Sebagai orang yang membesarkan lebih dari satu anak, atau memiliki saudara kandung, Anda mungkin pernah berpikir bahwa urutan lahir sebenarnya berpengaruh dalam kehidupan.

Anda tentu pernah dengar betapa anak bungsu begitu dimanjakan, atau anak sulung adalah yang paling suksesdan bertanggung jawab, ada juga anggapan bahwa anak tengah kerap kali terabaikan.

Beberapa anggapan tersebut memang tak lebih dari stereotip belaka yang layak diperdebatkan. Namun, baru-baru ini sebuah studi mengungkap temuan bahwa anak kedua punya kecenderungan lebih tinggi untuk tumbuh menjadi lebih nakal dan sulit dikendalikan.

Jadi, jika Anda merasa anak kedua lebih berulah, itu bukan sekadar perasaan, melainkan fakta berdasarkan riset.

Riset yang dimaksud seperti dilansir Lifehacker, dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari beberapa institusi berbeda di Amerika Serikat--Massachusetts Institute of Technology, Northwestern University, dan University of Florida.

"Menurut saya hasilnya luar biasa bahwa anak ke dua punya kecenderungan lebih tinggi untuk berakhir di penjara, dihukum di sekolah, dan terlibat kenakalan remaja dibandingkan dengan saudara mereka yang lebih tua," ujar kepala riset Joseph Doyle dikutip NPR.

Kesimpulan ini diambil Doyle dan tim peneliti--Sanni Breining, David N. Figlio, Krzysztof Karbownik, dan Jeffrey Roth--setelah mengamati data kakak beradik di Denmark dan Florida. Sumber data utama di Denmark didapatkan peneliti dari Danish Birth Register yang memuat informasi anak lahir dalam periode 1960 hingga 2010.

Selain itu mereka juga mengakses data Criminal Registers guna melihat data para pelaku kriminalitas, dan School Registers untuk melihat data terkait pendidikan anak-anak dalam periode sama.

Data serupa dari puluhan ribu kakak beradik di Florida juga digunakan Doyle dan timnya untuk menelisik hipotesis anak kedua lebih berulah dari anak pertama. Mereka menggunakan data dari dua anak pertama dalam keluarga dengan beberapa kriteria.

Pertama, keluarga punya dua anak atau lebih, kakak beradik ini lahir dari ayah dan ibu yang sama, anak kembar tidak diambil sebagai sampel. Selain itu Doyle dan tim lebih fokus pada keluarga yang anak ke duanya adalah laki-laki--dengan asumsi kaum Adam lebih sering berulah ketimbang perempuan.

Para peneliti menemukan, walaupun budaya dan karakteristik sosial demografis, serta sistem hukum di Eropa dan Amerika Serikat berbeda, temuan mereka serupa. Baik di Denmark maupun di Florida, anak kedua punya kecenderungan 25 hingga 40 persen lebih tinggi untuk bersikap lebih nakal daripada saudara kandungnya.

Sikap nakal ini termasuk berulah di sekolah, hingga tindak kriminalitas yang membuat mereka harus berurusan dengan pihak berwajib.

Jadi, apa sebenarnya pemicu perbedaan antara anak pertama dan kedua yang kerap kali begitu menyusahkan anak dan orang tua mereka? Jawabannya singkat namun kompleks: adanya perbedaan mencolok dalam panutan dan tingkat perhatian orang tua.

"Anak pertama punya panutan yang adalah orang dewasa. Sementara anak kedua, panutannya tak lain adalah kakak mereka--yang mungkin usianya hanya terpaut beberapa tahun saja," Doyle menjelaskan.

Tak hanya itu, kata Doyle, perhatian dari orang tua juga dapat menimbulkan perbedaan perilaku kakak beradik.

Anak pertama biasanya mendapat perhatian penuh dari orang tua mereka. Sementara anak kedua sering kali harus berkompetisi dengan saudara kandungnya untuk mendapatkan perhatian orang tua.

Doyle dan timnya bukanlah yang pertama mengungkap pengaruh urutan lahir pada sikap seseorang. Dr. Kevin Leman, penulis The Birth Order Book: Why You Are the Way You Are pada Parentspernah mengungkap bahwa anak tengah cenderung tumbuh jadi pemberontak, sementara anak bungsu bersikap lebih manipulatif.

Bagaimanapun, temuan-temuan peneliti ini tentu tak lantas harus membuat Anda terlalu khawatir. Tidak semua keluarga mengalami fenomena ini, sama halnya jika Anda adalah anak kedua, belum tentu Anda akan menghadapi hidup yang lebih sulit.

Penelitian ini hanya mengungkap fakta bahwa anak kedua punya kemungkinan lebih tinggi untuk terlibat masalah.

Bagi para orang tua, hanya karena seorang anak seharusnya bersikap tertentu--lebih nakal, atau manipulatif, dan semacamnya--tidak berarti juga mereka akan bersikap demikian. Terapis anak dan penulis Birth Order Blues, Meri Wallace bilang, "Anda bisa secara sadar membuat pilihan untuk berubah."