xutux06Avatar border
TS
xutux06
Pemblokiran Telegram, Antara Bahrun Naim dan Netizen yang Budiman

Ilustrasi Telegram (Foto: Reuters)


Telegram aplikasi percakapan dan pesan singkat diblokir Kemenkominfo. Pemblokiran yang dilakukan hari ini dalam keterangan resmi Kemenkominfoo sebatas pada Domain Name Server (DNS).

Tak pelak publik meradang. Banyak yang meyayangkan apa yang dilakukan pemerintah. Muncul petisi 'Batalkan pemblokiran aplikasi chat Telegram' di laman change.org.

Kuat dugaan, pemblokiran ini karena aktivitas kelompok teroris lewat telegram ini. Memang telegram banyak dipilih oleh kelompok ekstremis teroris, termasuk ISIS, sebagai saluran komunikasi antar jaringannya. Telegram dipilih karena memiliki sistem enkripsi dan memungkinkan pengguna menghapus pesannya dengan pengaturan waktu.

Soal jejak telegram ini sebagai alat komunikasi kelompok teroris sudah jauh-jauh hari didengar. Bahkan Desember 2016 lalu, Direktur Yayasan Prasasti Perdamaian dan pengamat terorisme, Noor Huda Ismail sudah menegaskan soal gerak kelompok teror lewat media sosial.

“Sosial media membuat (persebaran informasi) sangat cepat. Ada kelompok yang tertutup, lantas pakai Telegram dan YouTube. Imajinasi orang terhadap apa yang terjadi pada satu konflik jadi cepat terbentuk karena visual,” kata Noor Huda saat diwawancara kumparan (kumparan.com).

Baca Juga :




Ilustrasi Telegram (Foto: Dado Ruvic/REUTERS)


Soal telegram ini, hasil studi dari perusahaan keamanan siber Flashpoint diyakini kelompok ISIS menggunakan Telegram lebih sering, setelah kiprah mereka di twitter dan facebook ditumpas.

Anggota ISIS mendaftar akun di Telegram dengan nomor telepon palsu melalui aplikasi penyedia nomor virtual. Beberapa juga tidak menggunakan username atau memakai username palsu. Komunikasi dilakukan melalui grup-grup tertutup yang diundang melalui tautan khusus (invite link) dan akan selalu diperbarui.

Telegram juga memiliki fitur channel, yang membuat pengguna dapat mengirim pesan broadcast ke banyak orang. Setelah beberapa channel dari ISIS diblokir oleh Telegram tahun lalu, kini, ISIS menggunakan invite link tersebut untuk mendapatkan akses ke dalam channel ISIS yang tidak berdasarkan username, sehingga lebih sulit dilacak.

Dalam channel ini, terdapat instruksi untuk anggotanya agar tidak menyebar atau meneruskan informasi yang telah didapat. Anggota channel diminta menyebarkan informasi dengan cara copy-paste untuk mencegah sumber informasi tersebut diungkap.

"Telegram adalah salah satu platform yang populer dan asalnya bukan dari Amerika, melainkan Rusia. Mungkin mereka (teroris) merasa lebih aman, karena kalau di Amerika Serikat rentan dimonitor oleh NSA (Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat)," ujar pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya kepada kumparan.

Menyambung ke Indonesia, gerak aktivis simpatisan ISIS diketahui bergerak lewat telegram. Mereka juga berkomunikasi dengan Bahrun Naim, walau hanya satu arah, tetapi lewat pesan broadcast telegram kerap disebar tips-tips membuat bom, tentang senjata, dan tentang jihad.

Pihak kepolisian juga beberapa kali merilis, mereka yang ditangkap terkait ISIS, selain belajar lewat YouTube, juga lewat telegram.


Ilustrasi ISIS (Foto: REUTERS)


Nah mungkin karena alasan ini telegram diblokir. Tapi kiranya soal blokir memblokir ini pemerintah mesti bijak. Tak semua pengguna telegram memanfaatkannya untuk kegiatan terorisme. Bisa dilihat dari komentar masyarakat di petisi menolak pemblokiran telegram.

"Memblokir Telegram tidak akan mengurangi terorisme dan merupakan banyak orang yang mendapatkan manfaat dari Telegram," tulis Urbanus Nangoy.

"Sebagai admin channel resmi Telegram Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya merasa pemblokiran Telegram adalah hal yang berlebihan," tulis Arief Mahmudi.

"Saya menandatangani karena telegram merupakan aplikasi dengan jaringan yang luas serta lebih banyak fitur menarik dibanding aplikasi lainnya," tulis Tirja Yosiana.

"Platform ini sangat friendly buat developer, ya plis jangan di blokir yak. Baru mau senang2 buat marketing..." tulis Dodi.

Komentar-komentar ini tentu perlu diperhatikan pemerintah. Dan Terorisme memang harus dilawan, tapi apa caranya dengan menuutup telegram?


Ilustrasi penjara (Foto: Pixabay)
0
22.8K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.