Kapal Pinisi ini merupakan kapal tradisional yang berasal dari Suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal yang memiliki dua buah tiang utama dan tujuh buah layar ini digunakan biasanya untuk pengangkutan barang yang dilakukan antar pulau.
Kapal yang cukup terkenal dalam dunia samudera ini diperkirakan sudah ada sejak tahun sebelum 1500-an. Menurut cerita masyarakat setempat, Pinisi dibuat oleh seorang Putera Mahkota Kerajaan Luwu yang bernama Sawerigading yang ingin berlayar ke negeri Cina untuk meminang seorang puteri yang bernama We Cudai.
Proses pembuatan kapal ini juga tidak sembarangan lho. Perlu dilakukan yang namanya upacara adat atau upacara kurban. Bahkan tanggal baik juga ditentukan untuk mencari kayu sebagai bahan pokok pembuatan perahu ini. Selain itu diadakan juga upacara pengusiran roh dari tempat kayu ini berasal. Prosesi upacara pembuatan kapal ini memang cukup panjang dan rumit, mulai dari pra pembuatan hingga peluncuran kapal tersebut yang bertujuan untuk menolak bala.
Kapal Padewakang merupakan salah satu perintis kapal perdagangan yang ada di Sulawesi. Kapal Padewakang ini diperkirakan sudah berlayar sejak abad ke-18. Para pedagang dari Makassar, Bugis dan Mandar sudah berlayar dengan kapal ini hingga ke wilayah Australia untuk mencari teripang.
Kapal Golekan Lete ini diketahui berasal dari Pulau Madura. Hingga kini masih banyak ditemukan kapal-kapal Golekan Lete di beberapa pelabuhan besar di kawasan pantai utara Jawa hingga Madura. Kapal ini digunakan sebagai kapal untuk berniaga oleh rakyat Madura.
Kalau kapal ini kayaknya kamu udah familiar ya karena menjadi salah satu wahana terfavorit di Ancol. Kapal Kora-kora adalah sebuah kapal yang berasal dari Kepulauan Maluku. Kapal yang memiliki panjang sekitar 10 meter ini selain digunakan sebagai alat perdagangan, juga digunakan untuk peperangan. Kapal yang mirip dengan perahu naga Cina ini digunakan pada peristiwa perang melawan Belanda di Kepulauan Banda pada abad ke-17.
Kapal ini berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan terbang ini dulunya menjadi salah satu armada perang yang digunakan oleh Kerajaan Goa pada abad ke-17. Sampai sekarang masih ada kok kapal-kapal ini di daerah perairan Galesong, Sulawesi Selatan.
Kapal kecil yang memiliki sepasang penyangga pengatur keseimbangan ini berasal dari Bali. Karena kapal Jukung ini pernah tertulis dalam Prasasti Julah yang berasal dari abad ke-10 yang berlokasi di Buleleng, Bali. Namun belakangan ini Kapal Jukung malah lebih dikenal di Banjarmasin.
Rupanya memang banyak kapal tradisional yang berasal dari Sulawesi. Selain beberapa dari kapal di atas ternyata ada satu lagi nih kapal yang berasal dari Sulawesi. Kapal Pakur namanya. Kapal yang berasal dari Sulawesi Barat ini memiliki ciri yang sangat khas dan tradisional. Kapal yang memiliki panjang 8 meter dan tinggi 1 meter ini rupanya sudah tidak ada lagi yang berlayar. Karena keberadaannya sudah digantikan dengan kapal yang lebih modern.
Nah, percaya kan kalau nenek moyang kita adalah seorang pelaut? Buktinya kapal-kapal tradisional di atas, yang menunjukkan bahwa di zaman dahulu kekuasaan bahari di Nusantara memang bisa dibilang nomer satu. Bangga gak agan/sis?