- Beranda
- Berita dan Politik
Sempat Heboh Soraki Azan, Kordinator Aksi 1000 Lilin di Palembang Minta Maaf
...
TS
duomiloser
Sempat Heboh Soraki Azan, Kordinator Aksi 1000 Lilin di Palembang Minta Maaf
Quote:
SRIPOKU.COM--Hebohnya aksi 1000 lilin di Palembang disebut menyoraki suara azan di kawasan Monpera Palembang bersebelahan dengan Masjid Agung Palembang, akhirnya mendapat respon oleh kordinator aksi.
Lantaran kegiatan dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu mendapat cibiran masyarakat Palembang karena dianggap melakukan intoleransi saat azan berkumandang.
Dikutip dari akun instagram Palembangup dan akun Indonesiabertauhid yang membagikan video permohonan maaf peserta yang di wakili, Billy Jaya selaku juru bicara, Sharif Dayan (dirigen) dan Eko Sahaudin kordinator lapangan meminta maaf kepada warga Palembang.
Pertemuan ini dilakukan di Ruang Parameswara lantai dua Kantor Walikota Palembang, Senin 15 Mei 2017.
Seiring dengan tekanan yang diberikan umat dan para ulama, mereka mengakui bahwa memang ada kericuhan pada saat adzan berkumandang.
Selain itu juga tidak ada surat izin dari Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin.
"Mewakili semua hadirin peserta kegiatan 1000 lilin dan penyelenggara kegiatan kebangsaan pada Jumat 12 Mei 2017 pukul 18.30 sampai dengan 19.30 wib. Tempat Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) semula di Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, menyatakan permohonan maaf dan menyesalakan adanya tindakan dalam kegiatan tersebut yang menimbulkan kegaduhan karenanya dengan segala kerendahan hati tidak akan mengulangi lagi," ujarnya, Senin (15/5/2017)
Seperti diketahui sebelumnya, Jumat (12/5/2017) kemarin ribuan warga pendukung Ahok menyalakan lilin di Monumen Perjuangan Rakyat atau Monpera di Jalan Merdeka, Palembang.
Mayoritas peserta aksi warga Tionghoa ini, antuasias berada di tengah halaman Monpera, kompak mengenakan pakaian hitam sambil memegang lilin.
Sembari memegang lilin peserta khidmat menyanyikan sejumlah lagu-lagu nasional.
Salah satunya lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan peserta dengan suara lantang.
Seusai menyanyikan lagu-lagu nasional, para peserta kompak membacakan Sumpah Pemuda.
Pekikan "Merdeka!" pun beberapa kali terdengar dari kerumunan massa aksi.
Sesaat juga terdengar yel-yel yang menyuarakan bebaskan Ahok dari sekumpulan peserta, namun pihak panitia dan peserta lainnya dengan cepat langsung menghentikan yel-yel tersebut.
Pihak kepolisian dari Polresta Palembang, tampak menjaga jalannya aksi. Anggota kepolisian berpakaian bebas mencair dengam kerumunan massa aksi.
"Momen aksi menyalakan lilin ini untuk membuktikan bahwa masyarakat Kota Palembang tetap bersatu dan tidak ada kepentingan lainnya," ujar Eka Sahudin koordinator aksi menyalakan lilin di Monpera.
Eka mengatakan, peserta aksi berasal dari semua kalangan dan terbuka untuk umum. Karena aksi menyalakan lilin ini digelar untuk membuktikan bahwa rakyat tetap bersatu mempertahankan NKRI.
"Musuh kita adalah penjajah bukan agama, ras, atau pun suku. Meski pun kita berbeda-beda kita tetap bersatu. Kita tegaskan, musuh kita adalah penjajah. Lilin yang menyala sebagai simbol semangat kita tetap menyala untuk tetap bersatu," jelas Eka.
"Kita inginnya tetap bersatu, meski pun kita berbeda-beda, namun kita tetap bersatu di Negara Indonesia," ujar Melly, peserta aksi. (*)
http://palembang.tribunnews.com/2017...ta-maaf?page=2
Lantaran kegiatan dukungan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu mendapat cibiran masyarakat Palembang karena dianggap melakukan intoleransi saat azan berkumandang.
Dikutip dari akun instagram Palembangup dan akun Indonesiabertauhid yang membagikan video permohonan maaf peserta yang di wakili, Billy Jaya selaku juru bicara, Sharif Dayan (dirigen) dan Eko Sahaudin kordinator lapangan meminta maaf kepada warga Palembang.
Pertemuan ini dilakukan di Ruang Parameswara lantai dua Kantor Walikota Palembang, Senin 15 Mei 2017.
Seiring dengan tekanan yang diberikan umat dan para ulama, mereka mengakui bahwa memang ada kericuhan pada saat adzan berkumandang.
Selain itu juga tidak ada surat izin dari Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin.
"Mewakili semua hadirin peserta kegiatan 1000 lilin dan penyelenggara kegiatan kebangsaan pada Jumat 12 Mei 2017 pukul 18.30 sampai dengan 19.30 wib. Tempat Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) semula di Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, menyatakan permohonan maaf dan menyesalakan adanya tindakan dalam kegiatan tersebut yang menimbulkan kegaduhan karenanya dengan segala kerendahan hati tidak akan mengulangi lagi," ujarnya, Senin (15/5/2017)
Seperti diketahui sebelumnya, Jumat (12/5/2017) kemarin ribuan warga pendukung Ahok menyalakan lilin di Monumen Perjuangan Rakyat atau Monpera di Jalan Merdeka, Palembang.
Mayoritas peserta aksi warga Tionghoa ini, antuasias berada di tengah halaman Monpera, kompak mengenakan pakaian hitam sambil memegang lilin.
Sembari memegang lilin peserta khidmat menyanyikan sejumlah lagu-lagu nasional.
Salah satunya lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan peserta dengan suara lantang.
Seusai menyanyikan lagu-lagu nasional, para peserta kompak membacakan Sumpah Pemuda.
Pekikan "Merdeka!" pun beberapa kali terdengar dari kerumunan massa aksi.
Sesaat juga terdengar yel-yel yang menyuarakan bebaskan Ahok dari sekumpulan peserta, namun pihak panitia dan peserta lainnya dengan cepat langsung menghentikan yel-yel tersebut.
Pihak kepolisian dari Polresta Palembang, tampak menjaga jalannya aksi. Anggota kepolisian berpakaian bebas mencair dengam kerumunan massa aksi.
"Momen aksi menyalakan lilin ini untuk membuktikan bahwa masyarakat Kota Palembang tetap bersatu dan tidak ada kepentingan lainnya," ujar Eka Sahudin koordinator aksi menyalakan lilin di Monpera.
Eka mengatakan, peserta aksi berasal dari semua kalangan dan terbuka untuk umum. Karena aksi menyalakan lilin ini digelar untuk membuktikan bahwa rakyat tetap bersatu mempertahankan NKRI.
"Musuh kita adalah penjajah bukan agama, ras, atau pun suku. Meski pun kita berbeda-beda kita tetap bersatu. Kita tegaskan, musuh kita adalah penjajah. Lilin yang menyala sebagai simbol semangat kita tetap menyala untuk tetap bersatu," jelas Eka.
"Kita inginnya tetap bersatu, meski pun kita berbeda-beda, namun kita tetap bersatu di Negara Indonesia," ujar Melly, peserta aksi. (*)
http://palembang.tribunnews.com/2017...ta-maaf?page=2
ksatria..
moga-moga trit ini gak dihapus..
kan tentang permohonan maaf..
0
21.8K
Kutip
256
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.5KThread•48.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya