Metrotvnews.com, Jakarta: Menjalani hidup sebagai mantan terorisme tidaklah mudah. Stigma buruk dari masyarakat dan ancaman dari mantan rekan teroris kerap didapatkan. 


Hal tersebut diakui oleh mantan terpidana terorisme, Sofyan Tsauri. Ia yang sempat bergabung dengan Kelompok Al-Qaeda sempat dimusuhi oleh kelompoknya. 


'Dianggap murtad, dianggap saya lemah dalam perjuangan,' kata Sofyan saat ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 3 Juni 2017. 


Ia mengakui, dirinya sempat dua kali diracun oleh rekan sekelompoknya sesama teroris saat menyatakan keluar. Saat itu, dia masih menghuni Lapas Cipinang. 


Selain itu, ia juga dikucilkan dari lingkungan sekitar setelah keluar dari Lapas Cipinang sekitar tahun 2015 lalu. Sofyan bahkan sempat ditolak oleh lingkungan tempat tinggalnya. 


'Ya, itu bisa jadi stigma, mulai dari rumah dan sebagainya, tapi kita membangun kepercayaan kepada masyarakat sekitar,' tuturnya. 


Tak hanya itu, niatnya untuk kembali mencari nafkah pun terhambat. Ia sempat beberapa kali ditolak perusahaan saat melamar kerja. 


Sofyan menceritakan, saat melamar ke sebuah perusahaan ojek daring dan harus menyerahkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Sedangkan, kepolisian tidak dapat menghilangkan catatan pernah terlibat terorisme. 


'Karena kita mau daftar, mereka enggak mungkin pakai SKCK, mereka juga seram ini teroris,' papar Sofyan. 


Meski terus mendapat halangan dan rintangan, Sofyan tak menyerah begitu saja. Saat ini, ia pun kembali menjalani profesi guru agama. 


'Memang enggak mudah melawan stigma itu, pasti kita lawan dengan reputasi, kita bisa kembali kepada masyarakat, dan kita tidak lagi berbahaya kepada masyarakat,' ucap dia. 


Awal Mula Mengenal Dunia Terorisme


Dalam penuturannya, Sofyan mulai bergabung dengan Kelompok Al-Qaeda pada tahun 2005. Ia juga sempat ikut jihad di Aceh pada sekitar 2010.


Sofyan mengaku masuk ke dunia terorisme setelah mencari-cari informasi sendiri di internet yang dilanjutkan dengan bertemu teman-teman yang seideologi. Rekan-rekan sekelompoknya, termasuk Sofyan mengaku tidak puas dengan kondisi politik di Indonesia dan masalah penjajahan Palestina oleh Israel. 


'Ini menjadi sebuah pemicu buat kita untuk melakukan sebuah aksi, karena adanya sebuah refleksikan aksi Amerika dan sekutunya,' tutur dia. 


Selama bergabung dengan kelompok teroris pimpinan Osama Bin Laden itu, ia mengaku sempat diajarkan untuk melakukan bom bunuh diri. Apalagi, selama di dalam kelompok itu, para anggota memiliki keyakinan teologis yang dipunya teroris yang menjadi motivasi utama, tapi sebetulnya terdapat manipulasi dari penggunaan ayat-ayat Alquran. 


Mulai Sadar dan Keluar dari Dunia Teroris


Sofyan akhirnya menyerah dari dunia terorisme ketika dirinya tertangkap oleh Detasemen Khusus Antiterorisme 88 pada tahun 2010. Ia dijebloskan ke Lapas Cipinang pada tahun yang sama. 


Saat ditangkap, ia mengaku mengalami sebuah evaluasi dari diri dalam kelompoknya sendiri. Ia sempat melihat sebuah surat dari pimpinan Al-Qaeda, Osama Bin Laden.


'Dalam suratnya, saya melihat gerakan jihad dalam perjalanannya banyak masalah, masalah ini di antaranya menjadi kesadaran saya,' ucap dia. 


Namun, kata dia, kalau kesadarannya dibenturkan dengan deradikalisasi seperti dengan ulama yang tidak memahami pola pikirnya akan ditolak mentah-mentah. 

Sumber : http://news.metrotvnews.com/metro/0K...-ke-masyarakat

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Jaksa Agung: TNI Harus Dilibatkan dalam Penanggulangan Terorisme

- Jimly Ajak Masyarakat Membumihanguskan Teroris

- TNI Dimungkinkan Ikut Mencegah Terorisme