BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Sopir angkot di tiga kota menolak transportasi berbasis aplikasi


Penolakan terhadap transportasi berbasis aplikasi terjadi di tiga kota beda provinsi, dengan Malang sebagai pembuka.

Penyebab terpokok, setidaknya jika menimbang pelbagai warta, adalah penurunan jumlah penumpang bagi para pelaku bisnis transportasi biasa seperti angkutan kota (angkot) atau taksi. Konsekuensinya, pendapatan mereka pun mengempis.

"Kami bekerja pun juga tidak mendapat penghasilan. Dan kami tegaskan, aksi kami murni. Tidak ada bekingan, juga tidak ada yang membayar kami. Memang ada yang memprovokasi kami, yakni para istri," ujar M. Jamil, pengurus paguyuban jalur Madyopuro-Mulyorejo (MM), seperti ditulis SuryaMalang.com, Rabu (8/3).

Para sopir angkot di Malang telah mogok beroperasi sejak Senin (6/3). Mereka merasa belum puas dengan keputusan Pemerintah Kota Malang atas angkutan daring yang mulai banyak beroperasi di kota tersebut.

Dilansir Kompas.com, pemerintah kota telah berjanji menertibkan angkutan berbasis aplikasi yang tak memiliki izin operasional. Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memastikan bahwa angkutan dengan model dimaksud tak berizin.

"Kami sudah ada komunikasi. Tapi keputusannya jelas. Kami maunya ada produk hukum, ada Perwal (Peraturan Wali Kota)," kata Sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Malang, Ipung Purwono, Rabu (8/3).

Sementara, Wali Kota Malang, M. Anton, mengatakan "tidak bisa melarang mereka (tranportasi berbasis aplikasi), karena memang tidak ada payung hukumnya".

Kondisi yang disuarakan Jamil juga dirasakan oleh Abah Emod, 58 tahun, sopir angkot dengan rute Ciwastra-Cijerah.

Menurutnya, selama 25 tahun menjadi pengemudi angkot, baru tahun ini pendapatan menurun tajam.

"Pendapatan minim biasanya IDR50 ribu. Sekarang IDR30 ribu, bahkan jadi IDR20 ribu. Mobil dapat nyewa IDR140 ribu sehari mau cukup gimana buat istri dan anak saya lima," ujarnya dinukil Liputan6.com, Kamis (9/3).

Abah Emod serta ribuan sopir angkot dan taksi menggelar aksi demo di depan Gedung Sate, Kota Bandung.

"Ini bukan pertama kali kita melakukan demo. Pertama, kita ke Pemkot Bandung dan ingin bertemu Pak Ridwan Kamil, tapi tidak ada solusi dan penyelesaiannya. Sehingga tak ada jalan lain selain menggelar aksi karena tidak ada perhatian," ujar Dadan, 48 tahun, sopir Taksi Cipaganti.

Dalam hematnya, para demonstran tak menolak ojek atau taksi berbasis aplikasi. Namun, sistem baru yang tercipta dari keberadaan angkutan demikian tak tersentuh regulasi.

"Jangan salahkan kami kalau harga mahal. Itu harga dikeluarkan pemerintah. Sedangkan taksi online, dari mana mengeluarkan tarif?" katanya.

Di Tangerang, Rabu (8/3), ratusan sopir angkot dari semua trayek menggelar demonstrasi menolak taksi berbasis aplikasi.

Alasan untuk turun ke jalan sama dengan yang dilontarkan oleh Jamil dan Abah Emod, sekurang-kurangnya jika mengikuti pendapat Saiman, salah seorang sopir yang ikut turun ke jalan.

"Kami lakukan aksi karena pendapatan kami turun drastis setelah ada transportasi berbasis online," ujarnya dikutip Merdeka.com.

Sasaran para pendemo adalah kantor Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Banten.

Namun, aksi mogok di Tangerang berakhir ricuh. Bentrokan dan saling lempar batu terjadi antara sopir angkot dengan pengojek berbasis aplikasi.

Seorang pengojek Grab bahkan ditabrak angkot, sebagaimana bisa dibaca di Kompas.com. Ia diwartakan mengalami luka parah dan akhirnya dirawat di salah satu rumah sakit di kawasan Karawaci.

Para pengojek berbasis aplikasi pun diberitakan melakukan sweeping terhadap angkot.

Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah, ikut berupaya meredam ketegangan dengan menemui para pengojek yang berkumpul di alun-alun Kota Tangerang.

"Sekarang saya sudah kirim petugas supaya masyarakat juga tenang. Kita mau masyarakat kondusif, tapi tidak bisa main hakim sendiri. Jangan terprovokasi. Kalau ada oknum, lapor ke polisi," ujarnya, Rabu (8/3), dinukil detikcom.

Buah kekerasan dari kekecewaan terhadap kehadiran transportasi berbasis aplikasi juga terjadi di Bandung, Jawa Barat. Sialnya, sasaran kekerasan bukan pihak yang dibidik oleh para pelaku.

Kompas.com menulis bahwa sebuah Avanza berisi sebuah keluarga dirusak sekelompok sopir angkot di Kecamatan Regol, Kamis (9/3).

Rombongan sopir dimaksud tengah menuju Gedung Sate, lokasi unjuk rasa penolakan transportasi berbasis aplikasi oleh rekan seprofesi mereka di kota itu.

"Kejadian sekitar pukul 08.30 WIB. (Sasaran) disangka transportasi Uber oleh pelaku," ujar Kepala Polrestabes Bandung, Komisaris Besar Hendro Pandowo. "Mereka menyuruh keluar korban, kemudian merusak kendaraan roda empat milik korban," dengan tangan kosong dan batu, ujarnya dikutip Kompas.com.

Seorang sopir angkot bernama Ujang Permana, 43 tahun, tersangka pelaku perusakan, pun akhirnya diringkus.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...basis-aplikasi

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Deretan nama besar dalam kasus dugaan korupsi e-KTP

- Menanam tudingan PKI, Alfian menuai somasi

- Kinerja ekspor dan surat utang topang peningkatan devisa

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.6K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread730Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.