Kata buruh sering disempitkan menjadi orang yang bekerja di pabrik -pabrik, kebanyakan bekerja dengan otot dan tidak ter edukasi.
Padahal sejatinya, buruh adalah individu yang mencurahkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk bekerja demi survive dari kehidupan. Mengapa seseorang bekerja? Karena ia tidak memiliki modal, modal dapat berupa uang, tanah atau mesin dan kepemilikan pribadi yang dapat digolangkan.
Sekarang kita dapat melihat, seorang yang bekerja di kantor pun sebenarnya adalah seorang buruh, karena pada teknisnya, ia mencurahkan waktu, tenaga dan pemikiranya.
Lantas apa permasalahanya?
Dewasa ini, globalisasi membawa dunia kita ke arah yang lebih modern, dibalik itu, permasalahan buruh menjadi lebih kompleks. Semakin canggih dan menjamurnya media mainstream (Televisi, Koran, Media online dll) yang seakan-akan membuat stereotip Buruh hanya orang yang bekerja di pabrik saja. Ketika sosial media yang seharusnya menjadi media tandingan yang menyesatkan, yang terjadi malah sama saja.

Buruh pabrik A berdemonstrasi menuntut haknya
Masyarakat mencaci makinya.
Padahal mereka sama-sama buruh juga.

Musuh kaum buruh, yakni pemodal sudah sukses mengkotak-kotakan kelas pekerja,hanya dengan kata-kata. Dahsyat.
Sebagai contoh ,jika orang bekerja di pabrik disebut buruh, maka orang yang bekerja di kantor disebut karyawan atau pegawai. Sehingga ketika teman seperjuanganya menuntut hak, karena pengkotak-kotakan ini, mereka acuh tak acuh.

Kita, sebagai generasi muda harus melakukan penyadaran -penyadaran yang di anggap remeh ini, karena pemodal sudah memiliki pelindung, yakni kaum buruh yang di beri kelebihan upah, buruh yang bekerja di kantor - kantor ber AC dengan labelling karyawan.

SUMBER TULISAN