Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ojisoekamtiAvatar border
TS
ojisoekamti
Industri Musik Indonesia Semakin Terpuruk! Ini Penyebabnya!
Industri musik tanah air saat ini bisa dibilang mengalami kemunduran yang sangat drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, Johanes Chandra Ekajaya sudah membuktikannya sendiri. Bukan hanya ramainya pembajakan saja, Industri Musik kali ini juga terkesan monoton. Para penikmat musik Indonesia hanya disajikan genre itu-itu saja. Parahnya lagi, artis yang hadir di belantika musik Indonesia merupakan artis karbitan yang hanya menggunakan sensasi untuk terkenal.



Johanes Chandra Ekajayamengungkapkan bahwa sangat miris memang dengan keadaan industri musik saat ini. Sebenarnya masih banyak karya-karya musisi tanah air berkualitas lainnya namun tertutup dengan segmen pasar musik Indonesia saat ini. Sebut saja Sore, Alone at Last, Besok Bubar, Burgerkill, dan juga The SIGIT. Sebagian dari band-band tersebut bahkan sudah malang melintang ke panggung-panggung diluar Indonesia.

Selain kualitas musisi yang muncul dipermukaan semakin buruk, hal ini juga diperparah dengan maraknya aksi pembajakan. Sebagai seorang musisi, saya Johanes Chandra Ekajaya juga sangat prihatin dengan aksi pembajakan karya cipta ini. Saya bersama rekan-rekan musisi lainnya merasa karya kami tidak dihargai sama sekali. Parahnya lagi pemerintah seperti tutup mata dengan masalah klasik yang satu ini.

Selain masalah pembajakan, sebenarnya masih banyak faktor-faktor lain yang membuat Industri musik di Indonesia semakin terpuruk. Menurut [URL="https://S E N S O R@JohanesChandraEkajaya"]Johanes Chandra Ekajaya[/URL], beberapa faktor tersebut antara lain Iklim usaha, sumber daya kompeten yang masih sangat kurang, bisnis musik yang masih belum sempurna, dan masih banyak faktor-faktor lainnya. Meskipun Johanes Chandra Ekajaya merupakan seorang bisnisman, akan tetapi tetap saja musik adalah musik, jadi akan sangat sulit untuk menggabungkan keduanya jika dipikirkan.

Namun sebagai musisi kita tidak boleh menyalahkan satu sama lain. Kita harus bangkit dan menunjukkan jika karya kita layak untuk dibeli dan dinikmati oleh masyarakat. Kita harus saling bersinergi dengan pemerintah demi kebangkitan industri musik indonesia. walaupun dalam memulai terseok-seok, namun untuk kedepannya menurut Johanes chandra Ekajaya pasti bisa diraih dan Industri musik Indonesia pun akan semakin maju.

Saat ini Industri musik Indonesia juga mengalami perubahan yang sangat drastis. Dahulu, konsumen bisa menikmati karya-karya musisi melalui rekaman fisik seperti kaset ataupun CD. Namun menurut Johanes chandra Ekajaya semenjak teknologi semakin maju, semua hal klasik tersebut sudah mulai ditinggalkan. Para penikmat musik saat ini pindah ke era digital dimana lagu-lagu tersebut dapat dibeli langsung secara online dan di download. Pastinya sangat mudah bukan.

Menurut data Johanes Chandra Ekajaya yang diungkap oleh Global Wold Index, saat ini orang-orang lebih suka mendengarkan musik digital daripada konvensional. bahkan untuk periode 2012 hingga 2015, peningkatan jumlah orang yangmendengarkan musik online meningkat hingga 76 persen. Kebanyakan orang yang memanfaatkan teknologi musik online ini mereka yang berusia 16 sampai dengan 24 tahun.

Untuk mendukung industri musik era digital, saat ini juga sudah banyak aplikasi-aplikasi baik itu berbasis web maupun mobile sudah bertebaran. Untuk web sendiri, para penikmat musik biasanya bisa menikmati karya-karya musisi melalui situs youtube. Sedangkan untuk layanan musiknya sendiri, para penikmat bisa mendapatkan musik yang diinginkan melalui , Sotify, joox, dan masih banyak yang lainnya.
yuk nonton the SIGIT sama Johanes Chandra Ekajaya.

Para pelaku industri musik yang masih memperjuangkan toko fisik sepertinya sudah mulai menyerah dengan kehadiran era digital ini. Hal ini dapat dilihat langsung melalui kacamata Johanes Chandra Ekajaya dimana salah satu contoh nyatanya yakni toko musik Disc Tarra. Tahun lalu Disk Tarra mulai melakukan aksi cuci gudang dengan diskon yang mencapai 70 persen. Mulai dari situlah fakta terungkap jika saat ini industri musik digital sangatlah menyeramkan. Namun walaupun begitu, ya dengan kondisi majunya teknologi seperti sekarang ini, mau tidak mau para pelaku industri juga harus berjuang dan melakukan penyesuaian agar usahanya masih bisa berlanjut.
Diubah oleh ojisoekamti 08-03-2016 08:30
0
13.6K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Musician Corner
Musician CornerKASKUS Official
3.5KThread1.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.