Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sukamto77Avatar border
TS
sukamto77
Perjuangan Luar Biasa Timnas Suriah Menuju Piala Dunia 2018


Selama enam tahun terakhir, Suriah terbelah akibat perang saudara tak berkesudahan. Sejak pemberontakan pecah pada 2011, tidak ada hal positif yang bisa dikisahkan dari negeri itu. Sampai akhirnya muncul cerita luar biasa dari tim sepak bola mereka.

DALAM pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia Grup A, Kamis (23/3), Suriah berhasil mengalahkan Uzbekistan, 1-0. Dengan hasil itu, mereka menjaga asa melaju ke putaran selanjutnya. Suriah kini mengemas delapan poin dan berada di posisi empat klasemen Grup A. Dua juara grup, yakni dari Grup Adan Grup B zona Asia, langsung lolos ke putaran final Piala Dunia Rusia 2018, sementara posisi ketiga harus bermain melawan tim peringkat tiga dari Grup B di putaran keempat. Perjalanan masih panjang. Tim Elang Qasioun masih menjalani empat laga lagi melawan tim-tim kuat di fase grup, yakni Korea Selatan, Tiongkok, Qatar, dan Iran.

Jika ingin memperpanjang napas, mereka wajib bermain maksimal agar bisa merangkak naik ke posisi tiga dan maju ke putaran empat. Seandainya lolos dari putaran empat, Suriah masih harus menjalani laga play-off menghadapi lawan dari Amerika Utara atau Amerika Tengah atau Karibia demi satu tiket ke Rusia. Memang bukan tugas yang mudah. Apalagi Suriah sedang tidak kondusif bagi perkembangan olahraga.

Bahkan Suriah harus ber-homebase di Malaysia, tepatnya di Stadion Hang Jebat, untuk menjamu Uzbekistan, Kamis lalu. Sanksi ekonomi dan kondisi negara yang tak kondusif memang tidak memungkinkan pertandingan sepak bola digelar di Suriah. Sebagai jalan keluar mereka memainkan laga kandang di tempat netral, yakni Malaysia. Akibat sanksi ekonomi itu pula, pemerintah tidak mengucurkan dana untuk Asosiasi Sepak Bola Suriah. Gaji pemain profesional di sana pun relatif kecil, yakni rata-rata 200 dolar AS (Rp 2,6 juta) per bulan. Sedangkan tim yang memenangi liga hanya dihadiahi 10.000 dolar AS (Rp 133,2 juta). Atas kondisi itu, asisten pelatih Tarek Jabban kerap mendorong para pemain untuk bermain di luar negeri. ‘’Pemain harus berkarier di luar negeri,’’ungkapnya.

Liga Suriah Diambang Kehancuran

Menurut Jabban, liga sepak bola Suriah tengah mendekati kehancuran. Pemain tidak mendapat dukungan ataupun fasilitas seperti yang diberikan klub-klub di luar negeri. Ia senang karena sebagian besar pemainnya sudah berkiprah di luar negeri. Mayoritas dari 23 pemain yang dibawa ke Malaysia ini adalah mereka yang sukses di negeri orang, seperti kapten tim Ahmad Al Salih yang bermain di Henan Jianye, Tiongkok, dan Firas Al-Khatib, salah satu pemain berbakat yang kini merumput di Al Kuwait.

Selain itu, ada Omar Kharbin yang beruntung bisa bermain di salah satu klub ternama di Timur Tengah, Al-Hilal (Arab Saudi). Hanya ada satu pemain berbakat yang masih bermain di Suriah, yakni sepupu Kharbin, Osama Omari, yang berkostum Al-Wahda (Damaskus), sekaligus pencetak gol terbanyak liga. Tidak seperti rekan-rekannya yang bebas bermain di mana saja, Omari tidak diperbolehkan meninggalkan Suriah. Dia sedang menjalani wajib militer dan ‘’ditugaskan’’ bermain di Al-Wahda oleh Kementerian Pertahanan Suriah. Sebagian besar pemain meninggalkan Suriah sebelum perang pecah. Sementara beberapa pemuda lain, termasuk Kharbin, tidak dikenai wajib militer hanya karena dirinya anak tunggal. Salah satu pemain yang pergi dari Suriah sebelum perang adalah Mohammad Ibrahim.

Ia sebelumnya dididik di akademi Al Karamah di Homs, salah satu klub tertua di Suriah. Sekarang di usia yang sudah 30 tahun, Ibrahim hidup mapan sebagai pemain klub Kufr Som (Yordania), setelah sebelumnya sempat berlabuh di Arab Saudi dan Republik Ceko. ‘’Secara umum situasi ekonomi di Suriah sekarang sulit dan tentu saja hal ini berdampak pada olahraga,’’ kata Ibrahim. ‘’Saya kenal sebagian besar pemain tim nasional Suriah. Kami sering berkomunikasi dan mereka berkata bahwa mereka semua menghadapi kondisi hidup yang sangat sulit.’’ Panasnya suhu politik juga sempat membuat pemain berbakat Firas Al- Khatib terbuang dari tim nasional sejak 2012. Hal itu karena dia menyatakan dukungan terhadap kelompok oposisi Suriah. Namun atas kebaikan pelatih, dirinya kini kembali berseragam tim nasional. Setelah semua kesulitan dan situasi politik yang tidak menentu, ada satu hal yang menyatukan para pemain Suriah, yakni kecintaan mereka terhadap negara. Memenangi laga demi laga dan melaju hingga putaran final Piala Dunia adalah cara yang mereka pilih untuk menunjukkan patriotisme ketimbang mengangkat senjata. (Nurul Muttaqin-39)

SUMBER

Ane angkat topi buat para pemain sepakbola timnas suriah kalian juara sesungguhnya emoticon-2 Jempol
Diubah oleh sukamto77 26-03-2017 03:43
0
7.9K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.