- Beranda
- Berita dan Politik
Program Perumahan Anies Dinilai Bohongi Publik
...
TS
dishwala
Program Perumahan Anies Dinilai Bohongi Publik
Quote:
Jakarta - Menanggapi program perumahan bagi warga Jakarta yang disampaikan oleh dua pasangan cagub dalam berbagai forum kampanye dan debat, Center for Urban Development Studies (CUDES) mengingatkan agar pasangan calon tidak menyampaikan informasi yang menyesatkan.
Pasalnya, CUDES mencatat apa yang disampaikan oleh Anies Baswedan tentang masih banyaknya ketersediaan rumah seharga di bawah Rp 500 juta sebagai informasi salah yang dapat dianggap sebagai pembohongan publik.
"Pak Anies jika merujuk kepada angka Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) terendah di Jakarta saja, belum tentu bisa mendapatkan harga rumah yang bankable atau layak dibayai oleh perbankan dengan harga di bawah Rp 500 juta seperti yang dikatakannya," ujar Analis Properti dari CUDES Ferdinand Lamak di Jakarta, Selasa (28/3).
Apalagi, kata Ferdinand, yang menjadi rujukan dan digunakan adalah listing rumah dijual yang ada di website properti. Menurut dia, kalaupun ada, jumlahnya tidak signifikan untuk bisa memenuhi backlog perumahan di DKI Jakarta yang mencapai 1,5 juta unit berdasarkan jumlah keluarga berpenghasilan rendah.
"Angka 1,5 juta itu belum ditambahkan dengan jumlah potential first home buyer atau yang disebut sebagai generasi milenial. CUDES memperkirakan backlog perumahan di DKI Jakarta sudah melampaui angka 2 juta, dari total secara nasional 13,5 juta unit menurut data dari Kementerian PUPR," terang dia.
CUDES, tandas dia, berani memastikan bahwa Cagub Anies Baswedan salah dalam menggunakan data referensi tentang ketersediaan rumah tapak terjangkau di Jakarta. Hal ini akan berbahaya bagi program perumahannya jika kelak terpilih, tak mungkin dapat dieksekusi.
"Masalah perumahan di DKI Jakarta berbeda dari daerah lain. Bicara keberpihakan, di daerah lain mungkin persoalan selesai dengan mengandalkan keberpihakan, tetapi di DKI Jakarta, good will dan keberpihakan saja tidak cukup karena ketergantungan terhadap pasokan atau supply adalah hal yang utama," tegas dia.
Ferdinand mengajak kedua pasangan calon agar lebih komprehensif membuat pemetaan masalah perumahan dengan lebih baik agar solusi yang ditawarkan pun tidak menjadi bahan olok-olok publik karena tidak akurat dalam menyajikan data.
http://www.beritasatu.com/megapolita...gi-publik.html
ASTUTI = ANUS TUKANG TIPU
Quote:
Original Posted By snipertarget►Realistis gimana:
1. Mana ada lagi rumah berharga Rp.500 juta di Jakarta. Paling ada harga Rp. 600 juta utk type sederhana, itu pun di pinggiran Jakarta (Tangerang, Bekasi, dan Depok).
2. Tanah di Jakarta, selain sangat mahal juga sdh susah utk menemukan utk dibangun rumah utk sekitar 1,3 juta orang..
3. Belum lagi berapa besar dana yg dibutuhkan oleh Pemda utk membayar DP, bisa-bisa PNS dan Pembangunan dihentikan dulu hanya utk DP rumah..
4. Dengan harga rumah Rp. 500 juta saja, warga minimal harus mempunyai pendapatan di atas Rp. 10 juta per bulan..
5. Ini belum dihitung faktor resiko terhadap bank (kredit macet) dan perekonomian nasional..
Benar-benar gobvlok dan pembodohan nasional..Pantesan saja, Anies ini dipecat sebagai menteri oleh Presiden Jokowi.
Perbedaan Ahok-Djarot vs Anies-Sandi:
1. Dari segi ucapan dan sikap: Ahok lebih dibutuhkan utk mengurus Jakarta yg sangat keras dan sangat kompleks.
(a). Ahok: berani, tegas dan konsisten.
(b). Anies: Tidak tegas dan susah dipercaya. Ini terlihat dari ucapan dan sikapnya selalu inkonsisten (berubah-ubah=mencla-mencle):
- Dahulu menjuluki FPI sebagai kelompok ekstrimis, namun sekarang FPI malah menjadi pendukungnya.
- Dahulu menjelek-jelekkan Prabowo dan pendukungnya sebagai kelompok mafia, sekarang malah memuji-mujinya.
- Dahulu menjelek-jelekkan Jokowi dan menganggap blusukan hanya pencitraan belaka, sekarang Anies malah sibuk blusukan kampanye utk mencoba menarik simpati.
- Saat konvensi Demokrat, sering memuji-muji SBY namun saat putaran pertama Pilkada malah sering menghina SBY.
- Program Rumah tanpa DP-nya selalu berubah-rubah sampai 7-8 kali, itupun tdk masuk akal.
- Mengkritik keras program 1M utk RT/RW dari Agus-Silvy di putaran pertama, namun malah mau mengadopsinya di putaran kedua.
2. Pengalaman di birokrasi dan politik:
(a). Ahok pernah menjadi anggota DPRD, Bupati Belitung Timur, anggota DPR, wakil gubernur, dan gubernur.
(b). Anies hanya pernah menjadi rektor tanpa pernah menjadi dosen. Anies juga pernah menjadi menteri namun kemudian dipecat oleh Presiden Jokowi karena tdk bisa bekerja.
3. Kemampuan manajerial dan etos kerja: Ahok jauh lebih unggul dari Anies.
(a). Ahok langsung merevolusi mental birokrat DKI. PNS yang bagus diangkat jadi lurah, camat atau kepala dinas. PNS yang malas, korup, pungli, langsung dipecat. Semua pejabat harus kerja keras melayani masyarakat.
(b). Sementara Anies, tdk ada terobosan sewaktu menjadi menteri. Malahan Anies memprovokasi orang tua untuk bolos kerja satu hari, agar bisa mengantar anaknya pada hari pertama sekolah.
4. Segi pengelolaan anggaran:
(a). Ahok sudah menerapkan e-budgeting dan bertarung habis-habisan dengan DPRD DKI utk menyelamatkan uang APBD DKI.. Ahok juga pintar membangun Jakarta lewat CSR dan kontribusi dari berbagai perusahaan.
(b). Sementara Anies pada saat menjadi menteri terjadi salah hitung anggaran sebesar Rp 23,3 triliun secara masif dan terstruktur. Juga menghabiskan anggaran super fantastis sebesar Rp. 146 milyar hanya utk pameran 200 buku di Jerman pada tahun 2015.
5. Dari segi manajemen pemerintahan:
(a). Ahok telah melaksanakan 10 prinsip Good governance seperti akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi warga. Sebagai contoh, bisa dilihat dari:
- Masalah transparansi (open governance) yg bisa dilihat dari akses kepada publik yang dapat dengan mudah dibuka, rapat-rapat yang digelar juga dapat dengan mudah dilihat dari Youtube.
- Adanya Smartcity, Qlue, e-Budgetting, e-Musrembang, dsbnya.
- Mengaplikasikan Pelayananan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Key Indikator Performance.
- Dan sebagainya.
(b). Anies terlihat lemah soal manajemen, terlihat dari distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) yg amburadul, bermasalah dan salah sasaran saat menjadi menteri Pendidikan.
6. Dari segi kepemimpinan: Ahok lebih dibutuhkan warga masyarakat.
(a). Ahok: Menjadi model dalam segi bersih, transparan dan profesional. Pemimpin yang mau melayani dan menciptakan sistem yg tidak boleh menerima suap. Belajar dari Soeharto soal kemampuan utk penyediaan sembako yg murah utk masyarakat.
(b). Terjadi sikap yg bertentangan pada Anies. Di satu sisi mengatakan utk merangkul semua orang padahal yg namanya kebijakan tdk akan pernah bisa memuaskan semua orang. Namun di sisi lain, Anies justru menyukai sosok Soeharto yg sadis dan diktator dgn mengatakan bahwa dia melihat seorang figur Soeharto yang stabil, tidak emosional, bisa memetakan masalah, lalu melakukan langkah-langkah
7. Dari program dan visi membangun Jakarta ke depan: terlihat ada perbedaan menyolok.
(a). Masalah banjir:
- Ahok akan terus memperlebar, mengeruk dan menata sungai untuk mengatasi banjir; dan tak segan merelokasi penghuni rumah di bantaran sungai ke rumah susun.
- Sementara Anies tidak mengenal relokasi dan berjanji tak ada penggusuran dan akan melukis rumah-rumah di bantaran sungai agar lebih berseni. Sementara manusia di bantaran sungai, akan dimanusiakan dengan cara pemberdayaan atau istilah kerennya training .
(b).Masalah birokrasi:
- Ahok menggenjot etos kerja pejabat dengan reward dan punishment.
- Anies sebaliknya, lebih pada metode pendekatan hati ke hati.
(c). Respon terhadap masalah warga
- Ahok dengan jitu mengatasinya dengan membentuk berbagai pasukan mulai dari kuning, hijau, biru, ungu, dan terakhir pasukan merah utk mekakukan bedah rumah di tempat kumuh dan pemeliharaan rusun.
- Anies lebih mengutamakan musyawarah, mengajak warga bicara dan membangun terus kesadaran warga.
(d). Masalah Program:
- Ahok: Selain sdh terbukti dgn hasil kerjanya dgn program-program terdahulu, Ahok-Djarot juga bisa melahirkan program-program yg kreatif, realistis dan bisa dilaksanakan.
- Anies: Tdk mempunyai program, dan kalaupun mempunyai program paling meniru program dari Ahok-Djarot atau program yg tdk bisa dipertanggungjawabkan seperti program DP 0%.
8. Kapasitas dan kapabilitas Wakil Gubernur: Ahok memiliki wagub yg hebat pada diri Djarot.
(a). Pengalaman politik dan birokrasi:
- Djarot pernah menjadi Dosen, Dekan, anggota DPRD, Bupati Blitar, Anggota DPR, dan Wakil Gubernur.
- Sandi: hanya seorang pengusaha dan mempunyai saham di beberapa perusahaan seperti Aetra, memiliki bisnis penjualan mobil murah (LCGC = Low Cost Green Car) yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika.
(b). Ucapan dan sikap:
- Djarot seorang Wagub yg pemberani, sabar, dan taat beragama. Sebagai orang Jawa, sdh mulai bisa menularkan sifat orang Jawa yg halus lembut kepada Ahok.
- Sandi: terlihat arogan, kasar, sombong dan menganggap dirinya super kaya sehingga bisa menganggap dirinya bisa mengatur apa saja termasuk persoalan hukum yg sedang menimpanya.
(c). Masalah kecocokan terhadap Calon Gubernur:
- Djarot: selama ini terlihat bisa menjadi pasangan yg klop dan serasi dgn Ahok.
- Sandi: belum terlihat, apalagi Sandi menghabiskan dana kampanye dari "kantongnya" sehingga kemungkinan besar akan lebih dominan dibanding Anies. Dan Sandi diketahui mencalonkan dirinya sebagai calon Gubernur sebelum kedatangan Anies.
9. Penampilan pada saat kampanye dan debat:
(a). Penampilan Ahok:
- Ahok fokus terhadap program-program infrastruktur, peningkatan kesejahteraan SDM dan berbagai kebijakan pro-rakyat nya. Terlihat lebih menguasai substansi dan permasalahan serta bisa memberikan solusi-solusi yg kreatif.
- Intonasi bicara terlihat sdh semakin lembut dan kalem tanpa menghilangkan sosok Ahok yg tegas, terbuka dan apa adanya.
- Sepanjang perdebatan saat ditanya, Ahok dgn jernih dan lancar bisa menjelaskan apa yang telah, ingin, dan sedang dilakukan
(b). Sementara penampilan Anies:
- Kebanyakan hanya bisa nyinyir dan fokus terhadap Ahok saja. Terlihat selalu "salah data" atau kurang informasi yg up to date sehingga "serangan" yg dilakukan terhadap Ahok-Djarot akhirnya blunder dan menghantam diri sendiri.
- Pada saat debat kandidat, Anies terlihat emosional dan menyerang pribadi baik dari gesture dan kata-kata, sehingga mengakibatkan antara pertanyaan Host dan jawaban Anies sering tdk nyambung, terlihat malah hanya asal jeplak saja,
- Dari segi gerak tubuh dan ekspresi wajah saat debat, terlihat Anies lebih sering menggerak-gerakkan bibirnya mirip anak kecil yang sedang dinasehati ayahnya namun sekedar masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Ekspresinya menunjukkan pribadinya yg arogan, kasar dan bukanlah pendengar yang baik dan enggan menerima masukan kecuali mungkin dari orang yang sangat berpengaruh atau menguntungkan dia. Baginya semua harus berfokus pada dirinya.
10. Masalah dana kampanye:
(a). Ahok-Djarot meminta dukungan dana dari warga Jakarta. Belum pernah sejarahnya di Indonesia, sumber dana kampanye pilkada berasal dari 10.000 orang lebih, karena biasanya hanya dari beberapa badan swasta saja. Ahok-Djarot berhutang budi pada rakyat.
(b). Sementara dana kampanye Anies-Sandi, sebesar 99% diperoleh melalui Sandi.
11. Background dan Profile pendukung:
(a). Ahok-Djarot:
- Didukung oleh pendukung NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika.
- Didukung oleh penganut Islam yg rahmatan lil Alamin.
- Didukung oleh partai PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP.
- Didukung oleh mayoritas artis dan seniman.
- Didukung oleh keluarga besar Nurcholis Majid meskipun Anies pernah menjadi rektor di Paramadina.
(b). Anies-Sandi:
- Didukung oleh ormas-ormas radikal yg suka melakukan sweeping dan demo anarkis seperti FPI, FUI dan GNPF-MUI.
- Didukung oleh para pendukung teroris dan khilafah.
- Didukung oleh partai PKS, Gerindra, dan PAN.
- Didukung oleh oleh orang-orang yg suka mengkafirkan, menghujat orang/ulama yg tdk sejalan, suka memboikot di sosial media dan suka menyebarkan berita hoax.
- Didukung oleh Tommy Soeharto dan Hary Tanoe-Perindo.
Kesimpulan:
1. Dari segala aspek, Ahok-Djarot jauh lebih unggul. Itu lah makanya Anies-Sandi dan pendukungnya akhirnya nekat menggunakan ayat, menggunakan spanduk tolak jenazah, fitnah dan isu SARA untuk melawan atau menjatuhkan Ahok.
2. Sebenarnya isu SARA, spanduk-spanduk, fitnah, demo-demo yang dilakukan terhadap Ahok tersebut adalah bentuk keputusasaan, frustrasi dan kepanikan yg hebat dari Anies-Sandi dan para pendukungnya.
3. Pada debat di MetroTV-Mata Najwa, terlihat Ahok malah lebih santun dibandingkan Anies. Dari debat terlihat bahwa Anies sama sekali tidak mampu menyerang Ahok dari segi gagasan kerja..Karena dia sadar ahok paham semua nya dan dia hanya bisa beretorika..maka satu satu nya jalan adalah menyerang privasi (ad hominem), namun tdk dilayani oleh Ahok.
1. Mana ada lagi rumah berharga Rp.500 juta di Jakarta. Paling ada harga Rp. 600 juta utk type sederhana, itu pun di pinggiran Jakarta (Tangerang, Bekasi, dan Depok).
2. Tanah di Jakarta, selain sangat mahal juga sdh susah utk menemukan utk dibangun rumah utk sekitar 1,3 juta orang..
3. Belum lagi berapa besar dana yg dibutuhkan oleh Pemda utk membayar DP, bisa-bisa PNS dan Pembangunan dihentikan dulu hanya utk DP rumah..
4. Dengan harga rumah Rp. 500 juta saja, warga minimal harus mempunyai pendapatan di atas Rp. 10 juta per bulan..
5. Ini belum dihitung faktor resiko terhadap bank (kredit macet) dan perekonomian nasional..
Benar-benar gobvlok dan pembodohan nasional..Pantesan saja, Anies ini dipecat sebagai menteri oleh Presiden Jokowi.
Perbedaan Ahok-Djarot vs Anies-Sandi:
1. Dari segi ucapan dan sikap: Ahok lebih dibutuhkan utk mengurus Jakarta yg sangat keras dan sangat kompleks.
(a). Ahok: berani, tegas dan konsisten.
(b). Anies: Tidak tegas dan susah dipercaya. Ini terlihat dari ucapan dan sikapnya selalu inkonsisten (berubah-ubah=mencla-mencle):
- Dahulu menjuluki FPI sebagai kelompok ekstrimis, namun sekarang FPI malah menjadi pendukungnya.
- Dahulu menjelek-jelekkan Prabowo dan pendukungnya sebagai kelompok mafia, sekarang malah memuji-mujinya.
- Dahulu menjelek-jelekkan Jokowi dan menganggap blusukan hanya pencitraan belaka, sekarang Anies malah sibuk blusukan kampanye utk mencoba menarik simpati.
- Saat konvensi Demokrat, sering memuji-muji SBY namun saat putaran pertama Pilkada malah sering menghina SBY.
- Program Rumah tanpa DP-nya selalu berubah-rubah sampai 7-8 kali, itupun tdk masuk akal.
- Mengkritik keras program 1M utk RT/RW dari Agus-Silvy di putaran pertama, namun malah mau mengadopsinya di putaran kedua.
2. Pengalaman di birokrasi dan politik:
(a). Ahok pernah menjadi anggota DPRD, Bupati Belitung Timur, anggota DPR, wakil gubernur, dan gubernur.
(b). Anies hanya pernah menjadi rektor tanpa pernah menjadi dosen. Anies juga pernah menjadi menteri namun kemudian dipecat oleh Presiden Jokowi karena tdk bisa bekerja.
3. Kemampuan manajerial dan etos kerja: Ahok jauh lebih unggul dari Anies.
(a). Ahok langsung merevolusi mental birokrat DKI. PNS yang bagus diangkat jadi lurah, camat atau kepala dinas. PNS yang malas, korup, pungli, langsung dipecat. Semua pejabat harus kerja keras melayani masyarakat.
(b). Sementara Anies, tdk ada terobosan sewaktu menjadi menteri. Malahan Anies memprovokasi orang tua untuk bolos kerja satu hari, agar bisa mengantar anaknya pada hari pertama sekolah.
4. Segi pengelolaan anggaran:
(a). Ahok sudah menerapkan e-budgeting dan bertarung habis-habisan dengan DPRD DKI utk menyelamatkan uang APBD DKI.. Ahok juga pintar membangun Jakarta lewat CSR dan kontribusi dari berbagai perusahaan.
(b). Sementara Anies pada saat menjadi menteri terjadi salah hitung anggaran sebesar Rp 23,3 triliun secara masif dan terstruktur. Juga menghabiskan anggaran super fantastis sebesar Rp. 146 milyar hanya utk pameran 200 buku di Jerman pada tahun 2015.
5. Dari segi manajemen pemerintahan:
(a). Ahok telah melaksanakan 10 prinsip Good governance seperti akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi warga. Sebagai contoh, bisa dilihat dari:
- Masalah transparansi (open governance) yg bisa dilihat dari akses kepada publik yang dapat dengan mudah dibuka, rapat-rapat yang digelar juga dapat dengan mudah dilihat dari Youtube.
- Adanya Smartcity, Qlue, e-Budgetting, e-Musrembang, dsbnya.
- Mengaplikasikan Pelayananan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Key Indikator Performance.
- Dan sebagainya.
(b). Anies terlihat lemah soal manajemen, terlihat dari distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) yg amburadul, bermasalah dan salah sasaran saat menjadi menteri Pendidikan.
6. Dari segi kepemimpinan: Ahok lebih dibutuhkan warga masyarakat.
(a). Ahok: Menjadi model dalam segi bersih, transparan dan profesional. Pemimpin yang mau melayani dan menciptakan sistem yg tidak boleh menerima suap. Belajar dari Soeharto soal kemampuan utk penyediaan sembako yg murah utk masyarakat.
(b). Terjadi sikap yg bertentangan pada Anies. Di satu sisi mengatakan utk merangkul semua orang padahal yg namanya kebijakan tdk akan pernah bisa memuaskan semua orang. Namun di sisi lain, Anies justru menyukai sosok Soeharto yg sadis dan diktator dgn mengatakan bahwa dia melihat seorang figur Soeharto yang stabil, tidak emosional, bisa memetakan masalah, lalu melakukan langkah-langkah
7. Dari program dan visi membangun Jakarta ke depan: terlihat ada perbedaan menyolok.
(a). Masalah banjir:
- Ahok akan terus memperlebar, mengeruk dan menata sungai untuk mengatasi banjir; dan tak segan merelokasi penghuni rumah di bantaran sungai ke rumah susun.
- Sementara Anies tidak mengenal relokasi dan berjanji tak ada penggusuran dan akan melukis rumah-rumah di bantaran sungai agar lebih berseni. Sementara manusia di bantaran sungai, akan dimanusiakan dengan cara pemberdayaan atau istilah kerennya training .
(b).Masalah birokrasi:
- Ahok menggenjot etos kerja pejabat dengan reward dan punishment.
- Anies sebaliknya, lebih pada metode pendekatan hati ke hati.
(c). Respon terhadap masalah warga
- Ahok dengan jitu mengatasinya dengan membentuk berbagai pasukan mulai dari kuning, hijau, biru, ungu, dan terakhir pasukan merah utk mekakukan bedah rumah di tempat kumuh dan pemeliharaan rusun.
- Anies lebih mengutamakan musyawarah, mengajak warga bicara dan membangun terus kesadaran warga.
(d). Masalah Program:
- Ahok: Selain sdh terbukti dgn hasil kerjanya dgn program-program terdahulu, Ahok-Djarot juga bisa melahirkan program-program yg kreatif, realistis dan bisa dilaksanakan.
- Anies: Tdk mempunyai program, dan kalaupun mempunyai program paling meniru program dari Ahok-Djarot atau program yg tdk bisa dipertanggungjawabkan seperti program DP 0%.
8. Kapasitas dan kapabilitas Wakil Gubernur: Ahok memiliki wagub yg hebat pada diri Djarot.
(a). Pengalaman politik dan birokrasi:
- Djarot pernah menjadi Dosen, Dekan, anggota DPRD, Bupati Blitar, Anggota DPR, dan Wakil Gubernur.
- Sandi: hanya seorang pengusaha dan mempunyai saham di beberapa perusahaan seperti Aetra, memiliki bisnis penjualan mobil murah (LCGC = Low Cost Green Car) yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika.
(b). Ucapan dan sikap:
- Djarot seorang Wagub yg pemberani, sabar, dan taat beragama. Sebagai orang Jawa, sdh mulai bisa menularkan sifat orang Jawa yg halus lembut kepada Ahok.
- Sandi: terlihat arogan, kasar, sombong dan menganggap dirinya super kaya sehingga bisa menganggap dirinya bisa mengatur apa saja termasuk persoalan hukum yg sedang menimpanya.
(c). Masalah kecocokan terhadap Calon Gubernur:
- Djarot: selama ini terlihat bisa menjadi pasangan yg klop dan serasi dgn Ahok.
- Sandi: belum terlihat, apalagi Sandi menghabiskan dana kampanye dari "kantongnya" sehingga kemungkinan besar akan lebih dominan dibanding Anies. Dan Sandi diketahui mencalonkan dirinya sebagai calon Gubernur sebelum kedatangan Anies.
9. Penampilan pada saat kampanye dan debat:
(a). Penampilan Ahok:
- Ahok fokus terhadap program-program infrastruktur, peningkatan kesejahteraan SDM dan berbagai kebijakan pro-rakyat nya. Terlihat lebih menguasai substansi dan permasalahan serta bisa memberikan solusi-solusi yg kreatif.
- Intonasi bicara terlihat sdh semakin lembut dan kalem tanpa menghilangkan sosok Ahok yg tegas, terbuka dan apa adanya.
- Sepanjang perdebatan saat ditanya, Ahok dgn jernih dan lancar bisa menjelaskan apa yang telah, ingin, dan sedang dilakukan
(b). Sementara penampilan Anies:
- Kebanyakan hanya bisa nyinyir dan fokus terhadap Ahok saja. Terlihat selalu "salah data" atau kurang informasi yg up to date sehingga "serangan" yg dilakukan terhadap Ahok-Djarot akhirnya blunder dan menghantam diri sendiri.
- Pada saat debat kandidat, Anies terlihat emosional dan menyerang pribadi baik dari gesture dan kata-kata, sehingga mengakibatkan antara pertanyaan Host dan jawaban Anies sering tdk nyambung, terlihat malah hanya asal jeplak saja,
- Dari segi gerak tubuh dan ekspresi wajah saat debat, terlihat Anies lebih sering menggerak-gerakkan bibirnya mirip anak kecil yang sedang dinasehati ayahnya namun sekedar masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri. Ekspresinya menunjukkan pribadinya yg arogan, kasar dan bukanlah pendengar yang baik dan enggan menerima masukan kecuali mungkin dari orang yang sangat berpengaruh atau menguntungkan dia. Baginya semua harus berfokus pada dirinya.
10. Masalah dana kampanye:
(a). Ahok-Djarot meminta dukungan dana dari warga Jakarta. Belum pernah sejarahnya di Indonesia, sumber dana kampanye pilkada berasal dari 10.000 orang lebih, karena biasanya hanya dari beberapa badan swasta saja. Ahok-Djarot berhutang budi pada rakyat.
(b). Sementara dana kampanye Anies-Sandi, sebesar 99% diperoleh melalui Sandi.
11. Background dan Profile pendukung:
(a). Ahok-Djarot:
- Didukung oleh pendukung NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika.
- Didukung oleh penganut Islam yg rahmatan lil Alamin.
- Didukung oleh partai PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, dan PPP.
- Didukung oleh mayoritas artis dan seniman.
- Didukung oleh keluarga besar Nurcholis Majid meskipun Anies pernah menjadi rektor di Paramadina.
(b). Anies-Sandi:
- Didukung oleh ormas-ormas radikal yg suka melakukan sweeping dan demo anarkis seperti FPI, FUI dan GNPF-MUI.
- Didukung oleh para pendukung teroris dan khilafah.
- Didukung oleh partai PKS, Gerindra, dan PAN.
- Didukung oleh oleh orang-orang yg suka mengkafirkan, menghujat orang/ulama yg tdk sejalan, suka memboikot di sosial media dan suka menyebarkan berita hoax.
- Didukung oleh Tommy Soeharto dan Hary Tanoe-Perindo.
Kesimpulan:
1. Dari segala aspek, Ahok-Djarot jauh lebih unggul. Itu lah makanya Anies-Sandi dan pendukungnya akhirnya nekat menggunakan ayat, menggunakan spanduk tolak jenazah, fitnah dan isu SARA untuk melawan atau menjatuhkan Ahok.
2. Sebenarnya isu SARA, spanduk-spanduk, fitnah, demo-demo yang dilakukan terhadap Ahok tersebut adalah bentuk keputusasaan, frustrasi dan kepanikan yg hebat dari Anies-Sandi dan para pendukungnya.
3. Pada debat di MetroTV-Mata Najwa, terlihat Ahok malah lebih santun dibandingkan Anies. Dari debat terlihat bahwa Anies sama sekali tidak mampu menyerang Ahok dari segi gagasan kerja..Karena dia sadar ahok paham semua nya dan dia hanya bisa beretorika..maka satu satu nya jalan adalah menyerang privasi (ad hominem), namun tdk dilayani oleh Ahok.
0
2.7K
Kutip
23
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.2KThread•41.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru