Jakarta - Manager Riset Populi Center, Nona Evita menilai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno kurang memahami pertanyaan dalam debat terakhir Pilgub DKI Jakarta, Rabu (12/4) malam di Hotel Bidakara, Jakarta.
"Debat kali ini menjadi tidak seseru yang dibayangkan karena paslon 3 kurang memahami pertanyaan debat dan juga pemahaman bagaimana formulasikan hal-hal teknis sebagai jawaban," ujar Nona di Jakarta, Kamis (13/4).
Selain itu, kata Nona, Anies kerap menggunakan kata-kata "keberpihakan" dan "merangkul". Menurutnya, hal ini sangat disayangkan, karena Anies melewati kesempatan emas, dalam debat untuk menyosialisasi lebih dalam mengenai program- programnya.
"Seharusnya Anies bisa menggunakan momen debat sebagai ajang untuk meyakinkan masyarakat Jakarta mendalami program-program yang selama ini belum dipahami betul oleh masyarakat. Bahkan seharusnya mampu menuangkan program tersebut ke dalam bahasa teknis, yaitu anggaran," jelas dia.
Hal yang sama, kata dia, dialami juga Sandiaga Uno. Nona mengaku heran, bagaimana mungkin seorang cawagub yang akan memegang tongkat kepemimpinan DKI Jakarta tidak tahu tentang KUA-PPAS (kebijakan umum anggaran dan prioritas plafon anggaran sementara).
"Padahal KUA-PPAS merupakan salah satu hal yang wajib diketahui, begitupun dengan teknis A sampai Z-nya, apabila Sandi terpilih menjadi wagub DKI," tegasnya.
Meskipun demikian, Nona tetap mengapresiasi KPU DKI Jakarta yang telah menyelenggarakan debat kandidat di putaran kedua dengan format yang berbeda. Menurutnya, hal yang patut diapresiasi adalah saat cagub dan cawagub saling beradu argumen.
"Adu argumen yang tidak dibatasi oleh waktu hitungan menit menunjukkan bahwa KPU DKI memberikan kesempatan bagi masyarakat DKI untuk eksplorasi dan memahami lebih dalam program dan pribadi dari masing-masing kandidat," katanya.
http://www.beritasatu.com/megapolita...ertanyaan.html