Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ghoghontAvatar border
TS
ghoghont
Tipu-tipu Gunung Emas di Kalimantan

SKANDAL EMAS BUSANG

Tipu-tipu Gunung Emas di Kalimantan

“Mereka itu bukan perusahaan abal-abal, tapi mau masuk tanpa uji tuntas lagi. Ini kan aneh.”


Jack Kindermann benar-benar tak habis pikir dengan keputusan majelis hakim di Pengadilan Ontario, Kanada. Hampir sepuluh tahun lalu, Majelis hakim yang dipimpin Peter Hryn memutuskan bahwa John Felderhof tak bersalah. Padahal gara-gara ulah John bersama teman-temannya di Bre-X Minerals Limited, puluhan triliun rupiah duit investor amblas tak berbekas.

Dua puluh tahun lalu, Kindermann, juga ribuan investor Kanada, rame-rame menubruk saham Bre-X yang diperdagangkan di Bursa Saham Toronto. Tergiur oleh untung besar yang mungkin bakal segera diraup , Kindermann menghabiskan CA$ 500 ribu atau sekitar Rp 5 miliar duit pensiunnya, untuk memborong saham Bre-X. Bukannya untung, warga Kota St. Paul, Kanada, itu malah buntung besar.

Harga saham Bre-X, yang sempat terbang hingga CA$ 280, rontok hanya dalam hitungan menit setelah perdagangan di Bursa Toronto dibuka pada akhir Maret 1997. “Inilah saham Cinderalla abad ini,” Arlen Thompson, pialang saham di Toronto, menyebut saham Bre-X. Saham Bre-X jadi sampah, tak ada lagi nilainya.

Amblas pula duit Kindermann dan ribuan investor Bre-X. “Benar-benar di luar bayanganku hakim akan membebaskan dia…. Aku pikir hakim akan memerintahkan dia paling tidak membayar sebagian uang kami,” kata John kepada The Star beberapa tahun lalu.



"Hanya lantaran kamu kecil, beberapa orang berpikir bahwa kamu orang yang bodoh.”

David Walsh, pendiri Bre-X Minerals


Dan pada Maret 2013 lalu, 16 tahun setelah tipu-tipu Bre-X terbongkar, Pengadilan Tinggi Ontario memutuskan menutup kasus Bre-X untuk selamanya. Pupus sudah harapan John Kindermann dan teman-temannya. Dengan bebasnya John Felderhof, berarti tak ada satu pun manajemen dan staf Bre-X yang pernah mencicipi penjara.

Semua cerita itu bermula dari tengah belantara Busang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, lebih dari dari 20 tahun silam. Syahdan, ada dua orang yang tengah bokek berat pada awal 1990-an. David Walsh mendirikan Bre-X Minerals di Calgary, Kanada, pada 1989. Tapi tak ada investasi perusahaan itu yang mendatangkan uang. Walhasil, kala itu David sudah ada di ambang kebangkrutan.

Isi dompet teman lamanya, John Felderhof, juga tak lebih baik. John dan David sudah lama kenal, lama pula tak berjumpa. Kendati lahir di Belanda, John tumbuh besar di Kanada. Ketika David meneleponnya pada 1991, kepada majalah Fortune John mengaku sedang benar-benar miskin. “Bahkan untuk hadiah pohon Natal untuk keluargaku saja aku harus mencurinya,” kata John. Saat itu, bisnis pertambangan tengah lesu.

David bertanya apakah John, yang puluhan tahun keluar-masuk hutan sebagai geolog, punya informasi peluang untuk investasi bisnis pertambangan. John, yang pernah bekerja untuk perusahaan asal Australia, Montague Gold Company, di Muara Atan, Kalimantan Timur, menunjuk sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya Busang. Menurut dia, perusahaannya pernah mengebor di 19 titik lokasi di daerah itu. John yakin ada emas tersembunyi dalam tanah di sana.

Setelah menguras habis-habisan kartu kredit dan isi kas perusahaannya, David terbang ke Jakarta, bersama seorang geolog, Kevin Waddell, untuk bertemu John Felderhof pada akhir April 1993. Mereka menginap di Hotel Sari Pan Pacific. “David sedang ada dalam tekanan berat…. Dia harus mendapatkan sesuatu,” Waddell menuturkan pengalamannya di Jakarta kepada Northern Miner, tiga tahun lalu.



Sembari menyantap sushi, mereka bercakap peluang bisnis tambang emas di Indonesia. David sepakat membeli 80 persen saham PT Westralian Atan Minerals dari Haji Syakerani, pengusaha asal Kalimantan Timur. Jusuf Merukh, pengusaha dan politikus asal Partai Demokrasi Indonesia (PDI), juga punya saham di perusahaan ini. Busang termasuk dalam wilayah konsesi tambang milik Westralian Atan.

Untuk menggarap proyek Busang, John memanggil teman lamanya, Michael de Guzman dan Cesar Puspos, keduanya geolog asal Filipina. John dan Michael pernah bekerja untuk Jason Mining. Maka lengkap sudah “pemainnya” dan dimulailah “sandiwara” bertajuk tambang Busang.

* * *

Beberapa kali ngebor sampel, Michael dan timnya tak menemukan emas di Busang. Bahkan, Michael menuturkan kepada majalah Fortune, kala itu mereka hampir menutup operasi pencarian emas. “Pada Desember 1993, John sudah memerintahkan untuk menutup kamp dan tiba-tiba kami menemukan sesuatu,” kata Michael, kepala geolog Bre-X.

Pada mulanya, Michael menaksir, ada 1 juta ounce atau 28,3 ton emas di perut Busang. Tapi angka itu, dari waktu ke waktu, makin besar dan tambah besar lagi. Pada Januari 1996, David Walsh, bos besar Bre-X, menyampaikan kabar bahwa ada potensi emas sebesar 30 juta ounce atau 850,5 ton di tambang mereka. “Ini seekor monster…. Hanya itu yang bisa aku bilang,”John Felderhoff dikutip New York Times, menggambarkan besarnya potensi emas Busang.

Bahkan beberapa bulan kemudian, angka itu melompat lagi menjadi 200 juta ounce atau 5.670 ton, melampaui gunung emas di Papua, Grasberg, yang dikuasai Freeport McMoran. Klaim itu menjadikan Busang tambang emas terbesar di dunia. Bre-X berubah dari perusahaan gurem menjadi perusahaan primadona yang sahamnya diburu semua orang di Kanada. John dan Michael de Guzman tiba-tiba jadi selebritas di antara ahli ilmu kebumian. Prospectors & Developers Association of Canada (PDAC) memberinya penghargaan “Pencari Tahun Ini” pada 1996.

Semua orang terpukau oleh kedahsyatan penemuan John dan timnya. Simon Felix Sembiring, mantan Ketua Tim Busang di Departemen Pertambangan dan Energi saat itu, salah satu saksi bagaimana semua orang--pejabat, geolog, dan investor--seperti tersihir oleh angka-angka yang dipublikasikan Bre-X. Tak ada yang menaruh curiga.



“Setahu saya, para geolog saat itu juga setuju-setuju saja,” kata Simon kepada DetikX, beberapa hari lalu. Para pejabat di Departemen Pertambangan, menurut Simon, juga tak meneliti lagi klaim dan data-data dari geolog-geolog Bre-X. “Itulah kelemahan sistem kita saat itu.”

Beberapa perusahaan tambang raksasa, seperti Placer Dome dan Barrick Gold, sangat bernafsu membeli saham Bre-X. Bahkan belakangan, raksasa tambang lain, Freeport McMoran, juga ingin ikut membeli saham perusahaan Kanada itu. Minat dari raksasa-raksasa pertambangan ini makin membuat orang percaya bahwa ada banyak emas di Busang. “Mereka itu bukan perusahaan abal-abal, tapi mau masuk tanpa uji tuntas lagi. Ini kan aneh,” kata Simon.

Perusahaan-perusahaan raksasa ini saling intai, sama-sama meminjam tangan orang-orang dekat di lingkaran kekuasaan. Barrick, yang berkantor pusat di Vancouver, Kanada, menggandeng putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut. Di Jakarta, mereka “berkantor” di Hotel Grand Hyatt. Manajemen Bre-X, yang bermarkas di Hotel Shangri-La, tak mau kalah dan tak mau ditekan Barrick, mengajak adik Tutut, Sigit Harjojudanto. Tim Placer Dome juga bermarkas di Shangri-La.

Disokong oleh Menteri Pertambangan kala itu, I.B. Sudjana, Barrick berniat mencaplok Bre-X. Dari segi ukuran, Bre-X memang hanya semut di depan gajah bernama Barrick. Menteri Sudjana menyarankan supaya Barrick menguasai 75 persen saham Bre-X. David Walsh tak mau menelan mentah-mentah usulan Pak Menteri. “Hanya lantaran kamu kecil, beberapa orang berpikir bahwa kamu orang yang bodoh,” kata David kepada New York Times. Dia benar-benar sewot. Urusan bagi-bagi saham Bre-X ini selesai setelah Istana turun tangan.

Tapi justru setelah bagi-bagi saham kelar, bau busuk mulai tercium dari tambang Busang. Freeport, yang kebagian 15 persen saham Bre-X dan ditunjuk sebagai operator tambang Busang, mengebor sejumlah titik untuk melakukan uji sampel. Hasilnya sungguh mencengangkan. Tak ada emas di Busang.



Anehnya, saat Freeport minta data-data Bre-X, gudang penyimpanan data eksplorasi perusahaan itu tandas terbakar. Manajemen Bre-X mengutus Michael de Guzman untuk menjelaskan kepada Freeport. Guzman menumpang helikopter Allouette-3 yang mereka sewa. Tapi dia tak pernah sampai ke tujuan.

David Potter, kala itu Wakil Presiden Eksplorasi Freeport, menghubungi Simon Sembiring. “Mon, saya tunggu si Guzman tapi enggak datang-datang. Saya dengar dia lompat dari helikopter. Dan ternyata setelah kami cek, hasil analisisnya zero. Tidak ada apa-apanya,” Simon menuturkan. Simon percaya kepada David Potter. "Potter ini teman saya. Tidak mungkin dia bohong.”

Hasil analisis konsultan independen Strathcona Minerals menyimpulkan ada upaya memalsukan sampel untuk memberi kesan ada banyak emas di Busang. Nun jauh di Toronto, harga saham Bre-X, yang sempat menggelembung besar, kempis seketika. Ada ribuan orang kehilangan uangnya.

Kisah tipu-tipu tambang emas terbesar dalam sejarah pertambangan inilah yang jadi sumber inspirasi film Gold, yang dibintangi Matthew McConaughey, Édgar Ramírez, dan Bryce Dallas Howard. Saat pertama membaca kisah skandal Bre-X, penulis skenario Gold, Patrick Massett, terheran-heran mengapa tak ada sutradara yang membuat filmnya.

“Aku tanya semua orang, 'Apakah ada yang sudah menulis skenario soal skandal Bre-X?' Mereka jawab tidak ada. Bahkan mereka mengaku belum pernah mendengar kisahnya. Mungkin karena orang-orang itu dari Kanada, sementara orang Amerika sangat berfokus pada kisah tokoh-tokoh Amerika,” kata Patrick dikutip CBC.


SUMUR


Diubah oleh ghoghont 04-04-2017 07:48
0
15.7K
83
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.