- Beranda
- Sejarah & Xenology
Perang AIN JALUT(Spring of Goliath) 658 H/1260 M
...
TS
rnkx1002
Perang AIN JALUT(Spring of Goliath) 658 H/1260 M
Spoiler for Intro:
Bismillah,
–
The Battle of Ain Jalut (Spring of Goliath)
Quthbuddin Al Yunaini di dalam Al Bidayah Wan Nihayah(bab 658 H) mengatakan : ” Qutuz(sebelum menjadi raja) pernah bermimpi, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengatakan kepadanya bahwa dia akan menguasai Mesir dan memenangkan Perang melawan Tatar(Mongol)”
–
The Battle of Ain Jalut (Spring of Goliath)
Quthbuddin Al Yunaini di dalam Al Bidayah Wan Nihayah(bab 658 H) mengatakan : ” Qutuz(sebelum menjadi raja) pernah bermimpi, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengatakan kepadanya bahwa dia akan menguasai Mesir dan memenangkan Perang melawan Tatar(Mongol)”
Spoiler for Intro:
Setelah jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah serta dihancurkannya Baghdad dan dibunuhnya hampir 800.000 atau 1.800.000 kaum muslimin hingga saksi mata mengatakan hitamnya air sungai Tigris akibat tinta buku yang luntur dari penghancuran perpustakaan terbesar di Baghdad oleh Mongol. Semua itu terjadi dalam masa 40 hari. Kemudian Bangsa Mongol di bawah Hulaghu Khan (cucu Genghis Khan dari Tolui saudara angkat Kwee Ceng-fiksi- dlm Legend of Condor Heroes/Sia Tiaw Eng Hiong) meneruskan penaklukan ke bumi Syam/Syria yaitu ke arah kekuasaan Kesultanan Mamluk.
Pertempuran yang terjadi antara Al-Malik Al Muzhafar Saifuddin Qutuz dan Ruknuddin Baybars/Bibris vs Kitbugha/Katabgha Noyen(jabatan seperti KSAD, membawahi 1 tumen(10.000 tentara) dan Knights of Templars
Pertempuran ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah dimana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan tidak mampu membalasnya dikemudian hari seperti yang selama ini mereka lakukan jika mengalami kekalahan.
Pertempuran yang terjadi antara Al-Malik Al Muzhafar Saifuddin Qutuz dan Ruknuddin Baybars/Bibris vs Kitbugha/Katabgha Noyen(jabatan seperti KSAD, membawahi 1 tumen(10.000 tentara) dan Knights of Templars
Pertempuran ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah dimana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan tidak mampu membalasnya dikemudian hari seperti yang selama ini mereka lakukan jika mengalami kekalahan.
Spoiler for Kejatuhan Syam/Syria dan Palestina:
[KEJATUHAN SYAM/SYIRIA dan PALESTINA
Kejatuhan Baghdad bukan puncak bagi penderitaan umat pada ketika itu. Sebaliknya umat semakin menderita dengan sikap sebagian raja dan ulama’ Islam pada masa itu yang sanggup menggadaikan agama semata-mata untuk mendapat jaminan kehidupan dari Mongol dan Tartar.
Siapakah yang tidak sedih bila melihat sebagian raja Islam menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu/Holako sedangkan darah jutaan umat Islam masih lagi belum kering! Raja Mosul, Badruddin Lu’lu’ menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu.
Begitu juga Kaikawis II dan Qalaj Arsalan, Raja Anadol/Anatolia. Raja Halab/Aleppo dan Damsyik/Damaskus, al-Nasir Yusuf juga mengambil langkah sama. Raja-raja itu telah membuka Iraq Utara, sebagian Syam dan Turki kepada Mongol tanpa peperangan. Tidak cukup dengan itu. Kepedihan umat semakin berat apabila menyaksikan sebagian ulama’ pada masa itu mengeluarkan fatwa mengharuskan perjanjian damai tersebut dengan hujah-hujah yang keliru.
Hanya seorang Raja di daerah tersebut yang menegakkan jihad(1). Raja tersebut adalah Al-Kamil Muhammad al-Ayubi, Raja Miyafarqin. Miyafarqin adalah kota yang terletak sekarang ini timur Turki menuju ke sebelah barat Turki. Tentara Raja Al-Kamil Muhammad al-Ayubi menguasai timur Turki, barat laut Iraq dan timur laut Syria.
Tetapi kegilaan Tartar mengatasi segala-galanya. Kota Miyafarqin dikepung dan akhirnya jatuh. Begitu juga dengan Kota Halab/Aleppo. Kota Damsyik juga jatuh. Puncaknya adalah penjajahan Mongol/Tartar ke atas bumi Palestina.
Kejatuhan Baghdad bukan puncak bagi penderitaan umat pada ketika itu. Sebaliknya umat semakin menderita dengan sikap sebagian raja dan ulama’ Islam pada masa itu yang sanggup menggadaikan agama semata-mata untuk mendapat jaminan kehidupan dari Mongol dan Tartar.
Siapakah yang tidak sedih bila melihat sebagian raja Islam menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu/Holako sedangkan darah jutaan umat Islam masih lagi belum kering! Raja Mosul, Badruddin Lu’lu’ menghulurkan tangan persahabatan dengan Hulaghu.
Begitu juga Kaikawis II dan Qalaj Arsalan, Raja Anadol/Anatolia. Raja Halab/Aleppo dan Damsyik/Damaskus, al-Nasir Yusuf juga mengambil langkah sama. Raja-raja itu telah membuka Iraq Utara, sebagian Syam dan Turki kepada Mongol tanpa peperangan. Tidak cukup dengan itu. Kepedihan umat semakin berat apabila menyaksikan sebagian ulama’ pada masa itu mengeluarkan fatwa mengharuskan perjanjian damai tersebut dengan hujah-hujah yang keliru.
Hanya seorang Raja di daerah tersebut yang menegakkan jihad(1). Raja tersebut adalah Al-Kamil Muhammad al-Ayubi, Raja Miyafarqin. Miyafarqin adalah kota yang terletak sekarang ini timur Turki menuju ke sebelah barat Turki. Tentara Raja Al-Kamil Muhammad al-Ayubi menguasai timur Turki, barat laut Iraq dan timur laut Syria.
Tetapi kegilaan Tartar mengatasi segala-galanya. Kota Miyafarqin dikepung dan akhirnya jatuh. Begitu juga dengan Kota Halab/Aleppo. Kota Damsyik juga jatuh. Puncaknya adalah penjajahan Mongol/Tartar ke atas bumi Palestina.
Spoiler for Benteng Islam:
Ketika Mongol memulai serangannya ke atas umat Islam, Mesir berada dalam krisis yang amat runcing. Ia berada di bawah pemerintahan kerajaan Mamalik (Mamluk) dan melalui satu pergolakan politik yang amat dahsyat. Kerajaan Mamalik Bahriah (salah satu fasa dalam kerajaan Mamalik) menguasai Mesir selama 144 tahun. Dalam tempo tersebut Mesir diperintah oleh 29 orang sultan. Satu jumlah yang banyak untuk pemerintahan selama satu abad setengah. Pada 29 orang sultan tersebut, 10 diantaranya mati dibunuh dan 12 diantaranya digulingkan. Ini jelas menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan dan kekerasan adalah asas perubahan di dalam kerajaan Mamluk.
Pasukan Kavaleri Mamluk
–
Setelah fasa Mamalik Bahriah, menyusul pula fasa Mamalik Muizziah/Burji. Pemerintah awal di fasa ini adalah Raja Izzuddin Aibak. Beliau berhasil mengembalikan kestabilan politik kepada Mesir. Tetapi kestabilan itu hanya bertahan selama tujuh tahun. Keadaan kembali kacau selepas pembunuhan beliau dan seterusnya pembunuhan isterinya, Syajarah ad-Dur. Setelah berganti pemerintahan, akhirnya Mesir diperintah oleh Saifuddin Qutuz.
Pembunuhan Raja Izzudin Aibak dan isterinya telah membawa kepada perselisihan di antara Mamalik Bahriah (pendukung kerajaan lama) dan Mamalik Muizziah (kerajaan baru yang diperintah oleh Qutuz) dan hal ini masih berlangsung di zaman Qutuz. sebagian pendukung Mamalik Bahriah mengambil sikap berpindah ke bumi Syam dan lain-lain. Manakala yang tinggal menetap di Mesir mengambil sikap mengasingkan diri. Ini menjadikan Mesir lemah dari sudut pertahanan karena dasar pasukan Tentara Mesir adalah pendukung Mamalik Bahriah.
Di masa yang sama, serangan Mongol ke atas bumi Syam telah memutuskan kontak antara Mesir dan Syam. Tiada hubungan di antara keduanya. Mesir juga tidak mendapat bantuan dari Sudan dan negara-negara di utara Afrika. Ini menjadikan Mesir seolah-olah sendirian di tengah-tengah krisis yang terjadi di seluruh negara Islam.
Keadaan menjadi semakin buruk apabila Mesir juga pada masa itu ditimpa krisis ekonomi. Perang Salib yang terjadi sebelum itu telah melumpuhkan ekonomi Mesir. sebagian dari lokasi perang salib adalah di bumi Mesir. Tentara Mesir juga adalah Tentara yang banyak terlibat di dalam perang salib yang terjadi di tempat lain. Shalahudin Ayubi menjadikan Mesir sebagai salah satu benteng pertahanannya.
Disamping sebagian Tentara Salib yang masih ada di bumi Islam, masalah ditambah lagi dengan kedatangan musuh baru Islam yaitu Mongol.
Spoiler for Qutuz:
Qutuz ditunjuk sebagai gubernur Mesir oleh Sultan Aybak. Dia tetap menjadi gubernur Mesir ketika Sultan Aybak dibunuh pada tahun 1257 dan digantikan anaknya Al-Mansur Ali. Aybak dibunuh oleh Keluarga Kerajaan dari Mamluk Bahri(Orang Turki Kipchaks dan berpusat di air di Rodah/Rhode Island) sedangkan Aybak adalah Mamluk Burji(orang Turki Cerkes yg berpusat di QAHIRA/KAIRO).Setelah kedatangan pasukan Mongol pada tahun 1258, Qutuz melakukan kudeta dan merebut kekuasaan dari tangan Al-Mansur Ali pada tanggal 12 November 1259.(2)
Mamluk Burji aslinya berasal dari orang Circassian atau Cherkessk, Черкесск, Karachay-Cherkessia di utara Pegunungan Kaukasus
Mamluk Bahriah aslinya berasal dari orang Kipchak-Cuman di Asia Tengah atau Kazakhstan skrg
Qutuz menaiki tahta Mesir pada 24 Zulqaedah 657 H.
Sebelum beliau menaiki tahta Mesir, Serangan pertama Mongol (617 H), serangan kedua Mongol (628 H) dan kejatuhan Baghdad (656 H) telah pun terjadi dan meninggalkan kesan yang amat parah kepada umat Islam di luar Mesir. Selepas beliau menaiki tahta Mesir pula, Halab jatuh ke tangan Mongol pada Safar 658 H dan Damsyik jatuh pada Rabi’ul Awal 658 H menjadikan keadaan di luar Mesir bertambah gawat. Kejatuhan Palestina keseluruhannya juga terjadi pada masa yang sama. Mesir berbatasan dengan Palestina di sebelah timur Mesir pada Kota Gaza.
Demikianlah kita melihat Qutuz terbebani dengan satu masalah yang cukup berat. Sasaran Mongol seterusnya adalah Mesir sedangkan Mesir tidak bersedia untuk menambah masalah baru disamping masalah-masalah internal dan eksternal yang sudah ada.
Sikap yang ditunjukkan oleh Qutuz amat membanggakan umat Islam pada ketika itu. Sikap itu terus menerus menjadi puncak kepada keagungannya pada pandangan mata umat sepanjang zaman. Qutuz mengambil keputusan untuk menghadapi Mongol dan tidak akan lari sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian umat Islam. Dia juga mengambil sikap tidak akan mengulurkan perdamaian kepada Mongol sebagai mana yang menjadi pilihan sebagian Raja-raja Islam ketika itu.
Spoiler for Tiga Langkah Awal Yang Jenius:
Qutuz mengambil tiga langkah awal sebelum melancarkan peperangan ke atas Mongol. Ketiga-tiga langkah ini dilihat amat berkesan dan menjadi sumber kekuatan kepada Tentara Islam pada ketika itu.
Langkah pertama yang diambil oleh Qutuz adalah mengembalikan kestabilan keadaan internal Mesir. Beliau memanggil golongan istana, pembesar-pembesar, menteri-menteri, ulama’-ulama’ dan golongan berpengaruh di dalam masyarakat. Beliau berkata kepada mereka: “Apa yang aku inginkan dari jabatan ini hanyalah agar kita bersatu untuk melawan Mongol. Urusan itu tidak mampu diselesaikan tanpa Raja. Apabila kita berhasil keluar dari masalah ini dan mengalahkan Mongol, urusan ini terletak di tangan kamu semua. Pilihlah siapa saja yang kamu kehendaki untuk menjadi pemerintah.”
Ucapan Qutuz tersebut telah meredakan ketamakan sebagian dari pembesar yang berniat untuk merampas tahta Mesir dari tangan Qutuz.
Di masa yang sama beliau telah memecat Menteri, Ibnu binti al-A’az dan menggantikannya dengan Zainuddin Ya’kub bin Abd Rafi’. Ini kerana beliau lebih meyakini kesetiaan Zainuddin Ya’kub daripada Ibnu binti al-A’az. Kemudian beliau mengekalkan Farisuddin Aqtai as-Soghir sebagai panglima Tentara walau pun beliau adalah pendukung Mamalik Bahriah.
Langkah kedua yang telah dilakukan oleh Qutuz adalah memberikan pengampunan kepada semua pendukung Mamalik Bahriah. Perselisihan yang terjadi sebelum ini yang berpuncak dari pembunuhan Raja Izzuddin Aibak ingin segera dihentikan oleh Qutuz.
Mamalik Bahriah mempunyai pengalaman yang luas di dalam medan peperangan. Di antara kehebatan yang pernah mereka tunjukkan adalah kemenangan mereka di dalam Perang Mansurah (salah satu siri perang Salib) pada tahun 648 H.
Pengampunan itu telah berhasil membujuk mereka yang telah keluar meninggalkan Mesir untuk kembali ke Mesir. Rombongan pendukung Mamalik Bahriah(termasuk Baybars) kembali berduyun ke Mesir dari bumi Syam, Karak (di Jordan sekarang) dan bumi kerajaan Turki Saljuk. Dengan itu Mesir berhasil mendapatkan kembali kekuatan tentaranya.
Langkah ketiga yang diambil oleh Qutuz adalah mengusahakan penyatuan kembali antara Mesir dan Syam. Seperti yang diceritakan sebelum ini, Raja Damsyik(Damaskus) dan Halab/Aleppo (sebagian dari bumi Syam) yaitu Raja Nasir al-Ayubi telah melakukan perjanjian damai dengan Mongol. Perjanjian itu tidak berhenti dengan memohon perdamaian, bahkan Raja Nasir al-Ayubi pergi lebih jauh dari itu dengan meminta bantuan Mongol untuk menjatuhkan Mesir.
Qutuz menulis surat kepada Raja Nasir al-Ayubi(keturunan keluarga Al Ayubi) memohon penyatuan Mesir dengan Syam. Bahkan beliau menyatakan kesanggupannya untuk duduk di bawah Raja Nasir al-Ayubi. Malangnya surat tersebut tidak digubris.
Tetapi apabila Damsyik dan Halab ditawan oleh Mongol dan selepas Raja Nasir al-Ayubi lari menyelamatkan diri ke Karak, Tentara Syam telah bergerak menuju ke Mesir dan bergabung dengan Tentara Mamalik. Kesatuan ini menambahkan lagi kekuatan Mesir dan memberikannya satu semangat yang cukup kuat untuk berhadapan dengan Mongol.
Ketiga-tiga langkah ini telah memberikan Mesir satu kekuatan baru pada awal tahun 658 H. Di sini tampaklah kepada kita kecekatan dan kesungguhan Qutuz. Ketiga-tiga langkah awal yang mungkin memerlukan masa yang panjang untuk dicapai, telah berhasil diselesaikan oleh Qutuz dalam masa tidak sampai tiga bulan saja dari masa beliau menaiki tahta Mesir.
Disimpulkan bahawa keadaan dunia Islam pada awal tahun 658 H adalah:
a. Mesir berhasil mendapatkan kembali kekuatannya
b. Baghdad, Halab/Aleppo dan Damsyik/Damaskus jatuh ke tangan Mongol disamping negara-negara lain yang telah jatuh sebelumya (Daulah al-Khowarizmiah, Daulah Arminiah, Daulah Karjiah)
c. Palestina keseluruhannya jatuh ke tangan Mongol termasuk Gaza yang terletak hanya 35 kilometer dari batasan Mesir
Quote:
Penelitian ilmuwan barat termasuk marcopolo kalo mongol turunan gog magog.
https://m.kaskus.co.id/thread/590920...si-yajuj-majuj
Diubah oleh rnkx1002 21-05-2017 15:35
0
64.1K
Kutip
326
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya