tonnycAvatar border
TS
tonnyc
PLTN dan Ketahanan Energi Indonesia
Hari Minggu kebetulan ada waktu. Bikin artikel. Kita di sini dulu sering ngomong perlu cadangan strategis untuk minyak, kadang juga ngomongin perlu PLTN, bagaimana agar industri dan bisnis bisa tetap jalan jika pasokan minyak terhambat, dst. Itu semua bisa dirangkum ke satu konsep yakni ketahanan energi.

Ketahanan energi singkatnya itu Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability. Energi harus tersedia, bisa diakses, bisa dibeli, dan bisa diterima masyarakat. Baca PDF ini untuk lebih lengkapnya. Saya rasa di Formil perlunya ketahanan energi sudah jelas dan tidak perlu didebatkan.

Proyeksi kapasitas pembangkit listrik Indonesia berdasarkan Outlook Energi Indonesia 2016 dari BPPT.

Perhatikan komposisi batubara dan gas bumi di sana.



Jika tren konsumsi dan ekspor tidak berubah, maka kita jadi net importir batubara di 2046.



Net importir gas bumi di 2026 atau 2027.

Untuk saat ini dalam Kebijakan Energi Nasional energi nuklir diposisikan sebagai opsi terakhir (PP Nomor 79 Tahun 2014). Ini menyebabkan porsi nuklir di bauran energi nasional sangat minim, 2 GW mulai 2035.

Target porsi EBT di 2017 oleh Dewan Energi Nasional sudah dipastikan gagal
.Jika porsi energi terbarukan berkurang, maka ada dua skenario yang mungkin terjadi. Skenario pertama adalah kekurangan energi. Ini akan mengakibatkan kegiatan ekonomi tersendat sampai akhirnya tercapai titik stabil baru di tingkat ekonomi yang lebih rendah atau setidaknya tidak setinggi jika pasokan energi cukup. Skenario ke-dua adalah kekurangan energi ditutupi dengan energi fosil. Namun hal itu akan meningkatkan kerentanan energi kita. Jika terjadi sekarang, maka cadangan energi fosil makin cepat terkuras. Jika terjadi setelah cadangan energi fosil terkuras, maka meningkatkan ketergantungan terhadap impor energi.

Demi ketahanan energi Indonesia, saya merasa bahwa porsi energi nuklir di bauran energi nasional perlu dipercepat dan ditingkatkan. Cadangan uranium kita 78000 ton. Thorium 130000 ton. Pemetaan masih berlangsung, jadi kemungkinan ditemukan cadangan baru masih ada. Jika kita memakai teknologi Pressurized Water Reactor yang umum dipakai sekarang, diperlukan sekitar 200 ton uranium per 1000 MW per tahun. Itu berarti cadangan uranium kita cuma cukup untuk menjalankan 10 GW PLTN selama 39 tahun. Angka ini tidak fantastis, namun 39 tahun itu lebih baik daripada nol, dan uranium yang sudah dipakai itu masih bisa dipakai lagi jika teknologi Fast Breeder Reactor sudah matang. Plus harga uranium sangat murah dan suppliernya banyak, sehingga jika kita ingin diversifikasi supplier dan menimbun bahan bakar nuklir, mudah. Bahan bakar nuklir, karena memakan tempat sedikit, mudah dicarikan tempat dan dilindungi.

Jika ada teknologi Fast Breeder Reactor, maka cadangan energi nuklir 78000 + 130000 ton ini kalau cuma untuk menjalankan PLTN sejumlah 10 GW, cukup untuk 10400 tahun. Kalau 300 GW total, lebih dari 340 tahun. Selain itu limbah nuklir dari PWR masih bisa dibakar dalam FBR seperti uranium/thorium biasa.

Kelemahan apakah ada? Ada. Saat ini yang punya PLTN FBR yang sudah operasional baru Rusia, dan saya tidak tahu apakah Rusia sudah mau menjual teknologi tersebut. Untuk teknologi non-FBR kebanyakan memerlukan pengayaan uranium, dan ini kita tidak punya fasilitasnya. BATAN mengerti secara teori, tapi karena kita belum punya PLTN, maka tidak ekonomis buat mereka yang anggarannya tipis untuk membuat fasilitas pengayaan jika PLTN-nya belum ada. Tapi ada teknologi PLTN yang tidak membutuhkan pengayaan uranium. Kanada memiliki reaktor Canada Deuterium-Uranium (CANDU) yang bisa memproses uranium tanpa perlu pengayaan. Selain itu ada beberapa negara yang bersedia memberikan layanan pengayaan uranium (Rusia, Prancis, Tiongkok, Amerika Serikat, Kanada, dll). Kita bisa mengirimkan uranium kita untuk diperkaya di sana atau beli jadi dari mereka. Intinya, kelemahan dari segi teknologi bisa diatasi.

Soal keamanan dan urusan limbah bisa dibicarakan di postingan berikut. Saat ini saya mau fokus ke perlunya energi nuklir untuk mempercepat tercapainya ketahanan energi. Setiap 1000 MW PLTN itu menurut hitungan kasar saya menghemat 2,8 juta ton batubara atau 1,5 juta ton gas bumi. BBN-nya ada dan nganggur. Mau diimpor dari luar pun murah.

Bagaimana dengan energi terbarukan? Energi terbarukan tetap jalan sesuai jalurnya. Gambar pertama itu sudah menunjukkan porsi energi terbarukan jika target terpenuhi. Ini bukan energi terbarukan diganti sama energi nuklir. Ini energi nuklir menggantikan energi fosil.
0
61.8K
313
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.