rembangidAvatar border
TS
rembangid
Semen Indonesia, Sebutir Peluru Merawat Kedaulatan Nusantara
Pertarungan industri semen di Tanah Air semakin menguat hingga tahun 2017. Berdasarakan catatan yang ada, pada tahun ini akan ada 10 perusahaan semen milik swasta dan asing (di luar industri milik BUMN) bakal lahir serta membangun pabrik baru di Indonesia.

Tercatat ada Siam Cement di Sukabumi, Semen Merah Putih (Wilmar Group) di Banten, Conch Cement Tiongkok di Kalsel, Kaltim, Papua Barat, Ultratecht Cement di Wonogiri, Semen Puger di Jawa Timur, Semen Barru-Semen Panasia di Sulsel, Jui Shin Indonesia di Karawang dan Semen Gombong-Grobogan di Jawa Tengah.

Itu yang akan berdiri tahun ini. Belum ditambah yang sudah bercokol sebelumnya.

Tampak dari catatan rencana munculnya industri semen tahun 2017 oleh swasta dan asing, ada 3 pabrik akan melahirkan "bayinya" di Jawa Tengah. Sisanya rata-rata hanya satu pabrik satu provinsi.

Amat rasional jika melihat saat ini tren pertumbuhan pembangunan ada di Pulau Jawa. Dengan begitu, konsumsinya lebih mayoritas serta menguasai separuh lebih kebutuhan semen.

Kemudian, bagaimana cara industri semen negara yang berada di tampuk PT Semen Indonesia Tbk (PT SMI) menghadapi "perang" tersebut?

Laju kompetisi bisnis semen kian ramai. PT SMI memerlukan beberapa upaya menguatkan distribusinya. Diketahui PT SMI membangun beberapa project packing plant untuk menjaga stabilitas pasokan ke seluruh Indonesia, di antaranya di Bengkulu, Pontianak, Balikpapan lalu sudah mulai membangun pabrik Semen Indonesia Aceh.

Selain itu, strategi PT SMI juga menjalin kerjasama dengan PT Krakatau Steel yang sesama milik BUMN dengan membangun Project Cement Mill Cigading. Harapannya, itu akan memperkuat pangsa pasar di Jawa Barat. Project Cement Mill Cigading memproduksi slag cement,  yakni semen dari bahan baku slag (limbah biji baja) buangan produksi PT Krakatau Steel.

Tak luput yang saat ini masih terus dipersulit kehadirannya adalah dapat beroperasinya pabrik PT SMI dI Rembang. Lebih awalnya pabrik PT SMI di Rembang beroperasi (kini pembangunan pabrik sudah selesai) akan mengancam pangsa pasar semen asing serta swasta. Tentu saja PT SMI mampu lebih cepat menguasai pasar kebutuhan semen di Jawa Tengah sebelum hadirnya 3 pabrik lainnya seperti catatan yang ada.

Saat ini pasar PT SMI di Pulau Jawa adalah menguasai 75 persen di Jawa Timur, 45 persen di Jawa Tengah dan 20 persen di Jawa Barat. Perlu diketahui, padahal itu baru mengandalkan pasokan bahan baku dari satu pabrik di Tuban.

Beroperasinya PT SMI di Rembang tentu mengubah peta pangsa pasar di Pulau Jawa. Lokasi Rembang berada di jalur distribusi strategis menjadi ancaman serta menurunkan pasar semen asing di Jawa Barat yang dikuasai 47 persen oleh Indocement. Pangsa pasar beroperasinya PT SMI di Rembang akan merambah hingga Yogyakarta.

Sebetulnya, mengenai persaingan industri semen di Indonesia antara BUMN dan asing-swasta sudah tampak dengan penolakan PT SMI di Rembang. Alasannya seperti diuraikan bahasan di atas. Persaingan bisnis menggagalkan melajunya industri semen BUMN kemudian dikemas melalui dalih isu lingkungan.

Gempuran semen asing dan swasta adalah ancaman nyata bangsa melalui melalui usaha melemahkan dominasi PT SMI sebagai milik negara. Lalu kapan Nusantara berdaulat?*
Diubah oleh rembangid 17-05-2017 04:21
0
2.4K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.