Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shakezpeareAvatar border
TS
shakezpeare
Penjual Keripik Pisang Pengasuh Yatim Piatu
Dua buah gubuk dan sebuah musholla kecil berdiri di atas bukit di belakang kawasan pabrik di wilayah Karawang Barat. Sebuah gubuk didiami oleh 15 anak yatim piatu tersebut tampak lusuh dan tidak terawat, sementara satu gubuk lagi yang tingginya hanya dua meter tampak lebih memprihatinkan lagi.

Kecanggihan jaman dan kenikmatan hidup modern di negeri ini ternyata tidak dirasakan penghuni pemilik dan anak-anak yayasan tersebut. Yayasan yang terletak di Kp Sarijaya Batu Koneng Ds Puseurjaya Telukjambe Timur Kab. Karawang, itu berdiri ala kadarnya dan tidak dilengkapi fasilitas memadai.

Ironisnya, yayasan yang terletak di belakang pabrik megah yang berdiri di kawacan KIIC (Karawang International Industrial City) itu tidak memiliki akses jalan yang memadai. Tidak sebanding dengan pabrik megah yang berdiri di kawasan tersebut, dilengkapi dengan jalanan yang licin.

Para penghuni di yayasan tersebut masih belum mendapatkan fasilitas yang memadai, seperti listrik, air bersih dan akses jalan. Jika hujan turun, jalanan akan sulit ditempuh karena permukaan jalan yang masih berbatu dan tanah merah.

Ustad Nana, pemilik Yayasan Al-Kholisoh mengakui bahwa tanah yang mereka tempati adalah milik Perhutani, sehingga dia pun maklum jika suatu saat harus dipindahkan atau digusur.

Ironis memang, di saat kita menikmati kemajuan teknologi saat ini. Yayasan yang menampung anak yatim piatu tersebut masih harus berjuang untuk hidup dengan fasilitas seadanya. Yayasan ini hanya menggunakan generator untuk menerangi mereka saat malam hari. Tidak ada televisi ataupun hiburan lainnya.

Fasilitas standar yang sering kita nikmati seperti Mandi, Cuci, Kakus (MCK) pun tidak mereka rasakan. Mereka harus turun ke danau untuk mencuci ataupun mandi, sementara untuk buang air, mereka mengandalkan sebuah kakus yang terbuat dari bambu tanpa ada aliran air.

Anak yatim piatu ini juga harus diantar ke sekolah oleh Ustad Nana menggunakan motornya, karena tidak ada angkutan dan jarak ke sekolah mereka berkisar 10 km dengan kondisi jalan yang rusak dan sulit dilalui saat hujan turun.

“Saya mengantarkan anak-anak pagi, satu motor digunakan untuk membonceng tiga anak. Karena di sini ada 15 orang anak, jadi yah harus bolak-balik anterin mereka biar gak telat. Di sini juga ada yang sudah SMA, jadi kalo dia sekolah siang, dia harus anterin adik-adiknya dulu. Kalo pulang sekolah semuanya saya yang jemput.” Ujarnya saat di temui di gubuknya yang hanya setinggi dua meter.

Ke-15 anak tersebut harus tinggal di dalam gubuk berukuran sekira 15 meter dan hanya diterangi sebuah lampu. Gubuk tersebut terbagi dua, untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Tidak ada alas ataupun selimut untuk anak-anak malang ini. Lemari pakaian yang sudah tidak layak pun masih mereka gunakan.

“Rata-rata anak-anak di sini sudah tidak ada orangtua, ada orangtua tapi mereka juga tidak mampu membiayai anaknya. Sehingga dititipkan di sini untuk belajar.” lanjut Ustad bertubuh tambun ini.

Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ustad Nana membuat keripik pisang yang dibantu oleh istrinya, setiap harinya dia mengantarkan keripik pisang tersebut ke warung-warung yang ada di kota Karawang. Itupun tidak cukup mencukupi kebutuhan anak asuhnya, keripik yang hanya dijual perkantung Rp5 ribu tersebut kadang tidak laku dijual. Sehingga mereka kadang hanya mengandalkan uluran tangan dermawan. Sayangnya banyak yang belum mengetahui keberadaan mereka yang terletak di atas bukit di belakang pabrik megah di kawasan KIIC itu.

Ustad Nana sendiri tinggal di sebuah gubuk yang tingginya hanya dua meter, di dalam gubuk tersebut terdapat sebuah kasur lusuh yang sering diinjak-injak oleh ayam dan bebek, peliharaan Ustad Nana.

Lantai rumahnya yang masih berupa tanah, menjadi sulit dipijak saat hujan datang.

“Kemarin ada hujan besar dan angin, pipa penyalur air patah jadi yah sekarang kalo mau ambil air harus ke danau di sebelah.” Pungkas Ustad asal Lampung ini.

Kehidupan sulit Ustad Nana, istri, dua orang anak dan 15 anak asuhnya ini bukan di situ saja. Mereka harus bersusah payah mendapatkan air untuk minum. Terkadang mereka harus membeli air isi ulang yang jaraknya 10 km. Namun jika musim hujan datang, mereka menampung air tersebut untuk dijadikan air minum.

Entah pemilik pabrik-pabrik besar di hadapan mereka memang tidak mengetahui keberadaan mereka, atau memang tidak ada yang peduli terhadap kehidupan mereka. Tetapi hal ini menjadi tanda tanya besar, bisakah kita seperti Ustad Nana, berjiwa besar mengasuh anak-anak malang ini meski hidupnya pun masih di bawah garis kemiskinan?

Update:
Jika agan berniat membantu, bisa menghubungi ustad Nana langsung 085719166031
Atau kalo mau janjian bareng ane kita kesana. Watsap ane gan 085624111779


Sumber

Galeri Foto:
Spoiler for Foto:
Diubah oleh shakezpeare 24-06-2013 03:57
0
4.5K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.