Marinella harus selalu membawa akta kelahiran saat mendampingi putra bungsunya, Gianluigi, bertanding. Akta kelahiran menjadi satu-satunya alat bagi Marinella untuk membuktikan kalau Gianluigi masih cukup umur untuk bertanding dengan anak-anak seusianya. Ini wajar karena di usianya yang masih 11 tahun, Gianluigi sudah 30 sentimeter lebih tinggi.

Tinggi badan Gianluigi membuatnya mudah untuk dikenali, terutama bagi para pemandu bakat. Termasuk yang berasal dari Milan, tapi bukan Milan yang merah, melainkan Inter Milan.

Tak berselang lama setelah Gianluigi berlatih bersama Inter, pemandu bakat AC Milan, Mauro Bianchessi, mendesak Milan untuk segera membawanya. Berdasarkan Tuttosport, Milan merogoh 75 ribu euro sebagai uang ganti rugi kepada Inter. Lima tahun ke depan, barangkali uang 75 ribu euro ini berubah berkali-kali lipat 80 juta paun. Malah, agen Gianluigi, Mino Raiola, menyebut kalau kliennya "priceless".



Faktor Mihajlovic

Kebintangan Donnaruma tidak akan ada artinya kalau tidak ada kegilaan dari seorang Sinisa Mihajlovic. Memang, Miha tidak memberikan prestasi mengilat buat Milan, tapi salah satu peninggalannya kini menjadi harta karun buat Milan.

Ada banyak hal yang membuat Miha disebut "gila". Pertama, Donnaruma merupakan kiper ketiga setelah Diego Lopez dan Cristian Abbiati. Kedua, Presiden Milan, Silvio Berlusconi, menginginkan Lopez menjadi kiper utama.

Kegilaan tersebut sempat mengancam karier Miha di Milan. Pasalnya, Berlusconi tak menyukai pilihan berisiko tersebut. Miha bercerita bahwa Berlusconi sampai datang ke tempat latihan Milan di Milanello untuk mempertanyakan langsung soal keputusannya tersebut. Gilanya, Miha meminta Berlusconi untuk memecatnya kalau masih memaksa memainkan Lopez.

Seiring waktu berjalan, Berlusconi melunak. Meskipun Milan tidak tampil dengan performa terbaik, tapi fokus utama semua orang saat itu adalah kepada Donnaruma. Meski bertubuh tinggi besar, tapi Donnaruma punya refleks yang luar biasa. Jangkauan tangannya pun membuatnya mudah meraih bola-bola sulit.

"Semua orang mempertanyakan keputusan saya. Tapi, kini ia sudah menjadi bagian dari timnas dan ia tak bisa dinilai dengan uang. Saya bangga bisa memberinya debut," kata Miha.

Meski membuat Donnaruma menjadi aset paling berharga Milan, tapi Miha tetap saja dipecat sebelum musim berakhir. Masih kesal dengan keputusan tersebut, Miha meralat kalau dia bangga memberi Donnaruma debut.

"Kalau saya tahu dia akan menyelamatkan penalti itu, saya tak akan memberinya debut!" kata Miha usai timnya, Torino, dikalahkan Milan 2-3 pada awal musim ini.

Dalam pertandingan tersebut, Miha yang baru menukangi Torino dikalahkan Milan lewat hattrick Carlos Bacca. Torino memiliki peluang menyamakan peluang lewat tendangan penalti, tapi berhasil diselamatkan Donnaruma. Ironis?

Akankah Seperti Buffon?



Momen bersejarah buat Donnaruma hadir pada 1 September 2016. Sebelumnya, ia juga beruntung karena Italia dilatih oleh Gian Piero Ventura, yang meski usianya sudah senja, tapi sisa-sisa kegilaannya masih ada.

Di hari itu, Italia menghadapi Prancis di Stadio San Nicola, Bari. Ventura mempertahankan skema 3-5-2 Antonio Conte dengan perubahan seperlunya. Ventura memutuskan untuk memasukkan Donnaruma di babak kedua dengan menggantikan Gianluigi Buffon. Donnaruma pun menjadi kiper termuda Italia sejak 1911.

"Sulit untuk dijabarkan. Aku berterima kasih kepada pelatih Ventura atas kesempatan ini dan debutku. Aku amat emosional soal ini," ucap Donnarumma pada RaiSport.

Donnaruma mengidolakan AC Milan dan Gianluigi Buffon. Sebagai yang diidolai, Buffon merendah dan balik memuji Donnaruma. "Dia adalah kiper top. Untuk menjadi begitu muda dan mampu menangani berbagai tekanan media adalah sesuatu yang penting dan langka," ucap Buffon. "Aku senang karena dia dilindungi dan tumbuh dengan cukup, di luar tekanan besar di sekitarnya."

Lantas, banyak yang menyamakan Donnaruma dengan Buffon. Secara kemampuan, Donnaruma barangkali akan sehebat Buffon, tapi soal mental, belum tentu.

Ada beberapa hal yang membuat seorang pemain pindah kesebelasan, mulai dari kontrak yang lebih menggiurkan, kebutuhan akan prestasi, sampai tekanan sang agen. Sialnya, dua hal yang disebutkan terakhir bisa menjadi alasan utama bagi Donnaruma untuk pergi.

Hingga saat ini, Buffon hanya membela dua kesebelasan, Parma dan Juventus. Kepindahannya dari Parma pun salah satunya disebabkan oleh sang ayah yang meyakinkannya untuk pindah ke kesebelasan yang lebih berpeluang meraih Scudetto. Lagipula, Parma pun sudah setuju dengan nilai transfer sebesar 53 juta euro yang diajukan Buffon.

Pindah ke Juventus membuat Buffon menemukan rumah baru, rumah yang sebenarnya; rumah yang bahkan saat terdegradasi pun tetap membuat Buffon setia di dalamnya.

Buffon memang seorang kiper, tapi pengaruhnya besar buat tim. Kepemimpinannya di atas lapangan, memberikan motivasi lebih. Pemain belakang pun merasa tenang karena percaya dengan kemampuan Buffon.

Donnaruma pun punya pesona pemimpin di bawah mistar. Meski baru berusia 17 tahun, tapi Donnaruma sudah "berani" memerintah pemain yang usianya hampir dua kali lipat dari dirinya.

Saat ditanya soal masa depannya, Donnaruma menjawab kalau suatu saat nanti ia ingin ban kapten Milan melingkar di tangannya. Namun, kalau kita melihat siapa agennya sekarang, agaknya keinginan itu hampir mustahil terjadi. Apalagi kalau--sekali lagi kalau--Milan terdegradasi, Donnaruma hampir pasti (diminta) pergi.