Pendapat IPW
IPW: Tudingan Bom Kampung Melayu Sebagai Rekayasa untuk Pencitraan Terlalu Naif
WARTA KOTA, PALMERAH - Indonesia Police Watch (IPW) menilai teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, merupakan bukti teroris ingin berperang melawan Polri.
Hal ini terlihat dari tiga korban anggota kepolisian yang meninggal saat dua bom panci meledak pada Rabu (24/5/2017) malam.
"Aksi perang teroris terhadap Polri makin nyata," ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Kamis (25/5/2017).
Neta pun mengimbau Polri bisa mawas diri dalam bekerja di lapangan. Karena, teroris, menurut Neta, sudah mengincar anggota Polri.
"Untuk itu, segenap anggota Polri diharapkan semakin meningkatkan kewaspadaan, terutama para polisi yang bertugas di lapangan," saran Neta.
IPW pun turut berduka atas serangan terhadap anggota Polri dan masyarakat itu. IPW mencatat pada Desember 2015, Mabes Polri pernah mengingatkan para kapolda dan kapolres agar meningkatkan kewaspadaan yang tinggi terhadap penjagaan markas komando maupun para personelnya, terhadap serangan bom bunuh diri.
"Setelah peringatan itu, sempat terjadi beberapa kali serangan terhadap kantor polisi maupun anggota polisi di jalanan. Namun, korbannya tidak sebanyak dalam serangan teror bom di Kampung Melayu," tutur Neta.
IPW menilai bom panci di Kampung Melayu mempunyai dampak paling besar bagi kepolisian dalam sejarah.
"Bom panci Kampung Melayu adalah serangan terbesar yang pernah dialami Polri dalam sejarah terorisme di Indonesia," ucap Neta.
Neta pun mengimbau masyarakat tidak terpancing provokasi, karena menurutnya hal tersebut bukan rekayasa untuk pengalihan isu.
"Jika ada pihak-pihak tertentu yang menuding bahwa peristiwa Kampung Melayu itu sebagai sebuah rekayasa untuk pencitraan, tudingan itu terlalu naif," papar Neta.
Dari fakta di lapangan, tambah Neta, terlihat bahwa aksi itu adalah sebuah serangan teror yang khusus ditujukan kepada anggota Polri. Momentum yang digunakan teroris adalah rencana pawai obor menyambut Ramadan.
"Polisi berkumpul untuk menjaga keamanan dan kemudian diserang," jelas Neta. (*)
http://wartakota.tribunnews.com/2017/05/26/ipw-tudingan-bom-kampung-melayu-sebagai-rekayasa-untuk-pencitraan-terlalu-naif?page=2