- Beranda
- The Lounge
"Be Different", Sebuah Paradoks Klasik
...
TS
kentutdewi
"Be Different", Sebuah Paradoks Klasik
SEBUAH PARADOKS KLASIK
Quote:
Kita tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan persamaan dan menyingkirkan perbedaan. Dahulu ketika saya SD, saat pelajaran matematika, siswa diwajibkan menggunakan rumus yang sama dengan yang diajarkan oleh guru. Barangsiapa yang memiliki cara berbeda, walaupun jawabannya sama, akan dianggap salah. Siswa harus memakai seragam yang sama, sepatu yang sama, potongan rambut yang sama dan masih banyak hal-hal lain yang harus disamakan. Masalahnya, anak-anak Indonesia juga diarahkan untuk memiliki mimpi yang sama. Dokter, insinyur, dan pilot adalah cita-cita yang paling sering orang tua doktrinkan kepada anaknya. Anak tidak diajarkan untuk berpikir bebas dan luas. Pekerjaan seperti pelukis, atlet, fotografer, ataupun public speaker adalah cita-cita yang tidak dianjurkan oleh orang tua karena cita-cita tersebut dianggap berbeda dengan cita-cita sebagian besar orang. Generasi tua juga masih berpikir bahwa pekerjaan-pekerjaan anti mainstream seperti itu dianggap tidak bisa menghasilkan banyak uang. Mereka tidak tahu saja bahwa sekarang banyak anak muda yang kerjanya nge-post foto di instagram dan mampu menjadi jutawan muda. Dunia berkembang dengan sangat cepat. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mewawancara seorang dokter. Menurut dokter ini, sekarang dokter bukan lagi pekerjaan yang tepat untuk mencari uang banyak. Setelah wawancara, saya terkejut karena kini penghasilan seorang dokter lebih kecil daripada penghasilan seorang food photographer, pekerjaan (masa kini) yang tugasnya hanya memotret makanan dan dibayar jutaan sampai puluhan juta untuk sekali sesi foto.
Saya bisa buktikan bahwa menjadi berbeda bukanlah hal yang salah. Einstein menulis empat jurnal fisika dalam setahun. Tiga karyanya ditolak karena dianggap berbeda dan menentang ilmu fisika yang sudah ada. Namun pada akhirnya, semua penelitian Einstein dinyatakan benar dan dia pun mendapat hadiah nobel pada tahun 1921. Berbeda lagi dengan Howard Schultz, proposal kedai kopinya selalu ditolak karena menurut masyarakat umum, tidak ada satupun orang yang mau menghabiskan uang $5 hanya untuk minum kopi. Namun sekarang, kedainya, Starbuck, dicintai oleh sebagian besar masyarakat dunia. Bahkan Starbuck kini sudah membuat kedai kopi terbesar di dunia. Kalian juga pasti tahu cerita Steve Jobs, Bill Gates, John Lennon, Jack Ma, Charlie Chaplin, dan Walt Disney. Mereka adalah para legenda yang meraih sukses karena tidak takut untuk menjadi berbeda.
Saya tahu anda bertanya,"Tapi bagaimana cara saya untuk menjadi berbeda?" Pertama, yakini dengan pasti apa yang anda yakini. Keyakinan adalah modal utama untuk menjadi berbeda. Howard Schultz begitu yakin bahwa konsep Starbuck nya akan mendunia, Galileo Galilei begitu yakin bahwa bumi ini bulat. Intinya adalah percaya diri. Anda harus percaya diri terlebih dahulu karena anda tidak dapat membuat orang percaya dengan hal-hal yang anda tidak percaya. Haha mohon maaf karena kalimatnya saya buat berbelit. Coba dibaca ulang supaya Anda makin paham. HEHE. Oke yang kedua, mulailah berpikir dengan cara yang berbeda dengan orang kebanyakan. Anda seharusnya tidak suka kalo opini anda sama dengan opini orang banyak. Mulailah cari opini dan pemikiran yang out of the box karena pola pikir yang berbeda itulah yang sedang dicari oleh banyak orang. Mari kita pikirkan sejenak fenomena Om Telolet Om, fenomena yang sempat mendunia dan menjadi buah bibir banyak selebriti internasional. Indonesia punya banyak sekali seniman. Tetapi mengapa karya budayawan lokal jarang yang go international? Mengapa malah om telolet om yang terkenal? Apa yang membuat om telolet om go international? Bukan karena om telolet om adalah sebuah masterpiece dari Indonesia. Tetapi karena om telolet om adalah suatu peristiwa yang tidak biasa dan berbeda. Cuma di Indonesia sekumpulan orang bisa begitu bahagia hanya karena mendengar klakson bus. Unik bukan? Makanya terkenal! Intinya, dunia saat ini membutuhkan inovasi-inovasi yang berbeda untuk dikembangkan. Mulailah dari menghapus doktrin-doktrin lama dan berpikirlah berbeda daripada orang kebanyakan. Siapa tahu suatu hari nanti Anda bisa dikenang seperti Steve Jobs, Howard Schultz, Bill Gates dan orang-orang unik lainnya.
Saya bisa buktikan bahwa menjadi berbeda bukanlah hal yang salah. Einstein menulis empat jurnal fisika dalam setahun. Tiga karyanya ditolak karena dianggap berbeda dan menentang ilmu fisika yang sudah ada. Namun pada akhirnya, semua penelitian Einstein dinyatakan benar dan dia pun mendapat hadiah nobel pada tahun 1921. Berbeda lagi dengan Howard Schultz, proposal kedai kopinya selalu ditolak karena menurut masyarakat umum, tidak ada satupun orang yang mau menghabiskan uang $5 hanya untuk minum kopi. Namun sekarang, kedainya, Starbuck, dicintai oleh sebagian besar masyarakat dunia. Bahkan Starbuck kini sudah membuat kedai kopi terbesar di dunia. Kalian juga pasti tahu cerita Steve Jobs, Bill Gates, John Lennon, Jack Ma, Charlie Chaplin, dan Walt Disney. Mereka adalah para legenda yang meraih sukses karena tidak takut untuk menjadi berbeda.
Saya tahu anda bertanya,"Tapi bagaimana cara saya untuk menjadi berbeda?" Pertama, yakini dengan pasti apa yang anda yakini. Keyakinan adalah modal utama untuk menjadi berbeda. Howard Schultz begitu yakin bahwa konsep Starbuck nya akan mendunia, Galileo Galilei begitu yakin bahwa bumi ini bulat. Intinya adalah percaya diri. Anda harus percaya diri terlebih dahulu karena anda tidak dapat membuat orang percaya dengan hal-hal yang anda tidak percaya. Haha mohon maaf karena kalimatnya saya buat berbelit. Coba dibaca ulang supaya Anda makin paham. HEHE. Oke yang kedua, mulailah berpikir dengan cara yang berbeda dengan orang kebanyakan. Anda seharusnya tidak suka kalo opini anda sama dengan opini orang banyak. Mulailah cari opini dan pemikiran yang out of the box karena pola pikir yang berbeda itulah yang sedang dicari oleh banyak orang. Mari kita pikirkan sejenak fenomena Om Telolet Om, fenomena yang sempat mendunia dan menjadi buah bibir banyak selebriti internasional. Indonesia punya banyak sekali seniman. Tetapi mengapa karya budayawan lokal jarang yang go international? Mengapa malah om telolet om yang terkenal? Apa yang membuat om telolet om go international? Bukan karena om telolet om adalah sebuah masterpiece dari Indonesia. Tetapi karena om telolet om adalah suatu peristiwa yang tidak biasa dan berbeda. Cuma di Indonesia sekumpulan orang bisa begitu bahagia hanya karena mendengar klakson bus. Unik bukan? Makanya terkenal! Intinya, dunia saat ini membutuhkan inovasi-inovasi yang berbeda untuk dikembangkan. Mulailah dari menghapus doktrin-doktrin lama dan berpikirlah berbeda daripada orang kebanyakan. Siapa tahu suatu hari nanti Anda bisa dikenang seperti Steve Jobs, Howard Schultz, Bill Gates dan orang-orang unik lainnya.
Terima Kasih gan udah berkenaan baca.
Spoiler for Masih kurang?:
Jika ingin baca artikel dan tulisan saya lainnya, bisa kunjungi
https://ejraaa.wixsite.com/bipolarbeast/
https://ejraaa.wixsite.com/bipolarbeast/
Diubah oleh kentutdewi 25-05-2017 13:21
0
3.2K
Kutip
22
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru