mangmamas25Avatar border
TS
mangmamas25
Kisah Cinta LDR yang Dialami Pejuang di Era Pergerakan


LDR emang lagi ngehits banget sekarang. Buat yang belum tau LDR, itu adalah singkatan dari Long Distance Relationship alias Hubungan Jarak Jauh. Suatu hubungan dibilang LDR kalo si pasangan itu biasanya beda kota atau bahkan beda negara.

Jangan sampe bilang kalo beda RT itu LDR ya gan! Atau beda sekolah juga dibilang LDR

emoticon-Ngakak

Ternyata, LDR itu bukan baru kejadian sekarang-sekarang ini aja loh. Para pejuang di zaman pergerakan ternyata juga ngalamin LDR Gan! Contohnya nih Ki dan Nyi Hadjar Dewantara, mereka LDR-an sebelum menikah dan berbulan madu ke Belanda dalam masa pengasingan. Jadi, di tahun 190 Ki Hadjar Dewantara melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran STOVIA (School Tot Opleiding van Inlansche Artsen) di Weltevreden (sekitaran Gambir, Jakarta Pusat). Sementara Nyi Hadjar Dewantara menjadi guru bantu di Sekolah Kursus Guru di Yogyakarta, Jadi mereka terpisah jarak Yogyakarta-Weltevreden.



Saat itu mereka berkomunikasi dengan surat, selain saling bertukar kabar dan pemikiran, Ki Hadjar Dewantara juga mengabarkan tentang kehidupannya di STOVIA dan dunia pergerakan yang dijalani di Batavia. Akibat terlibat dalam dunia politik, ia dikeluarkan dari STOVIA pada tahun 1909 dan memilih untuk bekerja dan menulis. Ia pun berpindah-pindah tempat kerja mulai dari pabrik gula di Bojong Probolinggo, perusahaan obat di Yogya sampai ke Bandung. Tapi hubungan mereka tetap sebagai sepasang kekasih.

Mereka kembali bertemu dan harus disibukkan dengan rencana pernikahan yang harus dilakukan segera. Sebabnya, ia harus dihukum pengasingan akibat tulisannya "Als Ik eens Nederlander was" yang bikin kesal pemerintah kolonial. Akhirnya mereka menikah pada akhir Agustus 1913, dan beberapa hari setelahnya mereka diasingkan ke Belanda bersama Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Mereka terus aktif dalam dunia pers dan pendidikan meski berada di negeri pengasingan. Tahun 1919 mereka kembali ke Jawa dan mendirikan Perguruan Tamansiswa pada tahun 1922.



Selain Ki dan Nyi Hadjar Dewantara, muridnya di Taman Guru, Tamansiswa Mataram, Siti Soekaptinah juga mengalami hubungan cinta jarak jauh. Sebelum ia bersekolah di MULO dan bertemu dengan Soenarjo Mangoenpoespito yang sama-sama aktif dalam organisasi pemuda saat itu, Jong Islamieten Bond dan Jong Java. Di tahun 1924, ia pindah ke Taman Guru, Tamansiswa Mataram untuk mengikuti keinginan ayahnya untuk menjadi guru. Sedangkan tahun 1925, Soenarjo Mangoenpoespito lulus dari MULO dan melanjutkan sekolahnya ke sekolah analis di Batavia.

Pada 1929, Soenarjo Mangoenpoespito berhasil nyelesaiin pendidikannya dan pulang ke Yogyakarta. Perjuangan LDR mereka berakhir dengan pernikahan yang dilangsungkan di bulan Desember 1929. Setelah menikah, mereka tinggal berpindah mengikuti perkembangan politik yang terjadi di Hindia Belanda, mulai dari menetap di Jakarta, Semarang dan Yogyakarta.



Keberhasilan kisah LDR yang dialami Ki dan Nyi Hadjar Dewantara sert Siti Soekaptinah dan Soenarjo Mangoenpoespito ternyata nggak dimiliki Soejatin Kartowijono. Pengagas Kongres Perempoean Indonesia I ini gagal dua kali dalam kisah LDR-nya. Perbedaan idealisme menjadi permasalahan yang terus menerus ia hadapi. Kisah cinta pertama yang kandas ia alami bersama tunangannya, seorang mahasiswa Rechtshogeschool di Batavia tahun 1928. Hal tersebut ia ceritakan dalam autobiografinya, Sumbangsihku Bagi Pertiwi, Buku I.

Setelah gagal dalam dua kisah LDR, Sujatin kemudian bertemu dengan jodohnya, Kartowijono. Mereka bertemu dalam peringatan Hari Kartini. Persamaan idealisme membuat mereka memutuskan untuk menikah. Ia bahkan menerima segala kekurangan pasangannya tersebut. Menurutnya kasih sayang dan pengertian melebihi harta dan kedudukan yang dimiliki oleh seorang lelaki.



Kisah cinta para pejuang yang menjalin cinta jarak jauh dipengaruhi oleh terbatasnya sekolah tinggi dan ketersediaan pekerjaan bagi para lulusannya di daerah terpencil. Sekolah seperti STOVIA, THS, RHS dan sekolah lain hanya ada di kota besar dan mengharuskan mereka untuk merantau meninggalkan kekasih dan kampung halaman.

Selain itu, kalo sebelum abad ke-20 perjodohan masih sering terjadi, hal itu semakin berkurang di abad 20 dengan semakin meluasnya bursa jodoh di sekolah dan organisasi pergerakan.

Sekolah khusus perempuan pun bermunculan dengan tujuan mendidik para gadis untuk menjadi mitra sejajar laki-laki: menjadi istri dan ibu modern. Pasangan bukan lagi bergantung pada bibit, bebet, bobot yang diukur orang tua, namun juga isi kepala si calon suami.

Jadi, siaap untuk melanjutkan kisah LDR Agan? Komen cerita LDR Agan di mari, ntar ane angkut pejwan emoticon-Salaman

0
10.7K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.