Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Mengakhiri pilkada secara dewasa dan bermartabat

RUKUN | Apapun pilihan warga, masing-masing punya hak dan kewajiban yang sama, serta harus bisa hidup rukun berdampingan
Sampai adzan ashar terdengar di wilayah Jakarta, berita tentang gangguan keamanan nyaris tak muncul di media yang meliput pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta. Pilkada Jakarta berjalan relatif aman.

Memang ada satu dua berita yang menggambarkan ketegangan dan kericuhan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Di TPS 24 Kelurahan Kamal Kalideres, misal, beberapa orang orang diusir warga dan diamankan di kantor Polsek setempat.

Di TPS 17 Petamburan, contoh lain, seorang pemilih sempat diusir meski terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap karena dia hanya bisa menunjukkan Kartu Tanda Penduduk yang sudah kedaluwarsa. Setelah sempat ricuh, dan Panitia Pemilihan Kecamatan berdiskusi dengan Panwascam, pemilih itu akhirnya bisa memeroleh haknya untuk ikut dalam pemungutan suara.

Tim pemenangan Ahok-Djarot melaporkan kepada polisi beberapa kegiatan yang disebut-sebut sebagai bentuk intimidasi terhadap pendukung Ahok-Djarot. Intimidasi itu dilaporkan terjadi di TPS 15 Ancol, TPS 17 Duren Sawit, TPS 3 Pela Mampang Prapatan, TPS 56 Kebayoran Lama, TPS Pegangsaan, TPS Kebun Jeruk, TPS 82 Cilincing, TPS 20 Lebak Bulus, TPS 70 Duri Kosambi, dan TPS Petojo.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian membenarkan adanya laporan intimidasi dari masing-masing kubu paslon (pasangan calon). Cuma saja, menurut Tito, kebanyakan lebih berupa kesalahpahaman saja. Bukan intimidasi. Itu pun terjadi di sedikit TPS.

Tito mengaku bahwa persoalan-persoalan tersebut sudah dapat diatasi oleh aparat.

"Aparat di sana bergerak cepat untuk menjamin warga untuk memilih pilihan masing-masing secara bebas dan rahasia. Sudah selesai dengan baik," kata Tito seperti dikutip Kompas.com.

Meskipun ada kabar kedatangan sejumlah peserta Tamsya Al Maidah ke Masjid Istiqlal Jakarta pada pagi hari--dan kemudian akan berkumpul lagi sore hari--Tito mengklaim bahwa tidak ada mobilisasi massa besar-besaran ke Jakarta.

"Tidak ada. Sudah kita cek ke Kapolda Jabar, Kapolda Banten. Kapolresnya juga begitu. Kapolres Bogor, Tangerang, Tidak ada mobilisasi massa dari luar Jakarta," kata Tito dalam detikcom.

Kita patut bersyukur, Pilkada Jakarta berjalan dalam kondisi yang aman. Kita berharap semua proses dan tahapan pilkada yang berlangsung hari ini berjalan sesuai aturan dan azas luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil) . Dengan begitu, apapun hasilnya nanti, tidak perlu menimbulkan sengketa.

Kenapa kita berharap tak perlu ada sengketa? Pilkada Jakarta mengandung tensi politik yang tinggi, bahkan di tingkat akar rumput. Perhatian dan energi, bukan cuma warga Jakarta, cukup terkuras. Sengketa hanya akan memperpanjang gesekan horisontal dalam masyarakat kita.

Pemenang dalam Pilkada Jakarta memang belum diumumkan. Masih ada sekian tahapan untuk memastikan secara resmi pemenangnya. Meski begitu, melihat serangkaian peristiwa yang terjadi hari ini di Jakarta, kita bolehlah berharap Pilkada Jakarta akan berakhir, ditandai dengan turunnya tensi politik.

Beberapa jam setelah pemungutan suara berakhir, sejumlah lembaga mengungkapkan hasil penghitungan cepatnya. Kebanyakan hasil penghitungan itu memperlihatkan bahwa pasangan Anies-Sandiaga bakal memenangkan Pilkada Jakarta.

Yang menyejukkan, beberapa saat setelah sejumlah penghitungan cepat memenangkannya, Sandiaga memberikan pernyataan, "Proses rekonsiliasi dimulai dari detik ini."

Itu adalah pernyataan yang diperlukan setelah berbulan-bulan kontestasi politik dalam Pilkada Jakarta membuat kohesivitas dalam masyarakat kita mengundur. Ketegangan dan gesekan emosional tak terhindari selama masa itu. Ajakan dari para kandidat untuk merekatkan kembali seluruh elemen dalam masyarakat itu sungguh diperlukan.

Kita patut mengapresiasi pula pasangan calon Ahok-Djarot, yang tak perlu menunggu besok, memberikan ucapan selamat kepada pasangan saingannya malam ini. Pernyataan Djarot, bahwa siapapun yang terpilih nanti adalah pemimpin bersama, mencerminkan ajakan untuk bersikap dewasa dalam berdemokrasi.

Di penghujung Pilkada Jakarta, kedua paslon memberikan contoh yang baik kepada para pendukungnya. Kita berharap, masing-masing pendukung paslon pun bisa mengakhiri Pilkada Jakarta secara dewasa dan bermartabat.

Siapapun yang nanti secara resmi terpilih, mereka adalah Gubernur dan Wakil Gubernur untuk semua warga Jakarta. Apapun pilihan tetangga kita dalam Pilkada kali ini, mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan harus hidup rukun berdampingan.

Demokrasi bukanlah melulu soal kesempatan untuk menentukan pilihan politik sendiri. Demokrasi juga soal menegakkan aturan; menghormati pilihan orang lain; mengakui secara legowo hasil pemilihan yang sah; memperlakukan secara adil semua pemilih yang telah menunaikan haknya, bahkan bagi yang memilih untuk abstain.

Selamat bagi warga Jakarta yang telah menunaikan pesta demokrasi.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...an-bermartabat

---

Baca juga dari kategori EDITORIAL :

- Memilih tanpa rasa takut

- Tentara mengawasi dana desa? Sungguh?

- Terapi kejut dari KLHS Kendeng

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
11K
149
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread733Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.