Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ade.adnanAvatar border
TS
ade.adnan
Imam Syi'ah Dan Wali Sufi Bersanding (Persamaan Syiah Dan Sufi)
Setelah saya melihat status dari saudara kita ustadz Hasan Al Jaizy dalam akun facebooknya, ternyata sangat menarik sekali. Yang mana beliau membuatnya per part-part dalam bentuk status. Karena ketertarikan saya dengan artikel beliau, saya meminta izin untuk memplubikasikan artikel beliau dalam blog saya. Walhamdulillah beliau mengizikan. Mari kita baca artikel beliau yang sangat menarik ini.

[Risalah Jaiziyyah: “Percumbuan Antara SYI’AH dan SUFI”]

I

[MUQADDIMAH]

Risalah ini saya tujukan untuk Anda, orang yang terlanjur ikut Syi’ah atau Sufi. Sebagai seorang Syi’ah atau Sufi, tentu saja Anda tidak berkenan dengan judul status di atas. Anda akan berkata, “Judulnya sangat lebay dan hiperbola.” Tidak usah berkata begitu. Coba tengok golongan Anda yang sesat itu. Syi’ah dan Sufi itu isinya cetar melebai-lebai. Selain itu, banyak kedustaan yang penganutnya sudah tahu itu dusta, namun karena syahwat perut dan syahwat kemaluan lebih ditonjolkan, maka kedustaan bisa dikompromikan, asal perut kekenyangan (setelah haulan) atau kemaluan terpuaskan (setelah mut’ahan).

Kalau bukan bergelimang dusta, bukan Syi’ah namanya. Juga Sufi mempunyai karakter berdusta. Semua dari mereka mudah menelan kabar dusta, entah berupa hadits maudlu’ yang secara sanad tak bisa dipertanggungjawabkan, maupun berupa cerita-cerita khurafat yang secara nalar tak bisa dinalarkan. Bukan yang termaksud dari Syi’ah di sini: Syi’ah Zaidiyyah (selama ia bukan Hautsiy berkedok Zaidiyyah padahal intinya berkiblat pada Itsna Asyariyyah). Bukan yang termaksud dari Sufi di sini: Sufi non-ekstrim yang hanya mempelajari akhlak tasawuf saja tanpa menyentuh ranah aqidah atau inovasi dalam ibadah.

Saya tertarik untuk menjabarkan sedikit tentang kesamaan antara Syi’ah dan Sufi. Terima atau tidak terima, itu urusan Anda. Tetapi sebaiknya Anda terima saja, wahai penganut Syi’ah atau penganut Sufi. Daripada Anda tambah repot. Anda ini sudah repot-repot memeluk agama sesat, jadi jangan merasa direpotkan dengan tulisan saya. Oke, kita mulai persamaan kalian berdua:

II

[1] [KLAIM ILMU KHUSUS]

Orang Syi’ah paling getol membicarakan keistimewaan imam mereka dari segi kepemilikan ilmu-ilmu khusus yang tidak diberikan kepada umat manusia pada umumnya, baik muslim maupun kafirnya. Mereka akan menisbatkan ilmu khusus ini pada Ali bin Abi Thalib, berdasarkan hadits yang dianggap palsu oleh mayoritas ulama hadits, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Jadi, Ali –radhiyallahu anh- memiliki rahasia-rahasia agama. Diklaim oleh Syi’ah bahwa beliau adalah penerima wasiat Rasul yang menyimpan rahasia yang tidak diketahui umat Islam.

Orang Sufi juga tidak jauh beda. Mereka paling getol menonjolkan keistimewaan imam mereka dari segi ini, yang biasa mereka sebut 'wali'. Makanya, banyak dari Anda, wahai anak-anak Sufi, mengimani pula bahwa Ali adalah pintu gerbang ilmu Nabi. Iya, toh? Masa bodoh lah dengan hadits yang diklaim maudlu oleh mayoritas ulama hadits. Mengimani dulu baru setelah dikritik, langsung mengorek-ngorek dalil dan bukti. Jika ternyata tidak ketemu pembuktian yang valid, kotoran pun bisa dijadikan barang bukti. Tentu saja, sebelum dijadikan barang bukti, kotoran harus diendus dulu agar aroma busuknya bisa diukur, atau diraba dulu apakah terlalu empuk sehingga gampang hancur, atau dijilat dulu agar ketahuan seberapa rasa di lidah terjulu . Bukankah begitu?

Syi’ah mengklaim bahwa hanya para imam yang mengetahui rahasia Al-Qur’an dan hakikat agama. Adapun awam Syi’ah yang bukan imam, dan bukan juga mullah, tidak sampai derajat atau maqamnya. Awam Syi’ah hanya tahu sebatas kulit atau zahir syariat saja. Adapun imam dan ulama Syi’ah, terkadang mereka diklaim memiliki Al-Qur’an khusus yang mereka sebut Al-Qur’an Fathimah.

11/12 dengan Sufi. Sufi mengklaim bahwa hanya mursyid mereka yang mengetahui rahasia Al-Qur’an dan hakikat agama. Adapun awam Sufi, baik ia dikatakan ‘murid’ ataupun mutlak awam, tidak memahami itu semua. Mengkenye, ada tingkatan ‘hakekat’ untuk orang-orang Sufi kelas tinggi, yang ngemengnya sudah melewati tingkat syariat yang basic itu. Mengkenye, kalau ada pelajar yang meskipun hafal banyak dari ayat dan hadits namun belum mengamalkan ritual tarekat khusus, bakal dibilang begini, “Wan, ilmu ente tu masih syareat. Ente belon kayak ane yang udah mencapai hakekat atau makrefat.” Halah. Emeng keseng seje!

Sebagian dari Syi’ah mengklaim bahwa Allah mengutus Muhammad dengan ‘tanziil’ (yakni: huruf-huruf Al-Qur’an) saja dan mengutus Ali dengan ‘ta’wiil’ (yakni: tafsiir). Berarti Ali lebih faham daripada Nabi Muhammad tentang Al-Qur’an? Ckck.

Ada miripnya dengan sebagian Sufi, terutama pemuja Abu Yazid Al-Busthamy. Ada dari mereka meyakini bahwa Rasulullah tidak mencapai martabat dan kondisi para sufi. Rasulullah tidak mengetahui ilmu-ilmu para sufi, seperti yang diocehkan oleh Al-Busthamy, “Kami menyelami lautan yang para nabi berhenti di pantainya.”

Makanya, banyak dari ulama Sufi yang sudah mencapai maqam tertentu, mengklaim diri sebagai ahli ‘kasyf’. Yang dimaksud ‘kasyf sufistik’ ini adalah ‘diangkatnya hijab (penutup/pembatas) di depan hati dan penglihatan seorang sufi, agar dapat mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi seluruhnya. Sebagian mengklaim Khidhir adalah penyampai semua itu. Pokoknya, dengan kasyf sufistik ini, mereka mengetahui lahir dan batin. Tapi, kalau bagi saya, mereka cuma sedang berdusta atau melawak saja. Mohon mangap lahir batin.

Makanya pula, hal terbesar yang dikumandangkan dan dibanggakan kaum sufi adalah baha mereka memiliki ilmu ‘laduni’ yang tidak diketahui siapapun kecuali mereka, dan tidak bisa dicapai kecuali oleh yang menelusuri jalan (tarekat) mereka. Kadang mereka mengaku menerima ta’wil ayat-ayat Al-Qur’an dari Allah, kadang dari malaikat, dan lain waktu dari ilham. Mungkin besok wahyu dan ilham itu datang melalui asap rokok. Wkwk.

Syi’ah ga kalah. Kenal dengan Al-Kulainy? Jika Anda tidak kenal, maka samalah kita. Saya juga ga kenal. Ga pernah kenalan. Tapi, kita kenal nama ‘Al-Kaafy’ karya si pendusta ini. Kitab Al-Kaafy adalah referensi paling sehat bagi kaum Syi’ah Rafidhah; namun isinya semuanya kecacatan; terutama dari segi sanad (rantai periwayatan). Dari Ja’far, dia berkata:
“Imam itu, jika ia menghendaki untuk tahu, maka ia pasti tahu.” [Al-Kaafy, 1/258] Di halaman yang sama dalam kitab yang sama, disebutkan bahwa para imam itu mengetahui kapan mereka akan mati. Dan mereka akan mati dengan pilihan mereka sendiri.

Yang paling jelek adalah kedustaan yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau berkata: “ Aku telah diberi beberapa perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelum aku, hingga para Nabi. Aku mengetahui kematian, musibah, nasab, dan kata putus. Maka tidak lepas dariku apa yang mendahului aku dan tidak samar dariku apa yang ghaib bagiku.”

Bokis abis. Yang benar, seharusnya Syi’ah berkata begini: “Kami telah diberi beberapa perkara yang belum pernah diberikan kepada satu umat pun sebelum kami, hingga para Yahudi. Kami mengetahui kapan kami harus bermut’ah dan kapan selesainya, dan kami adalah kompilasi antara Yahudi, Nasrani dan Majusi, memakai jubah Islami. Belum ada umat sebelum kami yang punya prestasi Zindiqiyyah seperti kami. Inilah kami, Syi’ah Imamiyyah ala manhaj At-Taqiyyah, penganut paham neo-Syaithaniyyah.”

sumber :
http://al-amiry.blogspot.com/2013/08...ersanding.html
0
4.8K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.