Hal-Hal yang Hanya Dipahami Penggemar Sepakbola Era 90an!
TS
adoelpiero
Hal-Hal yang Hanya Dipahami Penggemar Sepakbola Era 90an!
Quote:
Alhamdulillah,,, Thread ini jadi HT Ane yg ke 64 di hari Rabu, 03.05.2017
BTW,,, Thanks buat kaskuser yg udah kirim2 Cendol, Abu gosok, Rate 5 dan Comment di thread ini.
Semoga selalu mendapatkan kebaikan dalam hidupnya,,, semoga semakin sukses dalam pendidikan, usaha dan pekerjaannya, semakin sayang & di sayang orang tua beserta pasangannya...
Buat yg masih Jomblo semoga cepet dapet Jodoh yang baik yach,,,
Aamiin...
Ah, 1990an. Masa-masa indah ketika Serie A merupakan liga nomor satu dunia, ketika istilah 'tendangan pisang' pertama kali muncul, dan ketika kiper masih menggunakan baju-baju norak...
Banyak yang bilang sepakbola telah berubah. Siapa orang yang berkata demikian?
Seharusnya Anda sudah bisa menduganya, bahwa mereka adalah saksi peralihan zaman sepakbola ke era sepakbola modern. Singkat kata, mereka fans sepakbola lawas yang mungkin menyukai sejak era 1990an hingga 2000-an.
Tentu, mereka bisa berkata bahwa sepakbola telah berubah karena tahu hal-hal apa saja yang sudah berubah di masa lalu dibanding saat ini. Tiap generasi memiliki kebanggaan tersendiri. Pun demikian di era 90-an yang terkenal dengan banyaknya film animasi di akhir pekan, anak-anak sering keluar rumah untuk bermain gundu, tamiya, dan lainnya.
Hal itu juga berlaku di sepakbola dengan perubahan yang radikal dalam perkembangannya dari tahun ke tahun. Jadi, mari untuk sesaat kita duduk santai sembari menikmati kopi atau teh, lalu berpikir, kenangan apa saja yang masih kita ingat dari sepakbola di era 90-an...
Jersey Gombrong
Quote:
Pemikiran ini langsung ada di benak pikiran saya. Pernahkan Anda melihat merek jersey Puma yang dikenakan Arsenal dan timnas Italia? Ketat dan seksi bagi kaum hawa. Baju ketat itu diterapkan bukan karena tidak ada ukuran yang lebih besar, melainkan adanya penerapan teknologi untuk menunjang kenyamanan pemain.
Sekarang Bisa Lebih Mudah Melihat Otot Para Pesepakbola
Tapi jangan pernah Anda berpikir baju ketat itu ada di era 90-an. Di era tersebut, pesepakbola mengenakan baju dengan gaya ala rapper laiknya Ludacris, Jay-Z, Lil Jon: baju yang seperti kebesaran.
Spoiler for :
Penggunaan baju dengan gaya itu sangat populer di dunia yang digunakan rapper, pelaku American Football, baseball, hingga kalangan pesepakbola. Ikon sepakbola dunia seperti Roberto Baggio, Michael Owen, Paul Scholes, Frank de Boer, Clarence Seedorf dan lainnya pernah mengenakan baju yang terkesan longgar dan kebesaran itu.
Baju longgar dan lengan panjang, identik dengan era 90-an, bukan?
Kini, penggunaannya sudah jauh berkurang karena baju longgar itu lebih mudah bagi lawan menarik untuk merebut bola, sebagai gantinya bahan baju sekarang kebanyakan slim fit alias sesuai dengan tubuh
Kejayaan Serie A
Quote:
Masih berkaitan dengan pembahasan sebelumnya. Era 90-an juga jadi masa kejayaan dinasti Italia atas Inggris, Spanyol, Prancis, dan Jerman.
Klub-klub seperti Juventus, AC Milan, AS Roma, Inter Milan, bahkan Parma, Fiorentina, Sampdoria, dan Lazio, memiliki pemain-pemain berkualitas dengan label bintang dunia.
Ah, masa-masa indah...
Spoiler for :
Persaingan scudetto di masa itu sangat seru untuk disimak, dan mereka sangat disegani ketika berkancah di Eropa. Jika Anda tahu nama-nama seperti Alessandro Nesta, Flippo Inzaghi, Andriy Shevchenko, Paolo Maldini, Pavel Nedved, Baggio, Gabriel Batitusta, Alessandro Del Piero, Hernan Crespo, maka Anda resmi dinyatakan sebagai fans lawas sepakbola Italia.
Sepakbola Serie A saat ini hanya menyisakan kesedihan dan kenangan akan kejayaan masa lalu, tak ada lagi persaingan yang seru untuk merebutkan titel Serie A dan hanya Juventus yang berlari sendiri di Eropa. Sementara tim lainnya, masih sibuk mengurusi inkonsistensi performa dan berpikir bagaimana untuk bisa menghasilkan banyak uang laiknya Bianconeri.
Warna warni Baju Kiper
Quote:
Era 90-an sepertinya menjadi ajang perlombaan bagi tiap kiper sebagai ajang pamer, baju siapa yang paling mencolok mata. Penjaga gawang memang harus memiliki baju yang berbeda, tapi, sedianya juga tak harus warna warni seperti masa lalu.
Tidaaaaaaaaaaakkkk...
Spoiler for :
Lucu rasanya bagi fans melihatnya, dan mungkin bagi penjaga gawang, mereka barangkali menahan malu (atau malah bangga?) ketika mengenakannya.
Kiper yang pernah mengenakannya adalah Jorge Campos (timnas Meksiko), David James, David Seaman, Shay Given, hingga kiper legendaris MU, Peter Schmeichel.
Warna warni kehidupan memang bagus agar hidup tidak monoton, namun, warna warni baju kiper itu rasanya... terlalu berlebihan.
Maka, jangan heran jika kiper di masa lalu banyak melakukan penyelamatan gemilang, mungkin itu mereka lakukan agar ratusan ribu pasang mata fokus kepada penyelamatan mereka ketimbang ‘pelangi’ di baju mereka
Tendangan Pisang ala Roberto Carlos
Quote:
Dahulu, di era 90-an juga banyak spesialisasi tendangan bebas yang memiliki gayanya masing-masing dari Juninho Pernambucano, Baggio, Del Piero, David Beckham, hingga Roberto Carlos. Dari seluruh gaya yang mereka popularkan, gaya menendang Carlos yang beken dengan nama tendangan pisang menjadi tren tersendiri.
Spoiler for :
Sepakan Carlos terletak kepada kekuatan kaki saat menendang bola, hingga bola melengkung ketika mendekati gawang lawan. Sebelum mengeksekusinya, Carlos melakukan langkah kecil dari jarak yang cukup jauh sebelum menendangnya.
Gaya ini kemudian begitu populer di kalangan anak-anak penggemar sepakbola, yang kemudian memeragakannya di lapangan ketika bermain bersama teman-temannya.
Saat ini, melihat bola melengkung dengan cepat seperti bukan lagi sebuah keistimewaan. Kualitas pelatihan yang semakin maju dan teknologi bola sepak yang semakin memihak pemain-pemain non-kiper membuat tendangan pemain-pemain top bisa melengkung dengan mudah jika melakukannya dengan benar.
Ingat kritikan tajam yang diarahkan ke Jabulani, bola resmi Piala Dunia 2010, karena dianggap tak bisa ditebak arahnya ketika ditendang?
Striker Klasik Bernomor Punggung 9
Quote:
Bukan makna harfiah benar mengenakan nomor punggung 9 tentunya, karena itu merupakan istilah bagi penyerang klasik dengan tipe: oportunis, tajam, dan beredar di dalam kotak penalti.
Jarang dilihat di era 90-an penyerang yang mau menjemput bola hingga ke tengah lapangan, beredar di banyak area, dan turut aktif terlibat dalam proses pembangunan serangan.
Bagi penyerang di masa lalu, tugas mereka hanya satu, mengonversi umpan menjadi gol. Maka, jangan heran banyak penyerang seperti David Trezeguet, Flippo Inzaghi, Andy Cole, Dwight Yorke, Batistuta, Crespo, Fernando Morientes, Alan Shearer, Patrick Kluivert, Roy Makaay, dan Ruud van Nistelrooy, yang muncul di era itu.
Spoiler for :
Keberadaan mereka sama dengan jaminan 20 gol per musimnya dan bagi fans, melihat mereka mencetak gol memunculkan gairah tersendiri.
Pasalnya mereka sangat oportunis mengonversi peluang menjadi gol, dari sudut sesempit apapun. Oleh karena keberadaan striker klasik itu, penyerang sayap di masa lalu lebih banyak memberikan umpan silang ketimbang melakukan penetrasi langsung ke kotak penalti.
Tak hanya itu, formasi 4-4-2 jadi taktik klasik yang kerap digunakan di era 90-an dengan keberadaan dua bomber maut, yang saling melengkapi di lini depan seperti Yorke-Cole, Inzaghi-Del Piero, Del Piero-Trezeguet, hingga Morientes-Raul Gonzalez.
Sepatu Tidak Neko-neko
Quote:
Terakhir, ada pemilihan warna sepatu yang tidak ribet. Adidas, Nike, dan Umbro merupakan sponsor utama penyedia sepatu di era 90-an dan pilihan warna yang digunakan saat itu, hanya hitam dan putih.
Hitam, putih, atau menjadi aneh dengan menggunakan warna lain
Spoiler for :
Jika tidak putih atau hitam sepenuhnya, maka kombinasi warna hitam putih akan jadi tema utama warna sepatu di masa lalu. Tak pernah ada penggunaan sepatu yang berwarna warni, apalagi sepatu yang sama namun diwarnai belang sebelah seperti hal nyeleneh yang dilakukan Rochy Putiray di masa lalu.
Kemajuan teknologi memang banyak mempengaruhi latar belakang perubahan itu, namun warna dasar hitam-putih tidak pernah bisa dilepaskan dari kenangan fans akan sepakbola era 90-an.