pameran yang nampilin lebih dari 50 foto tentang coffin cubicles ini digarap bareng fotografer bernama Benny Lam buat ngajak masyarakat ngebuka mata.

“Di antara 200.000 penghuni, bisa jadi dia adalah pelayan restoran yang lo datangin, sopir bus yang ngantar lo kerja, atau petugas keamanan yang ngasih salam pas lo pulang kerja. Sama kayak kita, mereka butuh ruang privasi dan istirahat yang disebut rumah. Sayangnya, harapan mereka soal masa depan yang baik terperangkap dalam bilik-bilik ini. Yang mengerikan itu bukan kemiskinan, tapi keputusasaan yang ngarahin kita ke kemiskinan,” ungkap Ho Hei-Wah, Direktur SoCO.

 
Hidup tanpa privasi.





Via Istimewa

Bakalan sangat mudah buat lo mendengar apa yang tetangga lo tonton, apa yang mereka bicarakan, dan apa yang mereka lakukan. Bagusnya, kehidupan sosial di sini solid, loh. Lo bakal akrab banget sama tetangga-tetangga lo.

 
Sirkulasi udara yang enggak bagus.





Via Istimewa

Selain ukurannya kecil, ventilasinya cuma berasal dari pintu yang dibuka atau dari lubang kecil. Kebayang, dong, sumpeknya kayak apa?

 
Meskipun sempit, harganya bikin kita tercengang, loh!





Via Istimewa

Bilik kawat aja, harga sewanya bisa 240 USD alias Rp3,2 juta. Nah, harga bilik-bilik kayu ini enggak jauh berbeda. Namun, ada juga yang disewain senilai 4.200 HKD alias Rp7,1 juta per bulan. Menakjubkan, ya!

***

Kehidupan kayak begini memang cenderung enggak ideal dan enggak sehat, baik buat jiwa maupun raga. Untungnya, kepadatan penduduk di kota-kota besar Indonesia, terutama Jakarta, belum semengerikan ini, ya. Duh, kita berdoa aja, yuk, semoga hal ini enggak terjadi!

Bilik Sempit
0
6K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.