Alasan Habib Rizieq Absen dalam Kunjungan Raja Salman di DPR
Kamis , 02 March 2017, 17:03 WIB


Habib Rizieq

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, tidak tampak menghadiri acara audensi umum dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz as-Saud, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Kamis (2/3). Padahal, tokoh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) itu sebelumnya dikatakan akan menjumpai sang raja dalam acara tersebut.

Ketua Tim Advokat GNPF-MUI, Kapitra Ampera menuturkan, absennya Rizieq dalam acara di DPR hari ini disebabkan yang bersangkutan sedang sakit, sehingga harus beristirahat. "(Rizieq) enggak datang, karena lagi enggak enak badan," kata Kapitra kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/3).

Raja Salman pada hari ini menyampaikan pidato kenegaraannya di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan. Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh politik di Tanah Air. Di antaranya adalah Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh.

Kapitra menuturkan, Habib Rizieq bersama sejumlah tokoh GNPF-MUI lainnya juga diundang ke acara audiensi umum Raja Salman di DPR, hari ini. Bahkan, imam besar FPI itu dikatakan punya keinginan untuk bertemu secara pribadi dengan sang raja.

Kendati Rizieq tidak jadi datang, kata Kapitra, beberapa pentolan GNPF-MUI lainnya masih bisa hadir pada acara hari ini. "Banyak juga (tokoh GNPF-MUI) yang datang. Salah satunya Ustaz Bachtiar Nasir," ucapnya.
http://www.republika.co.id/berita/na...-salman-di-dpr


Soal Pertemuan Habib Rizieq dengan Raja Salman, Kapolda Bilang...
KAMIS, 02 MAR 2017 13:14


Raja Salman

JawaPos.com - Front Pembela Islam (FPI) meminta pemerintah memfasilitasi Habib Rizieq Shihab buat bertemu dengan Raja Arab Saudi, Salman BIN Abdulaziz al Saud. Namun sayang, hal itu nampaknya tak bakal terealiasi.

Kapolda Metro Jaya, Irjend Pol Mochammad Iriawan mengungkapkan tak ada jadwal pertemuan antara Raja Salman dengan Imam Besar Imam Besar FPI itu.

"Enggak (ada pertemuan dengan Rizieq)," ungkap Iriawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (2/3).

Jenderal bintang dua itu menututurkan, selama di Jakarta Raja Salman hanya akan menggelar kegiatan kenegeraan. Seperti berpidato di gedung DPR/MPR, Senayan dilanjutkan ke Masjid Istiqlal, kemudian akan bertolak ke Istana Negara.

"Setelah itu dilanjutkan ke hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan," tambah dia.

Dalam kesempatan tersebut, Kapolda Metro menyampaikan rasa bangganya karena Raja Salam yang dijuluki sebagai penjaga dua kota suci itu telah memilih Indonesia menjadi salah satu negara di Asia yang dikunjunginya.

"Kita bangga Raja Salman sudah datang ke sini, sudah 47 tahun tidak ke Indonesia, di sini sambutannya antusias, beliau juga lama di Indonesia," ujar Kapolda
http://www.jawapos.com/read/2017/03/...kapolda-bilang

------------------------------------

Justru secara siasah, tidak adanya pertemuan antara Raja Salman dan Habib Rizieq adalah suatu hal positip untuk semua pihak. Baik itu bagi kalangan pejabat di Pemerintahan Jokowi, maupun di kalangan pemimpin Islam yang selama ini aktif melawan penistaan agama Islam yang dilakuan Ahok.

Jokowi dan jajarannya juga merasa lega, sebab kalau sampai ada agenda pertemuan khusus dengan Habieb Riziek, pasti banyak yang merasa tidak nyaman dan kebakaran jenggot. Terutama dari kalangan elit kekuasaan yang dikenal sebagai orang-orang yang "Islam phobia" selama ini di tanah air.

Dan lagi, kalau ada Ulama Islam mendatangai Penguasa itu, dalam ajaran Islam, tak selamanya hal demikian itu dinilai baik, Bahkan bisa menjadi fitnah!

Raja Salman memang selayaknya tak bertemu Habib Riziek, Sebab nanti bisa dituding oleh mereka yang tak suka Arab, bahwa Pemerintah Arab Saudi mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Artinya potensi terjadinya fitnah sangat besar. Cukup "pesan" dan gesture tubuh dari Raja Salman saja sudah cukup untuk memberikan simbol ke rezim Jokowi, bahwa utangan/investasi US$ 25 miliar yang mereka berikan itu, tidaklah gratis! (emang ada makan siang yang gratis?).

Setidaknya pemerintahan Jokowi dan elit kekuasaan di negeri ini menjadi pahamlah, setelah dapat duit segitu banyak dalam bentuk investasi, bahwa ke depan "jangan macem-macem lagi ke ummat Islam dan ulamanya!". Jangan lagi menyakiti hati umat Islam, apalagi sampai mengkriminalkan para ulama mereka.