Ikan terbang adalah salah satu komoditas komersial penting di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Maluku dan Sulawesi Utara. Ikan terbang dalam bentuk segar atau dalam bentuk olahan lainnya adalah konsumsi masyarakat lokal di sepanjang pesisir barat Sulawesi, bahkan sampai ke Tanah Toraja dan Enrekang. Selain menjadi konsumsi lokal, telur ikan terbang merupakan komoditas ekspor ke luar negeri, terutama Jepang, Korea dan Lithuania. Sebagai komoditas ekspor dari sektor perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan, nilai telur ikan terbang sangat menarik dan bahkan menempati urutan kedua setelah udang.

Berdasarkan data perikanan didapat informasi bahwa, telur ikan terbang diekspor pertama kali keluar negeri pada tahun 1969 dengan tujuan Jepang. Seperti halnya, telur ikan dari jenis-jenis lain seperti telur ikan terubuk dan telur ikan caviar, di Jepang telur ikan terbang ini juga telah menjadi makanan yang popular dan mewah. Per kilogram harga telur ikan terbang diluar negeri dapat mencapai US$ 30. Jumlah ekspor telur ikan dari Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya seiring dengan berkurangnya pasokan telur ikan caviar terhadap pasaran dunia.

Sulawesi Selatan adalah daerah penghasil dan pengekspor terbesar telur ikan terbang di Indonesia. Jumlah ekspor telur ikan terbang dari daerah ini adalah sebesar 20-30% dari jumlah seluruh ekspor telur ikan terbang Indonesia ke negara-negara Asia. Volume ekspor tertinggi telur ikan terbang yang pernah dicapai sebesar 399,8 ton pada tahun 1983. Pada tahun 2000, jumlah telur ikan terbang yang dieksport mencapai 93,36 ton dengan nilai $2.143.337,60 dan pada tahun 2003, eksport telur ikan terbang meningkat menjadi 193,83 ton namun nilainya menurun menjadi $1.821.345,90 (Statistik Perikanan - DKP, 2005).

Peluang masyarakat untuk berusaha dalam bidang pengelolaan dan pemanfaatan ikan terbang dan semua turunannya masih sangat terbuka luas. Namun demikian kegiatan industri pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah dari ikan terbang beserta turunannya adalah kegiatan yang menjanjikan dengan resiko yang tidak terlalu tinggi. Keterlibatan masyarakat umum dalam penangkapan baik daging maupun telur ikan terbang membutuhkan investasi yang mahal, dengan resiko yang cukup tinggi. Selain itu kegiatan penangkapan ikan di laut membutuhkan pengalaman dan pengetahuan adat dan budaya yang berlaku di tiap-tiap daerah pemukiman nelayan, karena ini berkaitan dengan sistem bagi hasil yang umumnya berlaku dikalangan nelayan.

Sampai saat ini, pengolahan pasca panen baik untuk ikan (dagingnya) maupun telur ikan terbang masih dilakukan dengan cara-cara yang sangat sederhana dan tradisional.