Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1Avatar border
TS
n4z1
Jokowi Bahagia Umat Islam Indonesia di Tiongkok Diperlakukan Baik
Jokowi Bahagia Umat Islam Indonesia di Tiongkok Diperlakukan Baik


Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat mengunjungi masjid tertua di Beijing, China. (Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Beijing - Presiden Joko Widodo atau Jokowi merasa bahagia karena umat Islam asal Indonesia di Tiongkok, diperhatikan dan diperlakukan dengan baik oleh pemerintah setempat.

"Yang pertama saya sangat senang dan bahagia bahwa umat Muslim Indonesia yang berada di Tiongkok ini sangat didukung, dan diberikan ruang yang sangat baik oleh pemerintah Tiongkok," ujar Jokowi setelah bertemu Presiden Asosiasi Muslim RRC Yang Faming di kompleks Masjid Niujie, Beijing, Minggu (14/5/2017).

Dalam pertemuan tertutup itu, Jokowi terkejut setelah mendapatkan informasi bahwa umat Islam di daratan Tiongkok itu mencapai angka 23 juta jiwa, dengan jumlah masjid di Beijing 70 unit, dan di seluruh daratan Tiongkok 23 ribu unit.

"Terus terang saya baru tahu dan sangat kaget, karena ini jumlah yang saya kira tidak sedikit," kata Jokowi yang saat itu mengenakan setelan jas lengkap dengan peci hitam.

Relasi budaya Islam antara Indonesia dengan Tiongkok, menurut Jokowi, sudah berlangsung sejak abad ke-15. "Pada abad itu Muslim Tiongkok datang ke Indonesia untuk berdagang, dan mereka mendarat di Jawa seperti di Lasem (Jateng) dan tempat lain di Indonesia, di Palembang (Sumsel)."

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan salam takzimnya kepada seluruh umat Islam yang berada di daratan Tiongkok.

"Tadi melalui Bapak Imam (masjid) dan Bapak Ketua (Presiden Asosiasi Muslim RRC), saya sampaikan salam saya untuk umat Islam di Tiongkok," kata dia.

Jokowi bersama rombongan tiba di kompleks Masjid Niujie sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Begitu memasuki kompleks masjid yang dibangun pada 996 Masehi itu, dia langsung mengambil air wudu untuk menunaikan salat sunah tahiyyatul masjid.

Jokowi kemudian mendengarkan penjelasan mengenai sejarah berdirinya masjid terbesar di Beijing itu, dari Ali Yang Gunjun yang sehari-hari bertindak selaku imam masjid tersebut.

Cendera Mata Kaligrafi

Jokowi lalu memberikan Kaligrafi Arab, Mushaf Alquran berasal dari Indonesia, kopiah hitam, dan sarung kepada Imam Ali sebagai cendera mata khas Nusantara.

Sebaliknya, Imam Ali memberikan kenang-kenangan berupa Kaligrafi Arab bertuliskan kalimat tauhid lengkap dengan terjemahan bahasa Mandarin, dan buku mengenai perjalanan Islam di Tiongkok.

Setelah itu, Jokowi menyempatkan diri menziarahi makam pendiri dan imam Masjid Niujie, Syekh Ali Imaduddin dan Syekh Ahmad Alburthoni.

Di depan pusara kedua syekh yang berada di sudut kompleks masjid itu, Jokowi didampingi imam membaca doa ziarah kubur selama beberapa menit.

Selama kunjungan di masjid yang didominasi gaya arsitektur China kuno tersebut, Jokowi didampingi sejumlah menteri Kabinet Kerja, di antaranya Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Duta Besar RI untuk Tiongkok Soegeng Rahardjo.

Dalam kunjungan itu Jokowi juga menyalami beberapa WNI yang tinggal di Beijing, baik untuk keperluan kerja maupun menuntut ilmu.

Kunjungan Jokowi ini dilakukan di sela-sela menghadiri KTT Jalur Sutera dan Sabuk Maritim Baru untuk Kerja Sama Internasional (Belt and Road Forum).
http://news.liputan6.com/read/295080...adline_click_1
===============================

Disini warganya dicap komunis, dihina, dianaktirikan, dianggap warga kelas 2 yang tak boleh bersuara, diintimidasi. Dianggap bukan Warga Negara Indonesia, beda dengan warga keturunan Arab.

Disana warga kita yang berjumlah 23juta jiwa justru mengais rejeki di negeri Komunis, negeri yang katanya dzalim terhadap ummat Islam. Adakah perlakuan yang sama mereka terapkan kepada warga Indonesia terutama ummat muslim Indonesia? Teriak-teriak anti Komunis jugakah mereka?

Disana, negara yang kerap menjadi bahan caci maki Bani Dengkuler, keturunan Paham Flat Earth sudah menggapai lapisan langit, menguasai samudera, sementara kita disini masih sibuk dengan Surga dan Neraka, seolah-olah hidup hanya untuk Surga dan Neraka, tak perlu makan dan minum, tak perlu persiapan buat hari akhir. Seolah-olah dengan caci maki sudah cukup untuk bekal ke akherat, sudah cukup mendapat pahala.

Disana, setiap langkah dilakukan untuk berjalan kedepan menyongsong masa depan. Disini setiap langkah justru ingin mundur ke belakang, meraih masa lampau. Bermimpi minyak gratis, bermimpi pemerintahan yang adil dan merata seperti jaman Rasulullah, tapi tak mau melihat Daesh, tak mau melihat Boko Haram, tak mau melihat Al-Qaeda. Lalu keadilan macam apa yang diimpikan?

Disana negara yang selalu jadi bahan caci maki sebagian besar manusia-manusia munafik sudah mengangkasa dengan pesawat-pesawat tempurnya, disini justru bangga dengan pesawat-pesawat hibah.

Disana reklamasi dianggap sebagai tambahan wilayah kedaulatan, sama seperti Singapura yang wilayahnya semakin luas karena reklamasi, disini Reklamasi jadi jualan buat Pilkada.

Disana dan disini memang beda.
Kenapa segalanya yang selalu dihina dan dicaci maki justru bisa melesat lebih jauh dan bisa meninggalkan yang menghina dan mencaci maki? Cuma 1 jawabannya. Karena yang dihina tak pernah memikirkan orang-orang yang menghinanya, dia tetap fokus kedepan dan mengejar mimpi. Sementara yang menghina dan mencaci maki justru sibuk dalam keasikannya sendiri sampai lupa berlari mengejar mimpi.

Bodohnya engkau wahai para pendengki.

emoticon-Traveller
Diubah oleh n4z1 14-05-2017 15:28
0
8.5K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.7KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.