- Beranda
- Berita dan Politik
Vera, Anak Pemecah Batu dari Sragen Kuliah Gratis di UGM
...
TS
duomiloser
Vera, Anak Pemecah Batu dari Sragen Kuliah Gratis di UGM
Quote:
Vera Juniati (19) siswi asal Sragen, Jawa Tengah diterima kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia diterima melalui jalur SNMPTN Undangan dan menerima beasiswa Bidikmisi selama 8 semester.
Saat mengetahui diterima di jurusan Kimia, Fakultas MIPA, dirinya tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia langsung berlari keluar kamar mencari kedua orang tuanya untuk menyampaikan kabar itu.
"Kaget, tidak percaya rasanya anak bisa kuliah, tetapi juga bingung, bagaimana untuk biaya selama kuliah," ungkap Ny Sutarmi (62) orangtua Vera saat ditemui tim Humas UGM di Ngadirejo, Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen.
Sutarmi (62) menceritakan setelah diberitahu Vera masuk UGM, dia langsung mendekap anaknya. Perasaan bahagia bercampur haru waktu itu. Sebab dia tahu hanya Vera saja yang mampu sekolah lebih tinggi.
Dia hanya bisa menyekolahkan anak pertama sampai ketiga hingga bangku Sekolah Dasar (SD) dan anak ke empat sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Kini, ketiga anak perempuannya telah berkeluarga dan anak keempat, laki-laki telah bekerja sebagai tukang tambal ban.
Menurutnya Vera adalah anak bungsu dari empat bersaudara yang sejak kecil memiliki tekad yang kuat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Mengetahui keinginan puterinya itu, Sutarmi tidak bisa banyak berkata-kata.
Dia tidak berani menjanjikan hal yang mustahil terwujud. Sulit baginya untuk menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi.
Dia sehari-hari mencari nafkah sebagai pemecah batu kali yang telah dilakoninya sejak 10 tahun terakhir. Dia mencari batu sungai sekitar 1 km dari rumahnya dengan jalan tidak rata dan naik turun.
Perjuangan dalam mencari nafkah nyatanya tak sebanding dengan apa yang didapat. Penghasilan yang diperoleh dari menjual pecahan batu tidaklah seberapa dan tak menentu. Pesanan tidak setiap hari datang. Jika ada tetangga yang sedang membangun rumah, barulah hasil pecahan batu Sutarmi terjual. Kalau sepi, bisa berbulan-bulan tidak berpenghasilan.
"Biasanya tetangga membeli 1 tenggok (keranjang anyaman dari bambu) seharga Rp. 5 ribu," katanya.
Sutarmi mengaku dari hasil penjualan batu kali tersebut dan bertani suaminya Sasmo Wiyono (67) di sepetak sawah warisan orang tua sangatlah pas-pasan untuk makan sehari-hari. Beruntung, anak-anaknya sangat memahami kondisi orangtuanya.
"Sebenarnya anak-anak punya keinginan bisa sekolah sampai tinggi, tapi mereka tahu keadaan orang tua jadi tidak pernah minta macam-macam" kata Sutarmi.
Dia mengaku sudah 7 tahun terakhir ini dirinya dan suami, Sasmo Wiyono terkena asam urat sehingga kadang-kadang tidak bisa bekerja. Untuk makan sehari-hari bergantung pada anak-anak atau kakak vera, termasuk membiayai Vera sekolah sampai SMA.
"Jarang bisa kasih uang saku, kadang hanya bisa memberi Rp 2 ribu saja. Sebenarnya merasa kasihan dan sedih, tapi hanya bisa seperti itu," katanya menahan tangis.
Dia menceritakan saat Vera berada di bangku SD harus berjalan kaki sepanjang 4 kilometer untuk menuju SD 3 Mojokerto. Jarak tersebut terbilang jauh bagi seorang anak usia SD.
Namun kondisi ini tidak menghalangi langkahnya untuk bersekolah. Hasilnya dia selalu mendapat rangking di kelasnya. Dia pernah mewakili sekolah mengikuti OSN Matematika. Demikian pula saat di SMP, predikat juara tidak pernah lepas dari gengamannya sehingga mendapatkan beasiswa yang meringankan beban kedua orangtuanya.
Saat melanjutkan SMA, gadis kelahiran 30 Juni 1998 ini setiap hari harus menempuh jarak 17 kilometer menggunakan sepeda motor milik kakaknya. Vera juga berprestasi di SMA. Dia selalu masuk 5 besar di kelasnya dan pernah mengikuti OSN Astronomi tingkat Kabupaten Sragen. Berkat prestasinya itu dia kembali memperoleh beasiswa.
"Saya hanya ingin bisa membuat orang tua bahagia, tidak susah seperti sekarang," kata Vera.
Meski serba kekurangan, kakak-kakaknya terus memberi dukungan kepadanya. Dorongan tersebut juga ditunjukkan oleh para guru di sekolah yang mengarahkan Vera untuk mendaftar kuliah melalui jalur SNMPTN Undangan dan mencari beasiswa Bidikmisi untuk anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu.
"Modal saya hanyalah semangat. Dengan niat baik, apapun bisa tercapai dan alhamdulillah benar-benar terwujud," tuturnya.
Sasmo Wiyono dan Sutarmi hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi anaknya itu. Mereka berharap Vera bisa menjalani kuliah dengan baik dan lancar sampai selesai. "Tidak banyak yang bisa kami berikan. Hanya iringan doa semoga apa yang dicita-citakan bisa tercapai dan menjadi orang sukses," pungkas Sasmo.
https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-3539769/vera-anak-pemecah-batu-dari-sragen-kuliah-gratis-di-ugm
Saat mengetahui diterima di jurusan Kimia, Fakultas MIPA, dirinya tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia langsung berlari keluar kamar mencari kedua orang tuanya untuk menyampaikan kabar itu.
"Kaget, tidak percaya rasanya anak bisa kuliah, tetapi juga bingung, bagaimana untuk biaya selama kuliah," ungkap Ny Sutarmi (62) orangtua Vera saat ditemui tim Humas UGM di Ngadirejo, Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen.
Sutarmi (62) menceritakan setelah diberitahu Vera masuk UGM, dia langsung mendekap anaknya. Perasaan bahagia bercampur haru waktu itu. Sebab dia tahu hanya Vera saja yang mampu sekolah lebih tinggi.
Dia hanya bisa menyekolahkan anak pertama sampai ketiga hingga bangku Sekolah Dasar (SD) dan anak ke empat sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Kini, ketiga anak perempuannya telah berkeluarga dan anak keempat, laki-laki telah bekerja sebagai tukang tambal ban.
Menurutnya Vera adalah anak bungsu dari empat bersaudara yang sejak kecil memiliki tekad yang kuat untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Mengetahui keinginan puterinya itu, Sutarmi tidak bisa banyak berkata-kata.
Dia tidak berani menjanjikan hal yang mustahil terwujud. Sulit baginya untuk menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi.
Dia sehari-hari mencari nafkah sebagai pemecah batu kali yang telah dilakoninya sejak 10 tahun terakhir. Dia mencari batu sungai sekitar 1 km dari rumahnya dengan jalan tidak rata dan naik turun.
Perjuangan dalam mencari nafkah nyatanya tak sebanding dengan apa yang didapat. Penghasilan yang diperoleh dari menjual pecahan batu tidaklah seberapa dan tak menentu. Pesanan tidak setiap hari datang. Jika ada tetangga yang sedang membangun rumah, barulah hasil pecahan batu Sutarmi terjual. Kalau sepi, bisa berbulan-bulan tidak berpenghasilan.
"Biasanya tetangga membeli 1 tenggok (keranjang anyaman dari bambu) seharga Rp. 5 ribu," katanya.
Sutarmi mengaku dari hasil penjualan batu kali tersebut dan bertani suaminya Sasmo Wiyono (67) di sepetak sawah warisan orang tua sangatlah pas-pasan untuk makan sehari-hari. Beruntung, anak-anaknya sangat memahami kondisi orangtuanya.
"Sebenarnya anak-anak punya keinginan bisa sekolah sampai tinggi, tapi mereka tahu keadaan orang tua jadi tidak pernah minta macam-macam" kata Sutarmi.
Dia mengaku sudah 7 tahun terakhir ini dirinya dan suami, Sasmo Wiyono terkena asam urat sehingga kadang-kadang tidak bisa bekerja. Untuk makan sehari-hari bergantung pada anak-anak atau kakak vera, termasuk membiayai Vera sekolah sampai SMA.
"Jarang bisa kasih uang saku, kadang hanya bisa memberi Rp 2 ribu saja. Sebenarnya merasa kasihan dan sedih, tapi hanya bisa seperti itu," katanya menahan tangis.
Dia menceritakan saat Vera berada di bangku SD harus berjalan kaki sepanjang 4 kilometer untuk menuju SD 3 Mojokerto. Jarak tersebut terbilang jauh bagi seorang anak usia SD.
Namun kondisi ini tidak menghalangi langkahnya untuk bersekolah. Hasilnya dia selalu mendapat rangking di kelasnya. Dia pernah mewakili sekolah mengikuti OSN Matematika. Demikian pula saat di SMP, predikat juara tidak pernah lepas dari gengamannya sehingga mendapatkan beasiswa yang meringankan beban kedua orangtuanya.
Saat melanjutkan SMA, gadis kelahiran 30 Juni 1998 ini setiap hari harus menempuh jarak 17 kilometer menggunakan sepeda motor milik kakaknya. Vera juga berprestasi di SMA. Dia selalu masuk 5 besar di kelasnya dan pernah mengikuti OSN Astronomi tingkat Kabupaten Sragen. Berkat prestasinya itu dia kembali memperoleh beasiswa.
"Saya hanya ingin bisa membuat orang tua bahagia, tidak susah seperti sekarang," kata Vera.
Meski serba kekurangan, kakak-kakaknya terus memberi dukungan kepadanya. Dorongan tersebut juga ditunjukkan oleh para guru di sekolah yang mengarahkan Vera untuk mendaftar kuliah melalui jalur SNMPTN Undangan dan mencari beasiswa Bidikmisi untuk anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu.
"Modal saya hanyalah semangat. Dengan niat baik, apapun bisa tercapai dan alhamdulillah benar-benar terwujud," tuturnya.
Sasmo Wiyono dan Sutarmi hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi anaknya itu. Mereka berharap Vera bisa menjalani kuliah dengan baik dan lancar sampai selesai. "Tidak banyak yang bisa kami berikan. Hanya iringan doa semoga apa yang dicita-citakan bisa tercapai dan menjadi orang sukses," pungkas Sasmo.
https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-3539769/vera-anak-pemecah-batu-dari-sragen-kuliah-gratis-di-ugm
waktu SD jalan kaki 4 kilo..
semoga sukses dek..
banggakan keluarga..
0
2.4K
Kutip
21
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671KThread•40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru