Subculture casual adalah subbagian dari budaya sepak bola yang ditandai oleh hooliganisme sepak bola dan mengenakan pakaian mahal desainer eropa. subculture berasal dari Inggris pada akhir tahun 1970 ketika banyak hooligan mulai memakai label desainer dan olahraga mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak memakai seragam timnya, sehingga lebih mudah untuk menyusup ke kelompok saingan dan untuk masuk ke pub.

Beberapa genre yang populer di kalangan casuals di akhir 1970-an adalah Oi!, Kebangkitan mod dan ska. Pada 1980-an, selera musik dan pakaian casual yang eklektik, dengan beberapa menikmati grup pop seperti Wham!, ABC, The Human League, Spandau Ballet dan Adam and the Ant. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak casuals adalah bagian dari Madchester dan scene rave, dan pada 1990-an, banyak penggemar Britpop. Ada hubungan yang kuat dengan budaya rave, dengan banyak ravers memakai merek sepakbola santai tapi menjauhkan dari hooliganisme sepakbola. Band Madchester kadang memakai pakaian casual di panggung dan dalam foto publisitas, seperti yang dilakukan Band Britpop seperti Blur dalam video mereka "Parklife". Sejak itu, genre yang paling populer di kalangan casual adalah indie rock.

Sepakbola di Inggris telah didukung dan memiliki busana dengan elemen subculture yang kuat sejak munculnya Teddy Boy (subculture di Inggris yang ditandai oleh pemuda-pemuda yang mengenakan pakaian yang sebagian terinspirasi oleh gaya yang dikenakan oleh dandies pada periode Edwardian) pada pertengahan 1950-an, dan asal-usul budaya Casual dapat dilihat dalam subculture mod dari awal 1960-an. Kelompok pemuda yang mendukung klub sepak bola mulai membawa busana mereka ke teras sepak bola, dan klub tertentu mulai dikenal karena diikuti para mod (misalnya Chelsea FC dan West Ham United). Hal ini dilanjutkan dengan subculture mod spin-off, skinhead, pada akhir tahun 1960.

Di akhir kebangkitan mod 1970-an, subculture casual mulai tumbuh dan berubah setelah Fans Liverpool FC memperkenalkan mode Eropa di Inggris dan mode tersebut mereka peroleh saat mengikuti Liverpool di perempat final 1977 Piala Eropa melawan klub Prancis St Etienne. Fans Liverpool yang melakukan perjalanan di seluruh Eropa pada akhir tahun 1970 untuk mendukung tim mereka, mulai mengenakan pakaian desainer mahal Italia dan Perancis yang dijarah dari toko. Pada saat itu, banyak polisi masih mencari penggemar sepakbola bergaya skinhead mengenakan sepatu bot Dr Martens, dan tidak memperhatikan penggemar yang memakai pakaian mahal. Fans Liverpool membawa ke Inggris banyak label yang belum terlihat di negara ini sebelumnya. Segera, penggemar lain berteriak-teriak untuk barang-barang langka pakaian seperti kemeja Lacoste dan Adidas Trainers yang masih terkait dengan pendukung Liverpool saat itu.

Label pakaian yang terkait dengan subculture casual pada tahun 1980 meliputi: Edinburgh Woollen Mill, Fruit Of The Loom, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman , Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle, Burberry dan Slazenger. Tren mode sering berubah, dan subculture casual mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan kedatangan acid house, rave dan Madchester scene, kekerasan dalam subculture casual memudar sampai batas tertentu.

Pada pertengahan 1990-an, subculture casual mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah berubah sedikit. Banyak penggemar sepak bola mengadopsi tampilan casual sebagai semacam seragam, mengidentifikasi mereka berbeda dari pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry dan CP Company terlihat di hampir setiap klub, serta brand klasik favorit seperti Lacoste, Paul & Shark dan Pharabouth. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek yang dianggap seragam casual, karena gaya casual menarik perhatian polisi, beberapa label desainer juga ditarik dari penjualan setelah mereka menjadi seragam casual umum.

Meskipun beberapa pakaian casual subculture terus memakai brand Stone Island di tahun 2000-an, banyak yang melepas lencana kompas sehingga menjadi samar. Namun, dengan dua kancing masih menempel, orang tahu dan masih bisa mengenali pakaian casuals lainnya. Pada akhir tahun 90an Polisi telah mencoba dan gagal untuk menghubungkan logo kompas pakaian Stone Island dengan dengan versi neo-Nazi salib Celtic. Karena itu, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas di antara casuals. Begitu juga pada Pakaian rancangan desainer sehingga meningkatkan barang palsu murah seperti pada brand Prada,Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6876, and Dupe telah mulai mendapatkan popularitas yang luas. Casual fashion telah mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, dengan aksi musik Band Inggris seperti The Streets and The Mitchell Brothers yang bergaya casual dalam video musik mereka. Budaya casual telah disorot oleh film dan program televisi seperti ID, The Firm, The Football Factory dan Green Street Hooligans.

Pada tahun 2000-an, label pakaian yang terkait dengan casual subculture ini termasuk: Stone Island, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Henry Lloyd, Lambretta, Ralph Lauren dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade banyak Casuals telah mengadopsi lebih halus dan bebas, terlihat tidak mainstream dari brand populer dan utama dan lebih independen seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Engineered Garments, Wood Wood and Superga. Namun merek besar seperti Lacoste, Ralph Lauren dan CP Company masih populer.

Sumber: http://casualhoolbrands.wordpress.com/