- Beranda
- Berita dan Politik
Setelah Digusur Atas Kebijakan Ahok, 4 Warga Kampung Akuarium Meninggal
...
![veiila](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/10/05/avatar7235129_8.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
veiila
Setelah Digusur Atas Kebijakan Ahok, 4 Warga Kampung Akuarium Meninggal
Terhitung sejak tiga minggu berlalu, tercatat ada 4 warga Kampung Akuarium, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, yang meninggal dunia karena sakit setelah menjadi korban penggusuran.
“Kami pernah ikut pemeriksaan kesehatan gratis, hasilnya sebagian besar warga mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi,” ujar Dharmadiyani, warga RT 012, RW 04, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Kamis (18/5/2017), sebagaimana direportasekan dalam Tempo, Jumat (19/5/2017).
Empat warga yang wafat adalah Anton (45) karena menderita hipertensi, Untung (53) lantaran mengalami tekanan darah tinggi. Selanjutnya adalah Eka Juanti (22) akibat kekurangan kalium dan Supina (49) yang sakit paru-paru.
“Sebelum terjadinya penggusuran pemukiman warga, tidak pernah ada kejadian begini,” tutur Dharmadiyani—perempuan berusia 42 tahun itu.
ada 11 April 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memerintahkan Satpol PP untuk menggusur ratusan rumah warga yang lokasinya menjadi satu dengan Pasar Ikan.
Belasan eskavator meratakan pemukiman itu yang dikawal ratusan aparat keamanan. Padahal banyak warga yang sejak tahun 1950-an tinggal di pemukiman itu. Rencananya bekas pemukiman seluas 11.080 meter persegi itu akan dijadikan plaza dan alun-alun.
Pemerintah daerah menyediakan rumah susun di Marunda (Jakarta Utara) dan Rawa Bebek (Jakarta Timur) untuk ditempati warga korban gusuran.
Namun 163 keluarga masih bertahan. Mereka menyingkirkan puing-puing bangunan dan mendirikan empat tenda besar dan 132 bedeng darurat untuk tempat tinggal.
Warga mendirikan delapan tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) untuk digunakan bersama. Sejumlah politisi dari Partai Demokrat dan lainnya memberi bantuan. Begitu juga dengan lembaga swadaya masyarakat yang menolak kebijakan penggusuran Gubernur Basuki Purnama (Ahok).
Kamis pagi (18/5/2017), tim wartawan mengunjungi pemukiman darurat warga korban penggusuran di Kampung Akuarium.
“Kalau siang begini orang-orang pada kerja,” sebut Danang Setiawan, remaja yang mendampingi media dan tim wartawan.
Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Pada April 2017, kata Dharmadiyani, pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan gratis oleh satu lembaga. Hasilnya, sebagian besar warga mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Ia menunjuk kumpulan anak-anak sedang bermain, mereka mengalami kekurangan berat badan. “Pemeriksaan dokter kurang gizi,” kata Dharma.
Menurutnya, sebelumnya ada delapan tenda besar yang ditinggali 4 sampai 5 kepala keluarga di dalamnya.
“Saat musim hujan roboh ditiup angin,” ungkapnya.
Selesai berkeliling pemukiman, Dharma kemudian meminta Suharti, ibu dari Eka Juanti yang meninggal karena kekurangan kalium, menjelaskan penyebab kematian anaknya.
“Ini ibunya Eka,” imbuh dia.
Suharti menerangkan bahwa anaknya tidak mempunyai sakit bawaan. Eka meninggal pada 2 Mei 2017. Sebelum meninggal, almarhumah sempat dirawat di Rumah Sakit Koja selama delapan hari.
“Dokter bilang sih kekurangan kalium dan gangguan paru-paru,” cerita Suharti.
Dharma kembali menambahkan bahwa pasca pengusuran, warga rawan mengalami batuk dan sesak napas. Memang benar di kawasan bedeng tersebut, selain rawan gatal-gatal menyerang, terlihat banyak debu berterbangan.
http://www.suratkabar.id/40359/news/...rium-meninggal
Turut berduka cita![Turut Berduka emoticon-Turut Berduka](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbeg2zalcx0i.gif)
“Kami pernah ikut pemeriksaan kesehatan gratis, hasilnya sebagian besar warga mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi,” ujar Dharmadiyani, warga RT 012, RW 04, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Kamis (18/5/2017), sebagaimana direportasekan dalam Tempo, Jumat (19/5/2017).
Empat warga yang wafat adalah Anton (45) karena menderita hipertensi, Untung (53) lantaran mengalami tekanan darah tinggi. Selanjutnya adalah Eka Juanti (22) akibat kekurangan kalium dan Supina (49) yang sakit paru-paru.
“Sebelum terjadinya penggusuran pemukiman warga, tidak pernah ada kejadian begini,” tutur Dharmadiyani—perempuan berusia 42 tahun itu.
ada 11 April 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memerintahkan Satpol PP untuk menggusur ratusan rumah warga yang lokasinya menjadi satu dengan Pasar Ikan.
Belasan eskavator meratakan pemukiman itu yang dikawal ratusan aparat keamanan. Padahal banyak warga yang sejak tahun 1950-an tinggal di pemukiman itu. Rencananya bekas pemukiman seluas 11.080 meter persegi itu akan dijadikan plaza dan alun-alun.
Pemerintah daerah menyediakan rumah susun di Marunda (Jakarta Utara) dan Rawa Bebek (Jakarta Timur) untuk ditempati warga korban gusuran.
Namun 163 keluarga masih bertahan. Mereka menyingkirkan puing-puing bangunan dan mendirikan empat tenda besar dan 132 bedeng darurat untuk tempat tinggal.
Warga mendirikan delapan tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) untuk digunakan bersama. Sejumlah politisi dari Partai Demokrat dan lainnya memberi bantuan. Begitu juga dengan lembaga swadaya masyarakat yang menolak kebijakan penggusuran Gubernur Basuki Purnama (Ahok).
Kamis pagi (18/5/2017), tim wartawan mengunjungi pemukiman darurat warga korban penggusuran di Kampung Akuarium.
“Kalau siang begini orang-orang pada kerja,” sebut Danang Setiawan, remaja yang mendampingi media dan tim wartawan.
Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Pada April 2017, kata Dharmadiyani, pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan gratis oleh satu lembaga. Hasilnya, sebagian besar warga mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Ia menunjuk kumpulan anak-anak sedang bermain, mereka mengalami kekurangan berat badan. “Pemeriksaan dokter kurang gizi,” kata Dharma.
Menurutnya, sebelumnya ada delapan tenda besar yang ditinggali 4 sampai 5 kepala keluarga di dalamnya.
“Saat musim hujan roboh ditiup angin,” ungkapnya.
Selesai berkeliling pemukiman, Dharma kemudian meminta Suharti, ibu dari Eka Juanti yang meninggal karena kekurangan kalium, menjelaskan penyebab kematian anaknya.
“Ini ibunya Eka,” imbuh dia.
Suharti menerangkan bahwa anaknya tidak mempunyai sakit bawaan. Eka meninggal pada 2 Mei 2017. Sebelum meninggal, almarhumah sempat dirawat di Rumah Sakit Koja selama delapan hari.
“Dokter bilang sih kekurangan kalium dan gangguan paru-paru,” cerita Suharti.
Dharma kembali menambahkan bahwa pasca pengusuran, warga rawan mengalami batuk dan sesak napas. Memang benar di kawasan bedeng tersebut, selain rawan gatal-gatal menyerang, terlihat banyak debu berterbangan.
http://www.suratkabar.id/40359/news/...rium-meninggal
Turut berduka cita
![Turut Berduka emoticon-Turut Berduka](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fbeg2zalcx0i.gif)
Spoiler for :
1
1.6K
23
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Berita dan Politik](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-10.png)
Berita dan Politik![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
672.1KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya