Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

p0congkaskusAvatar border
TS
p0congkaskus
Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir
Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir | Bagian 1

Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir

Namanya dikenal luas sebagai pendiri Hizbut Tahrir atau Hizb At-Tahrir, sebuah gerakan politik berasas Islam berskala internasional. Bernama lengkap Syekh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mustafa bin Ismail bin Yusuf An-Nabhani, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, lahir pada 1909 di daerah Ijzim, selatan Kota Haifa, Palestina Utara.

Ayahnya, Syekh Ibrahim An-Nabhani, adalah seorang yang mutafaqqih fî ad-dîn dan pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina. Sementara ibunya, Taqiyah, juga menguasai beberapa cabang ilmu syariah yang ia peroleh dari ayahnya, Syekh Yusuf An-Nabhani, seorang ulama terkemuka di era Kekhalifahan Turki Utsmani (Ottoman).

Selain menerima pendidikan dasar ilmu agama langsung dari ayahnya sendiri, Taqiyuddin juga mendapat perhatian dan pengawasan langsung dari kakeknya, sehingga di usianya yang belum baligh, yakni di bawah 13 tahun, Taqiyuddin sudah hafal seluruh isi Al-Quran.

Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikan umum ketika bersekolah di sekolah dasar di daerah Ijzim. Kemudian ia pindah ke sebuah sekolah di Akko untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum menamatkan sekolahnya di Akko, atas dorongan kakeknya, Taqiyuddin memutuskan hijrah ke Kairo untuk meneruskan pendidikannya di sana.

Setibanya di Kairo, ia kemudian mendaftar di Tsanawiyah Al-Azhar pada 1928. Dan pada tahun yang sama, ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. Lalu ia melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al-Azhar. Selain itu, ia juga banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiah di Al-Azhar yang juga diikuti oleh para syekh Al-Azhar.

Saat menempuh pendidikan di Al-Azhar ini, sosoknya telah mampu menarik perhatian para murid lainnya dan para guru karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta hujjah yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi ilmiah yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kajian ilmu yang ada saat itu, baik di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya.

Pada 1932, Taqiyuddin An-Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum. Di tahun yang sama, ia menamatkan pula kuliahnya di Al-Azhar Asy-Syarif menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa Syekh Al-Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah mereka yang di antaranya membahas mengenai bahasa Arab dan ilmu-ilmu syariah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid, dan lain sebagainya.

Pertumbuhan Taqiyuddin dalam suasana keagamaan yang kental seperti itu mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Taqiyuddin kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestina sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah menengah atas negeri di Haifa. Di samping itu, ia juga mengajar di sebuah madrasah Islam di Haifa.

Pada 1940, Taqiyuddin diangkat sebagai musyawir (pembantu qadhi). Jabatan ini terus diembannya hingga tahun 1945, yakni saat ia dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadhi di Mahkamah Ramallah hingga tahun 1948.

Setelah itu, ia pergi meninggalkan Ramallah menuju Syam sebagai akibat jatuhnya wilayah Palestina ke tangan Yahudi. Namun, tak lama kemudian, ia memutuskan untuk kembali ke Palestina atas permintaan salah seorang sahabatnya. Ia kemudian diangkat sebagai qadhi di Mahkamah Syariah Al-Quds pada tahun yang sama.

Pada 1951, Taqiyuddin berkesempatan mengunjungi Kota Amman, Yordania, untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar madrasah tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung hingga awal tahun 1953.

Setelah tidak lagi mengisi ceramah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah, Taqiyuddin mulai aktif di dunia politik. Ketertarikannya terhadap politik sebenarnya sudah berlangsung sejak ia berusia remaja. Di usianya yang masih terbilang belia, Taqiyuddin sudah memulai aktivitas politiknya karena pengaruh kakeknya, Syekh Yusuf An-Nabhani.

sumber : http://rilis.id/taqiyuddin-an-nabhan...ahrir-(1).html
Diubah oleh p0congkaskus 20-07-2017 04:49
0
2.7K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.