Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

perang.diskonAvatar border
TS
perang.diskon
Pasangan beda status sosial ekonomi
Mohon izin para penghuni, lurah, momod beserta jajaran nya untuk membuat thread di FW.

Begini cerita nya, kita sudah menjalin hubungan selama +/- 3,5 tahun.
Awal perkenalan karena ane sedang berada di kota asal doski saat membantu set up usaha adik ane. Kita menjalankan sebagian besar masa hubungan secara LDR karena setelah resign kerja kantoran ane merintis usaha (sekarang sudah bangkrut) di kampung halaman dan doski sedang berkarir di kota asalnya yang kemudian di mutasi ke pulau jawa hingga saat ini. Karena beberapa hal seperti kesibukan usaha & karir masing2, miskomunikasi, cekcok dan sempat putus sambung bbrp kali, oleh karena itu kita belum sempat saling berkenalan dengan ortu masing2, dan baru setahun belakangan ini kita semakin komunikatif dan dewasa dalam menjalani dan menyikapi hubungan kita dengan segala macam aneka bumbu permasalahan yang ada.
Dalam waktu dekat ini kita berencana untuk ambil liburan dan berkunjung ke kota asal nya untuk berkenalan dengan orang tua nya, yang diyakini merupakan kode keras untuk melamar dan level-up hubungan ke jenjang selanjutnya yakni kawin dan beranak.

Dibalik rencana itu ane gundah gulana karena ada perbedaan status sosial ekonomi yang jomplang. Ibarat makan daging, ane level nya makan baso gerobak kaki lima sedangkan doski levelnya ribs tenderloin Tony ROma's. Perbandingan nya bawaan ane hanya sekelas terios sedangkan doski dari CRV hingga Range Rover (bukan mau pamer, hanya mendeskripsikan perbandingan saja).

Kondisi saat ini income dari usaha keluarga di sebuah angka pada range > 10 jt - 50 jt < yang dishare bersama ane, adik, dan ibu. Adik juga ikutan comot karena usahanya masih merintis ulang dari minus karena mis-manajemen pengurus sebelumnya. Dengan income saat ini dan sharing2 dengan kakak ane yg baru punya satu anak, ane merasa tidak yakin dan tidak siap untuk berkeluarga (istri + anak) karena tabungan & deposito (yang seharusnya utk anggaran merried + jaga2) sudah habis & kandas utk modal usaha ane yg bangkrut, suntik modal usaha adik ane, bantuin ponakan lahiran premature di luar negeri, dan nyicil truk (hingga 2018 akhir) untuk ekspansi usaha, dll. Ane tidak pede merried sekarang mengingat untuk sekarang saja sudah tidak bisa nabung banyak, ditambah kekhawatiran biaya hidup yang terus melesat naik melebihi inflasi, apalagi setelah merried ane berniat kpr rumah + bikin tabungan baru untuk biaya anak (lahiran hingga kuliah). Ane berencana tinggal di kota asal doski dan pisah rumah dengan ortu di kampung halaman karena usaha ane direncanakan untuk dipindah lebih dekat dengan kota asal doski supaya adik ane bisa bantu kontrol juga (basic adik ane lebih bagus di bidang usaha ini). Sebenarnya keluarga gw sudah punya rumah di kota asal doski, tapi ditempati adik ane dan paman ane dan memang sejak awal beli rencana diperuntukkan buat adik ane.

Atas perbedaan kasta tersebut, kita berdua tidak saling mempermasalahkan karena ane memang jujur apa ada nya dengan doski sejak awal, dari isi dompet sampai isi kolor segala nya ane ungkapkan biar doski tau jelas ane adanya apa. Untuk gaya hidup keluarga ane sih sederhana dan sudah terbiasa mandiri karena sudah ditinggal (alm) bokap sejak SD. Biaya hidup ane all in berkisar 3 - 5 jt (termasuk bensin untuk bolak balik rumah - lokasi usaha). Sedangkan doski, gaya hidup pasti di atas ane, barang branded, henpon setaon sekali ganti pake apel gigit, dll. Sejauh ini, khusus untuk pembahasan ttg merried, ane memang tidak terlalu banyak membahas soal uang dan hanya sekilas saja, dan kesimpulan ringkas yang diperoleh doski mau nya ada peran masing2 dan proposional, masi ambigu memang.

Namun, yang masih mengganjal bagi kami berdua adalah restu dari ortu doski, khususnya sang bokap. Terus terang ane aga khawatir dan waswas untuk melamar doski apabila diminta oleh ortu nya, karena ane sadar diri penghasilan belum memadai untuk berkeluarga (menurut standard ane) dan kemampuan ekonomi ane yang jauh dengan doski. Karena saya tidak yakin apakah bokapnya restu dan ikhlas merelakan anak kesayangan nya dibawa hidup susah (menurut standard mereka) karena ikut standard hidup gw. Yang pernah diceritain ke ane, bokap nya keras dan banyak interogasi bila ada cowo yang dekat dengan doski (wajar sih hanya satu2nya anak cewe dan bungsu). Doski pernah dicoba untuk dijodohkan dengan anak temen ortu nya dari sesama kalangan jetset, yang memang akhirnya ditolak oleh doski. Ane sih gak minder atau tersinggung apabila direndahin atau dipandang sebelah mata oleh keluarga nya (uda kebal makian dan hinaan pas nyales sendiri awal2 merintis usaha), hanya saja ane kan tetap harus realistis karena dunia nyata bukan seperti kisah cinderella.

Apakah wajar bila ane berencana tidak mengadakan resepsi, palingan hanya sekedar makan2 di resto dengan saudara dan teman dekat saja. Jadi kalau pihak doski minta resepsi, ane angkat tangan dan setor badan saja ?

Apakah wajar bila seorang suami hanya bertanggung jawab dengan kebutuhan dasar yang layak (makan, listrik, biaya anak, dll) tetapi untuk gaya hidup (mobil baru, henpon, elektronik, baju baru tiap bulan, dll) merupakan tanggung jawab pihak2 yang berkehendak (entah suami ataupun istri) ?? APakah memalukan bila ane merencanakan penghasilan ane untuk biaya hidup dasar sehari2 dan biaya anak. Sisa nya untuk DP + KPR rumah serta kebutuhan sekunder dan tersier dibagi bersama sesanggup dompet ane, apabila mau yang di luar kesanggupan ane, maka doski yang nambah sendiri. Misal ane sanggup nya spring bed merk lady boy, doski mau nya lady americana maka sisanya dia yang tombokin. Ane sanggup nya rumah type 72, doski mau nya type 720, maka ane kontribusi sesanggup nya ane. Tetapi, ane bakal kasi tau doski income per bulan ane berapa, dan alokasi nya untuk apa saja ane bakal transparan, maksud ane tidak bakal 'parasit-in' doski tetapi tetap menyanggupi sesuai kemampuan kantong ane.

Oya kira2 etis gak yah apabila ane mengajukan untuk prenup apabila kami berencana merried, ane mau mencegah stigma 'parasit' mengingat perbedaan status kami dan ane juga tidak ingin tau menau / ikutan ttd apabila ada urusan jual beli aset di keluarga doski karena ane yakin ada beberapa aset bokapnya yg memakai nama doski dan ada rencana bakal ditambah lagi di kemudian hari, ane tau karena pernah diceritain sekilas dan tidak gw tanya lebih detail karena gw gak suka campurin urusan pribadi orang dan juga alasan privasi/ etika.

Mohon masukan dan pendapat para kaskuser yang punya pengalaman yang mirip2 ataupun masukan2 dari kaskuser yang sudah berkeluarga. Mungkin saja bisa dapat inspirasi untuk meyakinkan calon mertua dan memperjuangkan pasangan gw. Any comment will be appreciated. Tks.
*semoga gak disaranin cari calon bini baru*
tata604
tata604 memberi reputasi
1
14.1K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & FamilyKASKUS Official
8.8KThread9.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.