Anda bertemu dengan pria impian. Dia lucu, menyenangkan dan seksi. Dia singgah di pikiran. Karena dia, Anda tidak bisa berpikir jernih dan ketika mendapatkan teks darinya, hati jadi berdebar-debar. Jatuh cinta begitu cepat, mudah tertawa, "terbang", dan senyum-senyum sendiri.

Memasuki tahap dua. Merasa pasangan begitu hebat. Anda memegang tangan di taman dan berpelukan bersama saat menonton film, tapi ada sesuatu yang berubah. Anda sudah jadian, bahkan mungkin sudah menikah dan tinggal serumah, mungkin sudah punya anak.

Hidup sepertinya telah berlalu dan meninggalkanmu di suatu tempat dalam debu. Anda punya teman yang tinggal di Bali, ada yang sibuk pesta, dan berlibur. Sementara, Anda terjebak di rumah setiap hari. Membersihkan rumah, mencuci pakaian dan membuat makan malam sehingga tidak ada yang menghargai.

Anda merasa seolah pasangan Anda menganggap Anda begitu saja. Apa yang terjadi dengan pelukan di sofa? Dan kapan terakhir kali dia memegang tangan? Tahap ketiga ini membuat Anda bertanya-tanya apakah Anda kehilangan perasaan cinta itu!

"Apa yang terjadi? Apakah dia sudah tak cinta?" Di tahap ini kebanyakan pasangan mulai merasakan kebencian terhadap pasangan mereka. Mereka bertanya-tanya apa yang mereka rindukan dalam hidup seandainya saja masih sendiri, mungkin hidup akan lebih indah.

Jika Anda berhasil melewati masa-masa sulit di tahap tiga, Anda akan diberi ganjaran. Anda dan pasangan mencapai titik, di mana dapat bersama-sama menyelesaikan masalah bersama.

Tahap tiga memang akan memberi tekanan besar dan membuat frustasi. Sebagai tim Anda telah mencapai tahap cinta sejati, bukan cinta yang terangkat dalam percintaan dan gairah atau saling menempel karena anak kecil, tapi cinta berdasarkan saling pengertian dan saling menghargai.

Sekarang, setelah Anda berdua saling memeluk kelemahan dan kesalahan bersama dengan kekuatan dan keinginan, Anda dapat menggabungkan kekuatan dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.