Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sukhoivsf22Avatar border
TS
sukhoivsf22
Ini Alasan Pembiayaan Macet Perbankan Syariah Cukup Tinggi
Ini Alasan Pembiayaan Macet Perbankan Syariah Cukup Tinggi
Jumat, 28 April 2017 | 22:25 WIB



JAKARTA, KOMPAS.com - Pembiayaan pada masing-masing akad di perbankan syariah per Februari 2017 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali Istishna.

Pertumbuhan dengan nominal tertinggi adalah akad Murabahah (jual beli) sebesar 13,96 persen atau meningkat Rp 17,03 triliun. Berikutnya adalah akad Musyarakah yang pembiayaannya tumbuh 27,72 persen atau sebesar Rp 16,89 triliun.

Sayangnya, kata Direktur Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Deden Firman, pertumbuhan pembiayaan ini tidak dibarengi dengan kinerja yang positif. Rasio kredit macet di perbankan syariah atau Non-Performing Financing (NPF) masih tinggi.

Pada Februari 2017, secara nominal Murabahah menjadi akad dengan NPF tertinggi yaitu sebesar Rp 6,82 miliar atau setara dengan rasio NPF 4,9 persen. Sementara itu, rasio NPF gross tertinggi terjadi pada akad Ijarah yang meningkat dari 1,79 persen pada Februari 2016 menjadi 7,4 persen pada Februari 2017.

Menurut Firman, peningkatan yang terjadi sejak Januari 2017 ini disebabkan meningkatnya NPF gross akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) khususnya pembiayaan sewa alat berat untuk pertambangan menjadi 8,06 persen.

Kendati demikian, porsi pembiayaan akad Ijarah hanya mencakup 4 persen dari total pembiayaan. Deden menjelaskan, mengapa rasio NPF utamanya untuk akad Muarbahah di perbankan syariah masih tinggi, salah satunya adalah karena pembiayaan syariah sangat erat kaitannya dengan sektor riil.

"Pada saat pertumbuhan ekonomi sedang tinggi, kita akan melihat biasanya kinerja perbankan syariah dilihat dari NPF-nya itu bagus. Namun, beberapa tahun terakhir ini kita melihat pertumbuhan sektor riil agak tersendat," kata Deden di Jakarta, Jumat (28/4/2017).

Tersendatnya pertumbuhan sektor riil itu terutama terjadi di sektor pertambangan, komoditas, dan sektor yang terkait dengan itu. Hal tersebut berimbas terhadap kinerja pembiayaan perbankan syariah.

Deden lebih lanjut mengatakan, pembiayaan dari perbankan syariah untuk sektor yang berkaitan dengan pertambangan dan komoditas cukup besar.

"Kalau pertambangan sendiri, besar mungkin tidak (meminjam) di perbankan syariah, tetapi bank-bank konvensional. Namun, sektor terkait misalnya transportasi pengangkutan batu bara, pengangkutan sawit itu ke perbankan syariah," imbuh Deden.

Terkait dengan tingginya NPF gross di perbankan syariah, Deden mengatakan, ada kriteria penilaian yang berbeda antara bank syariah dan konvensional.

"NPF gross sampai 7 persen di syariah menurut kami masih sehat. Kalau di bank konvensional harus di bawah 5 persen, karena kalau di atas itu maka akan masuk kategori bank dalam pengawasan intensif," jelas Deden.

Penulis: Estu Suryowati
Editor: M Fajar Marta
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...h.cukup.tinggi

Bank syariah memang jadi instrumen yang bagus untuk sektor riil,berarti benar sektor riil kita sedang sakit,ayo pak presiden pak/bu menteri segera nyatakan kita krisis sektor riil,karena para koruptor hanya bisa dihukum mati kalo sedang dalam keaadan darurat yang salah satunya adalah krisis.

emoticon-Turut Berduka
0
2.8K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.