Petugas piket sentra pelayanan kepolisian (SPK) Polresta Pontianak, Ajun Inspektur Polisi Satu Agus menegaskan tak ada bentrok yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat antar dua massa ormas islam yang diduga Front Pembela Islam (FPI) dengan masyarakat dayak yang sedang pesta adat sehabis panen.

“Nggak ada, cuma kegiatan biasa. Nggak bentrok. Aman,” katanya Sabtu (20/5).

“Pengamanan di sana juga udah landai,” lanjutnya.

Agus juga menjelaskan bahwa sempat ada keramaian di pertemuan di Jalan Gajah Mada dan Jalan Tanjung Pura. Namun, keramaian tersebut bukan bentrok.

“Tadi memang sempat ramai konvoi aja, bukan bentrok,” jelasnya.

Sebelumnya, ramai foto dan video yang menyebut adanya bentrok antara masyarakat dayak dengan massa yang diduga FPI.

Damai Indonesiaku

kalau agan pernah membaca buku zaman edan karya Richard Lloyd Perry, beliau seorang Jurnalis lepas dari Washington Post yang khusus meliput semua daerah konflik di indonesia, terutama ambon poso, dom aceh, trisakti, sampit, santet banyuwangi, sanggau ledo, dll.

si Richard bilang, diantara semua konflik yg disaksikan, yg bisa bikin dia muntah itu ketika konflik dayak madura di kalbar 1997 dan kalteng 2001. kenapa?

di kerusuhan ambon dan poso, tangan putus kepala putus dl itu sudah biasa, tapi di kalimantan berbeda, karena di kalimantan selain membunuh manusianya, organ tubuh nya juga dimakan selagi berdarah seperti jantung dan hati. richard sendiri di bukunya bilang dia sempat ditawari daging orang madura yg disate

ada satu quote menarik dari tetua adat dayak di kalimantan ketika kerusuhan dayak dan madura itu terjadi pada waktu itu:

“Ketika orang tidak menghormati adat kami, mereka menjadi musuh, dan kami tidak memandang musuh kami sebagai manusia lagi. Mereka menjadi binatang di mata kami. Dan orang Dayak memakan binatang.”